DAFTAR LABELKU (klik saja jangan ragu-ragu)

Senin, 05 Desember 2011

DIBUTUHKAN GURU BINTANG Telah dimuat di harian JOGLOSEMAR oleh Sukatno

Andy F.Noya  (08 /2/2010) menggambarkan salah satu sosok guru bintang, dia adalah  Pak Ciptono dari Semarang. Dia digambarkan sebagai sosok   guru yang sangat peduli pada perkembanganan anak-anak berkebutuhan khusus (www.kickandy.com). Pak Ciptono adalah peraih Kick Andy Heroes di bidang pendidikan,  karena telah berhasil mendidik anak didiknya menjadi luar biasa, walau mereka memiliki banyak keterbatasan baik mental maupun pisik.
Negeri ini sangat membutuhkan sosok guru bintang yang sanggup memberi keteladanan. Keteladanan merupakan kebutuhan vital di dunia pendidikan. Anak sekolah di jaman global saat ini sungguh berbeda dengan jaman dahulu. Mereka sudah terkena imbas arus  informasi dan pengetahuan dari sumber yang  bisa diakses secara cepat, bahkan lebih cepat dari yang telah diterima dari orang tua maupun gurunya. Jadi  keberadaan guru, lambat laun tidak dianggap penting, bisa lebih parah lagi guru akan  ditinggalkan oleh peserta didik. Mereka berpikir bahwa tanpa gurupun mereka bisa pandai. Namun keprihatinan kita bisa terobati karena  kehadiran guru bintang yang sanggup membekali peserta didik untuk menjadi generasi bintang.
Guru bintang adalah aset bangsa yang sangat berharga. Mereka menjadi tumpuan harapan untuk meraih cita-cita. Kehadirannya sangat dinantikan oleh para siswa. Merekalah tokoh  agent of change  di dunia pendidikan. Guru bintang adalah guru yang memiliki jiwa  maikem yakni  membelajarkan, aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan. Jiwa guru bintang adalah jiwa mulia , tujuannya jelas untuk menuju masa depan cerah.
Anak-anak bintang akan lahir dari guru-guru bintang, salah satu modal guru untuk menjadi bintang adalah kreatifitas. Setiap guru idealnya memiliki  kecerdasan kreatif. Tony Buzan (1989)  dalam buku The Power of Creative Intelligence, menyatakan bahwa kecerdasan kreatif adalah kemampuan untuk memunculkan ide-ide baru, menyelesaikan masalah dengan cara yang khas, dan untuk lebih meningkatkan imajinasi, perilaku, dan produktivitas. Kecerdasan kreatif melibatkan sejumlah faktor dimana faktor-faktor tersebut bisa dipelajari dan dikembangkan sehingga dapat meningkatkan kreatifitas. Salah satu faktornya yakni fleksibilitas. Fleksibilitas yaitu kemampuan untuk memproduksi berbagai gagasan, kemudian beralih dari satu cara ke cara lain dengan menggunakan berbagai strategi. Cara mencapai fleksibilitas berpikir yakni dengan cara mengubah sudut pandang, guru bintang adalah manusia kaya cara. Melalui  kreatifitas dalam pembelajaran para peserta didik tidak akan pernah bosan, karena  di sanalah sumber pengalaman yang tak pernah habisnya laksana ”sumur kang lumaku tinimba”,   yang berarti sumber mata air yang tak pernah habis.  Guru bintang adalah sosok yang  tidak pernah berhenti belajar.
Kompetensi Guru Bintang
Guru bintang adalah guru yang memiliki doyo linuwih atau  extra competence. Kompetensi yang harus dimiliki seorang guru bintang  harus lebih dibandingkan dengan guru konvensional, minimal ada  empat  kompetensi yang harus dimiliki seorang guru bintang  yaitu;  kompetensi  pedagogik yakni kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik, kompetensi kepribadian, yakni memiliki kepribadian yang siap  memberikan teladan yang baik terhadap anak didik maupun masyarakatnya, sehingga guru akan tampil sebagai sosok yang patut “digugu” dan “ditiru” . Zakiah Darajat dalam Syah (2000: 225-226)  menegaskan bahwa kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi penghancur bagi masa depan anak didiknya. Kompetensi profesional  yaitu  kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Yang terakhir adalah  kompetensi sosial yaitu kompetensi yang mencakup keterampilan dalam interaksi sosial dan melaksanakan tanggung jawab sosial. Gumelar dan Dahyat (2002: 127) merujuk pada pendapat Asian Institut for Teacher Education, menjelaskan kompetensi sosial guru adalah salah satu kemampuan guru untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang baik serta kemampuan untuk mendidik, membimbing masyarakat dalam menghadapi kehidupan di masa yang akan datang.
Karakter Guru Bintang
Guru bintang adalah guru efektif yang mampu menyederhanakan sesuatu tidak sederhana. Gary A. Davis dan Margaret A. Thomas (1989), berpendapat  bahwa guru paling tidak memiliki empat karakter, yaitu;
Pertama, kemampuan yang terkait dengan pembelajaran, yang kemudian dapat dirinci lagi menjadi (1) memiliki keterampilan interpersonal, khususnya kemampuan untuk menunjukkan empati, penghargaan kepada siswa, dan ketulusan; (2) memiliki hubungan baik dengan siswa; (3) mampu menerima, mengakui, dan memperhatikan siswa secara tulus; (4) menunjukkan minat dan antusias yang tinggi dalam mengajar; (5) mampu menciptakan atmosfir untuk tumbuhnya kerja sama dan kohesivitas dalam dan antar kelompok siswa; (6) mampu melibatkan siswa dalam meng-organisasikan dan merencanakan kegiatan pembelajaran; (7) mampu mendengarkan siswa dan menghargai hak siswa untuk berbicara dalam setiap diskusi; (8) mampu meminimalkan friksi-friksi dalam proses pembelajaran jika ada.
Kedua, kemampuan yang terkait dengan strategi manajemen pembelajaran, yang meliputi: (1) memiliki kemampuan untuk menghadapi dan menangani siswa yang tidak memiliki perhatian, suka menyela, mengalihkan pembicaraan, dan mampu memberikan transisi substansi bahan ajar dalam proses pembelajaran; (2) mampu bertanya atau memberikan tugas yang memerlukan tingkatan berpikir yang berbeda untuk semua siswa.
Ketiga, kemampuan yang terkait dengan pemberian umpan balik (feedback) dan penguatan (reinforcement), yang terdiri dari: (1) mampu memberikan umpan balik yang positif terhadap respon siswa; (2) mampu memberikan respon yang bersifat membantu terhadap siswa yang lamban belajar; (3) mampu memberikan tindak lanjut terhadap jawaban siswa yang kurang memuaskan; (4) mampu memberikan bantuan profesional kepada siswa jika diperlukan.
Keempat, kemampuan yang terkait dengan peningkatan diri, terdiri dari: (1) mampu menerapkan kurikulum dan metode mengajar secara inovatif; (2) mampu memperluas dan menambah pengetahuan mengenai metode-metode pengajaran; (3) mampu memanfaatkan perencanaan guru secara kelompok untuk menciptakan dan mengembangkan metode pengajaran yang relevan.
      Beberapa karakter guru yang diuraikan di atas mestinya  dimiliki oleh setiap guru dalam menjalankan tugas mulianya. Guru merupakan tokoh penting di dunia pendidikan, mutu pendidikan yang baik dipastikan menentukan keunggulan suatu bangsa. Demikian juga  keterpurukan bangsa diawali  dari kebobrokan di bidang pendidikan. Penjelasan tentang  guru bintang  setidak-tidaknya  memberikan gambaran bahwa kebutuhann terhadap  generasi bintang  merupakan kebutuhan yang urgent. Guru bintang diharapkan akan melahirkan generasi bintang untuk meraih masa depan gemilang.
SUKATNO   Guru Bahasa Inggris SMANI Girimarto Wonogiri

Rabu, 16 November 2011

MENDAMBAKAN “HOME SWEET HOME”

Telah dimuat dimajalah RESPON  Juli 2011
Oleh: Sukatno  Guru SMANI Girimarto
Home sweet home  merupakan ungkapan yang memiliki  kedekatan  arti dengan  baitii jannatii  atau dalam bahasa Indonesia diterjemahkan rumahku surgaku.
Kita sering mendengar ungkapan rumahku surgaku yang artinya tidak ada tempat yang paling nyaman selain rumahku. Dalam ungkapan  tersebut bisa difahami bahwa bentuk fisik rumah tidaklah begitu penting. Rumah besar–kecil, mewah–sederhana, berdinding kayu atau tembok, berpekarangan atau saling berhimpitan dengan dinding tetangga, semuanya tidak mengurangi makna surga atau istana yang identik dengan kesan indah nyaman, dan penuh kebahagiaan.
Rumah yang bernuansa surga  adalah harapan bagi setiap manusia yang berusaha memilki  jiwa-jiwa mulia laksana malaikat bukan setan yang terlaknat. Dari kumpulan jiwa-jiwa mulia yang selalu dekat dengan Tuhannya  akhirnya terbentuklah  rumah tangga yang penuh berkah. Sedangkan rumah tangga yang jauh dari keberkahanNya laksana neraka yang dikenal dengan “broken home”.

PERAN RUMAH 
Rumah yang dimaksud adalah bukan semata-mata  bangunan fisik, atau sekedar  bangunan untuk tempat berteduh, namun rumah  tempat  penghidupan keluarga  untuk  tumbuh dan berkembang dalam artian yang  lebih luas.  Kalau diibaratkan rumah itu  sebagai makhluk, dia mampu untuk  memberdayakan dan juga sebaliknya dia juga mampu menyengsarakan penghuninya. Menurut pendapat penulis peran rumah setidak-tidaknya ada lima yang disingkat denagan 5 M yaitu: mengukir sejarah hidup, melambangkan perjuangan hidup,  membentuk budaya,  membangun komunitas belajar,  dan meningkatkan ibadah. Berikut ini penjabaran singkat mengenai peran rumah bagi penghuninya:
Mengukir sejarah hidup
Rumah adalah tempat kita berkumpul bersama keluarga, bersama orang-orang yang kita cintai dan yang mencintai kita. Rumah seringkali merupakan tempat kita atau anak-anak kita lahir, tumbuh besar dan dewasa. Rumah tak ubahnya album memori atau catatan harian yang menyimpan banyak kenangan atas berbagai peristiwa yang terjadi di dalamnya. Apalagi jika rumah tersebut adalah rumah yang diwarisi secara turun temurun. tentunya kesan mendalam lebih terasa.  Mungkin tidak ada yang menduga sebelumnya bahwa salah satu penghuni rumah  tersebut tumbuh menjadi orang  besar dan berguna,  atau lebih jauh lagi karena amal ibadah dari para penghuni menghantarkannya masuk surga.
Melambangkan perjuangan hidup
Rumah dengan segala bentuk dan isinya juga merupakan simbol perjuangan  baik  fisik maupun non fisik. Sebagai contoh perjuangan fisik, berkat kerja keras untuk menjemput rejeki dari  Allah S.W.T, pemiliknya mampu  membangun pondasi rumah, melengkapi bagian pagar, mengisinya dengan benda-benda pelengkap kebutuhan kita seperti lemari, kursi, dan lainnya.
Sedangkan perjuangan non fisik mencakup pemebentukan mental spiritual yang mencakup keimanan, sehingga kebaikan akhlaq terhadap Tuhannya dan sesame  manusia terbentuk. Dari perjuanagan  yang bersifat non fisik, akhirnya menjadikan penghuninya termasuk pribadi terpuji di mata Allah S.W.T.
Membentuk budaya
 Rumah kita memiliki ukuran, bentuk, dan gaya tertentu. Rumah dan penataanya selain dipengaruhi oleh ekonomi dipengaruhi juga oleh budaya yang dikembangkan oleh penghuninya, misalnya apakah mereka terbiasa budaya Islami apa tidak,   bersih dan teratur apa tidak, apakah penghuninya bersifat materialistis apa tidak, semuanya bisa terlihat. Budaya yang sudah terbentuk dalam rumah  dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan  yang  terbentuk dari  hari ke hari. Kebiasaan-kebiasaan akan terbentuk selaras dari sisi ide, impian, dan cita-ita bersama dari para penghuninya terutama dari orang tuanya.
Membangun komunitas  belajar
            Komunitas belajar yang efektif  bisa terbentuk di dalam rumah,  jika rumah dipimpin oleh kepala rumah tangga yang sadar pentingnya belajar. Rumah yang layak untuk belajar adalah rumah yang menyediakan berbagai sarana pembelajaran misalnya  buku-buku yang bermanfaat dan ruangan yang memadai untuk sarana belajar. Keberhasilan pembelajaran di rumah banyak ditentukan  oleh gurunya dalam hal ini kedua orang tuanya. Bimbingan secara itensif di dalam rumah menjadikan para putra benar-benar  telah siap  mendapat pembelajaran  formal di sekolah.
Meningkatkan ibadah
            Tidak diciptakan jin dan manusia selain untuk beribadah kepada  Allah S.W.T, itulah salah satu misi diciptakan alam raya ini. Apapun  profesi manusia baik penguasa maupun rakyat  biasa, mereka  berkewajiaban  beribadah kepadaNya. Terwujudnya kesadaran untuk beribadah di rumah merupakan tanggung jawab awal dari kepala rumah tangga. Demikian juga bila para penghuni rumah jauh dari nilai-nilai ibadah, pertanggungjawaban ada pada  orang tuanya. Mestinya  sebagai orang tua memiliki misi untuk selalu berlomba meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah S.W.T.
           
MODAL UTAMA ORANG TUA
Terciptanya home sweet home sangat ditentukan oleh peran kepala rumah tanngga. Suasana   “surga”  di dalam rumah dibutuhkan modal, sebagai kepala rumah tangga  paling bertanggung jawab  atas modal tersebut. Lalu modal apa harus dimiliki untuk menciptakan rumahku surgaku ?
Banyaknya harta benda bukan merupakan modal  utama untuk meraih kebahagiaan rumah tangga.  Menurut pendapat penulis modal non  materi lebih utama ketimbang materi. Modal utama yang harus dimiliki kepala rumah tangga antara lain adalah: hope, organizing skill, learning willingness, inventing ability , spiritualistic quoetientr, training ability, and creativity  yang disingkat dengan (HOLISTIC). Hope yang diartikan sebagai pengharapan yang disertai doa dan usaha. Dalam hal ini  dianalogikan bahwa pengharapan apa yang kita tanam akan ada  hasil yang akan kita petik, atau dalam falsafah Jawa sapa nandur bakale ngunduh.  Organizing skill yaitu keterampilan dalam mengatur dan mengendalikan seluruh penghuni rumah. Jadi  seluruh penghuni rumah baik anak maupun istri tidak berjalan sendiri-sendiri tanpa kendali.  Learning willingness yaitu kemauan mengajak, membelajarkan  seluruh penghuni rumah untuk terus menerus belajar, dalam hal ini belajar dalam artian  yang lbih eluas, belajar untuk saling memahami, belajar  menjadi lebih baik, dll.  Inventing and evaluating ability yaitu kemampuan untuk menemukan sesuatu yang baru dan inropeksi diri yang bermanfaat bagi bekal dalam menjalani hidup yang lebih baik, spiritualistic quotient  yaitu  kecerdasan ruhani yang berhubungan dengan  keimanan terhadap keberadaan yang pencipta, sehingga semua penghuni rumah baik anak maupun istri diajak senantiasa   sadar  untuk beribadah dan bersyukur kepada  Allah S.W.T. Training ability  yaitu kemampuan untuk melatih diri sendiri dan orang lain mampu berubah kearah yang lebih positif. Yang terakhir,  Creativity   yaitu kemampuan berkreasi atau memiliki kaya  daya cipta atau ide  dalam memecahkan masalah
Memperoleh kebahagian dalam rumah tanggga merupakan hak setiap manusia. Dengan memiliki sifat-sifat mulia  yang  selalu sadar atas kewajiban terhadap orang lain maupun Tuhanya merupakan modal utama untuk menikmati  rumahku surgaku.