DAFTAR LABELKU (klik saja jangan ragu-ragu)

Minggu, 12 Agustus 2012

Jenis-Jenis Metode Pembelajaran Mutakhir


Jenis-Jenis Metode Pembelajaran  Mutakhir
1. Role Play
a. Pengertian
Role play (bermain peran) adalah teknik pembelajaran bahasa yang meminta siswa memainkan peran tertentu dalam situasi yang ditentukan, dengan menggunakan bahasa target, yaitu bahasa yang sedang dipelajari (seperti bahasa Inggris, misalnya). Untuk berlatih mengekspresikan complaints and apologies dalam bahasa Inggris, misalnya, siswa bermain peran sebagai pembeli dan penjual di suatu toko. Pembeli mengembalikan barang yang telah dibelinya dari toko tersebut karena barang itu rusak.

b. Kompetensi yang dikembangkan
Keterampilan berbahasa yang dapat dikembangkan dengan role play adalah speaking, terutama interpersonal dan transactional dialogues.

c. Prosedur
1)      Mengajak siswa mengidentifikasi situasi untuk role play, seperti apakah role play akan dilaksanakan antara guru dengan siswa, dokter dengan pasien, atau tamu hotel dengan resepsionais;
2)      Mengajak siswa merancang role play, seperti apakah role play bersifat terstruktur, semi terstruktur, atau bebas. Juga, apakah role play akan dilaksanakan oleh dua orang, tiga orang, atau lebih;
3)      Memfasilitasi siswa untuk mengidentifikasi language function yang diperkirakan muncul dalam percakapan/role play;
4)      Mengajak siswa mengidentifikasi pilihan-pilihan bentuk bahasa (language forms) untuk masing-masing language function;
5)      Mengarahkan siswa untuk melakukan drilling terhadap beberapa language forms yang telah teridentifikasi;
6)      Memfasilitasi siswa melakukan latihan role play dalam kelompok kecil;
7)      Memfasilitasi siswa melakukan performance role play di depan kelas;
8)      Mengajak para siswa melakukan evaluasi terhadap hasil performance siswa.

2. Process Approach
a. Pengertian
Process approach adalah metode pembelajaran bahasa, khusunya writing, yang memberi kesempatan kepada siswa untuk mengalami, menghayati, menilai, dan merefleksi sendiri  langkah-langkah penulisan suatu teks,  mulai dari perencanaan hingga penulisan akhir teks tersebut. Di sini yang menjadi fokus adalah proses penulisan, bukan hasil tulisan.

b. Kompetensi yang dikembangkan
Keterampilan bahasa yang dikembangkan dengan process approach ini adalah writing, khususnya free writing.

c. Prosedur
1)      Planning. Pada tahap ini guru membimbing siswa untuk memilih dan menentukan topik, membatasi topik, dan menuliskan topic sentence atau thesis.
2)      Outlining. Pada tahap ini guru meminta siswa untuk menuliskan pointer-pointer isi informasi yang dapat mengembangkan topik.
3)      Drafting. Pada tahap ini guru memfasilitasi siswa untuk mengembangkan sertiap pointer informasi menjadi kalimat atau paragraf.
4)      Revising/Editing. Pada tahap ini guru meminta siswa menilai draf yang telah dibuatnya, kemudian melakukan revisi atau editing agar draf tersebut menjadi lebih baik. Revisi meliputi isi, organisasi, grammar, vocabulary, spelling, dan lain sebagainya.
5)      Rewriting. Pada tahap ini guru meminta siswa menuliskan kembali draf yang telah direvisi. Ini menjadi produk atau tulisan akhir siswa.

3. Inquiry-based Teaching
a. Pengertian
Inquiry-based Teaching (IBT)  adalah suatu metode pembelajaran  yang melibatkan siswa secara intensif untuk  untuk mengajukan pertanyaan atau permasalahan, mengajukan hipotesis, melakukan observasi atau investigasi, menganalisis data, dan menarik simpulan, serta menjelaskan temuannya itu kepada orang lain. Jawaban yang diharapkan atas pertanyaan tersebut tidak bersifat tunggal tetapi jamak. Yang penting adalah bahwa dalam mencari jawaban, siswa bekerja dengan menggunakan prosedur dan standar tertentu yang jelas sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, dimungkinkan mereka mengintegrasikan dan mensinergikan berbagai metode dan disiplin ilmu yang berbeda.

b. Kompetensi yang dikembangkan
Kompetensi yang dapat dikembangkan oleh IBT adalah semua keterampilan berbahasa dan elemen bahasa.

c. Prosedur
1)      Asking. Siswa mengajukan pertanyaan atau pemasalahan yang terkait dengan topik yang sedang dikaji;
2)      Investigating. Siswa melakukan investigasi dengan berbagai teknik seperti pengamatan, wawancara, atau analisis dokumen untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan pertanyaan yang telah diajukan;
3)      Creating. Berdasarkan hasil investigasi siswa mengkonstruksi pengetahuan baru yang berbeda dari pengetahuan sebelumnya;
4)      Discussing. Siswa menyampaikan temuannya (new knowledge) kepada teman sekelasnya, dan membandingkannya apakah pengetahuan yang ia konstruksi sama atau berbeda dari teman-teman lainnya;
5)      Reflecting. Setelah diskusi selesai, siswa memiliki kesempatan untuk melakukan refleksi atas apa yang telah dilakukan dan ditemukan.

4. Diskusi
a. Pengertian
Metode diskusi adalah suatu metode pembelajaran yang melibatkan siswa atau kelompok siswa secara intensif untuk melakukan pembicaraan ilmiah guna mengumpulkan pendapat atas suatu persoalan, kemudian membuat simpulan atau menyusun alternatif pemecahan masalah tersebut.
b. Kompetensi yang dikembangkan
Kompetensi yang dapat dikembangkan oleh metode diskusi adalah semua keterampilan berbahasa dan elemen bahasa.

c. Prosedur
1)      Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara pemecahannya;
2)      Para siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi, memilih ketua, sekretaris, dan bila perlu juga juru bicara kelompok;
3)      Para siswa melakukan diskusi di kelompoknya masing-masing secara aktif, demokratis, dan saling menghargai; sementara itu, guru berkeliling  di antara kelompok-kelompok diskusi untuk meyakinkan bahwa semua kelompok bekerja dengan baik;
4)      Masing-masing kelompok (melalui juru bicaranya) melaporkan hasil diskusinya, yang kemudian ditanggapi oleh kelompok-kelompok lainnya;
5)      Guru dan siswa melakukan evaluasi dan refleksi atas proses dan hasil diskusi untuk memperoleh hasil terbaik;
6)      Masing-masing kelompok mengumpulkan laporan hasil diskusinya (hasil diskusi kelompok yang telah diberi masukan oleh kelompok lain dan guru), untuk dinilai atau dijadikan arsip kegiatan kelas.

5. Probel-based Learning
a. Pengertian
Problem based learning (PBL) adalah metode pembelajaran yang didasarkan pada masalah dalam kehidupan nyata. Siswa diminta dan dibimbing untuk mempelajari masalah itu berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka miliki sebelumnya sehingga akan terbentuk pengetahuan baru.

b. Kompetensi yang dikembangkan
Kompetensi yang dapat dikembangkan melalui PBL ini adalah semua keterampilan berbahasa dan elemen bahasa.
c. Prosedur
1)      Guru mengenalkan siswa pada masalah, atau masalah tersebut diidentifikasi dan ditentukan secara bersama-sama antara guru dan siswa;
2)      Guru mengorganisasikan pelaksanaan pembelajaran, misalnya apakah siswa bekerja secara perorangan, berpasangan, atau kelompok kecil;
3)      Guru membimbing siswa untuk melakukan investigasi dengan cara-cara yang relevan, seperti apakah bisa hanya melalui library research, uji coba, atau sampai pada eksperimen;
4)      Guru memfasilitasi siswa untuk menyajikan hasil investigasinya di depan teman-teman sekelas untuk kemudian ditannggapi;
5)      Dengan bimbingan guru siswa menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah dan hasil investigasi yang dicapainya;
6)      Siswa membuat laporan tertulis dengan format yang telah disepakati, untuk dinilai oleh guru atau untuk arsip kegiatan kelas.

6. Games.
a. Pengertian:
Permainan adalah kegiatan yang mempunyai peraturan, tujuan dan unsur kesenangan. Dalam lingkup pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing, terdapat dua  jenis permainan,  yaitu permainan komunikatif yang dibedakan dengan permainan jenis kebahasaan (lingusitic). Permainan juga dapat juga dibagi menjadi permainan yang bersifat kompetitif dan permainan yang bersifat kooperatif. Selain sifatnya yang menyenangkan, permainan yang bersifat komunikatif mempunyai potensi untuk menciptakan kegiatan komunikasi.
b. Kompetensi yang dikembangkan:
Biasanya permainan yang bersifat komunikatif  digunakan untuk mengembangkan keterampilan berbicara, sedangkan permainan yang bersifat kebahasaan dapat digunakan untuk mengembangkan penguasaan aspek bahasa seperti kosakata dan gramatika. Yang diterangkan di bawah ini hanya jenis permaianan komunikatif.
c. Prosedur:
Pre. Games:
1)      Menjelaskan keterampilan dan kompetensi yang akan dikembangkan.
2)      Melakukan pembahasan dan drilling tentang kosakata dan ungkapan-ungkapan yang akan digunakan dalam permainan. (jika diperlukan)
3)      Menjelaskan prosedur permainan.
4)      Memberikan contoh pelaksanaan permainan

Games:
Tahap ini digunakan untuk melaksanakan permainan

Post-Games:
Tahap ini digunakan untuk memberikan masukan terkait kesalahan siswa yang dicatat oleh guru.
7. Jigsaw.
a.       Pengertian.
Jigsaw adalah salah satu bentuk pembelajaran kooperatif, yang dimaknai sebagai pembelajaran yang menciptakan interaksi kelas yang bermakna dalam lingkungan yang mendukung sehingga mengarah pada pencapaian belajar yang lebih baik, peningkatan motivasi belajar siswa, dan secara keseluruhan pada perubahan kondisi psikologis siswa.
b.  Kompetensi yang dikembangkan.
Jigsaw dapat digunakan untuk pengembangan keterampilan listening atau reading dan listening secara bersama-sama .
c.  Prosedur
Berikut langkah-langkah pembelajaran untuk pembelajaran listening dan reading:
Listening:
1)      Guru memperdengarkan rekaman di mana tiga orang dengan pendapat yang berbeda mendiskusikan pendapat mereka tentang suatu topik.
2)      Guru menyiapkan tiga tugas, setiap tugas memfokuskan satu dari ketiga pendapat yang berbeda tadi
3)      Siswa kemudian dibagi menjadi tiga kelompok A, B, dan C dan setiap kelompok  mendengarkan rekaman sambil mengerjakan tugas yang sudah disiapkan tersebut  dan yang terfokus pada  satu pendapat yang berbeda tersebut.
4)      Kelompok siswa kemudian disusun kembali menjadi kelompok yang terdiri satu siswa berbeda dari  kelompok A, B, dan C.
5)      Kelompok baru ini kemudian bermain peran mendiskusikan topik yang sama menggunkan informasi yang sudah mereka dapatkan dari kegiatan mendengarkan tadi. 
6)      Guru memberikan  masukan atas kinerja siswa.

Reading dan listening:
1)      Guru mengambi teks tulis narrative dan memotongnya menjadi beberapa bagian sesuai jumlah siswa.
2)      Setiap siswa mendapatkan satu bagian dari cerita tersebut.
3)      Setelah membaca bagian tersebut, siswa kemudian berkeliling ruang kelas  dan sambil mendengarkan setiap bagian bagian teks yang dibaca keras oleh teman lainnya.
4)      Sambil mendengarkan bagian teks yang dibaca teman lainnya, siswa menentukan posisi bagiannya dalam cerita tersebut.
5)      Akhirnya siswa harus menyusun secara urut bagian-bagian tadi menjadi teks yang utuh.      

8. Split Information
 a. Pengertian.
Kegiatan ini adalah salah satu bentuk dari banyak kegiatan komunikatif.  Nation (1988) menyebutnya sebagai information gap activities . Kegiatan pembelajaran ini melibatkan minimal satu siswa yang mempunyai informasi  dan yang siswa  lainnya tidak mempunyainya tetapi memerlukannya. Untuk mendapatkan informasi tersebut siswa yang tidak mempunyainya harus melakukan komunikasi dalam bentuk tertentu.
b. Kompetensi yang dikembangkan.
Keterampilan yang dapat dikembangkan dengan kegiatan ini adalah keterampilan berbicara.
c. Prosedur 
1) Guru menentukan kompetensi dan topik yang akan dikembangkan, contohnya mendiskripsikan bentuk seperti bulatan, segitiga, garis, empat persegi panjang dan posisi benda.
2) Guru menyiapkan dua lembar kertas dengan gambar yang mirip, umpamanya satu berisi sejumlah gambar bentuk dua dimensi dengan posisi tertentu, dan kertas yang lain berisi gambar bentuk dimensi yang sama tetapi mempunyai posisi yang berbeda.
3)  Guru membagi siswa menjadi berpasangan, tiap siswa mendapat gambar yang berbeda dari gambar pasangannya.
4)  Guru menjelaskan posedur kegiatan dimana tiap pasangan harus saling tanya jawab untuk mencari perbedaan dan persamaan.
5)   Guru memberikan contoh
6)   Setelah selesai salah satu anggota pasangan diminta untuk melaporkan hasil tanya jawabnya.
7)  Guru mendiskusikan dan memberikan masukan terkait kesalahan siswa.

Catatan: apabila diperlukan (tergantung tingkat kompetensi siswa dan kesiapannya), guru dapat melakukan pengenalan kosakata terkait beserta makna dan pelafalannya.

9. Problem Solving  
a. Pengertian
 Kegaiatan pembelajaran ini juga salah satu bentuk kegiatan pembelajaran komunikatif dimana siswa diminta untuk memecahkan suatu masalah secara berkelompok Untuk memecahkan masalah tersebut siswa harus menggunakan sumber daya bahasanya (languge resource) untuk saling melakukan komunikasi.
b. Kompetensi yang  dikembangkan.
Problem solving biasanya digunakan untuk mengembangkan kegiatan berbicara dan sangat memungkinkan menggabungkannya dengan kegiatan komunikasi lainnya seperti menulis, mendengar dan membaca (terpadu).
c. Prosedur
Berikut adalah langkah pembelajaran metode problem solving
1) Guru menentukan kompetensi yang akan dikembangkan.
2) Guru menentukan persoalan yang akan dipecahkan oleh siswa. Umpamanya bagaimana memilih sejumlah barang yang tersedia berdasarkan urutan keguanaannya  yang akan digunakan untuk menyelamatkan diri dari kondisi darurat. Situasi ini dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan mengutarakan dan menaggapi pendapat,  persetujuan dan ketidaksetujuan.
3) Guru menerangkan pada siswa tujuan dan prosedur kegiatan .
4) Apabila dianggap perlu guru  menerangkan kosa-kata dan ungkapan-ungkapan yang diperlukan dan melakukan drilling.
5)  Guru membagi siswa menjadi bebarapa kelompok dan tiap kelompok diminta untuk mendiskusikan masalah tersebut dan menentukan pilihan kelompok.
6) Setelah selesai guru meminta setiap kelompok melaporkan hasil diskusi kelompok dalam diskusi kelas.
7)   Guru memberikan komentar dan masukan terhadap  hasil diskusi.

10. Number Heads Together
a. Pengertian
Kegiatan pembelajaran ini adalah salah satu bentuk kegiatan pembelajaran kooperatif. Tehnik yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992) ini bersifat komunikatif karena  memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka.

b. Kompetensi yang  dikembangkan.
 Keterampilan yang dapat dikembangakan dengan number heads  together adalah reading dan listening .

d.      Prosedur.
Berikut adalah contoh langkah-langkah pembelajaran untuk pengembanagan keterampilan reading.
1)      Guru menetapkan kompetensi yang akan dikembangkan dan bahan bacaan yang sesuai.
2)      Siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor urut.
3)      Guru membagikan teks beserta tugas yang terkait dengan kompetensi dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
4)      Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban ini.
5)      Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka.
6)      Tanggapan dari kelompok yang lain
7)      Teknik Kepala Bernomor ini juga dapat dilanjutkan untuk mengubah komposisi kelompok yang biasanya dan bergabung dengan siswa-siswa lain yang bernomor sama dari kelompok lain.

11. Project-based Learning

a. Pengertian
Pembelajaran berbasis proyek adalah sebuah pembelajaran yang melibatkan proyek perseorangan atau grup yang dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu. Hasil proyek ini kemudian akan ditampilkan atau dipresentasikan di depan kelas. Pembelajaran berbasis proyek ini berpusat pada siswa dan komunikatif karena siswa harus berkomunikasi sebagai bagian dari penyelesaian proyek ini. Disamping itu, pembelajaran semacam ini sangat kontekstual dan mengembangkan juga softskills siswa.
b. Kompetensi  yang dikembangkan.
  Pada dasarnya pembelajaran berbasis proyek ini dapat digunakan untuk mengembangkan satu keterampilan berbahasa atau lebih dari satu secara terpadu. Bahkan  metode ini dapat dignakan untuk mengajar kosa kata.
c.  Prosedur.
Berikut adalah contoh langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek yang terpadu dengan fokus pada pengembangan kosakata yang dikembangkan dengan keterampilan berbicara.
1)      Guru menentukan kompetensi yang akan dikembangkan.
2)      Guru menerangkan pada siswa jenis kosa kata yang akan dikembangkan, sebagai contohnya,  prepositional phrasal verbs seperti go up, look for,  dan take away  
3)      Guru menerangkan  pola  prepotional phrasal  verbs,  makna  dan contoh penggunaannya dalam kalimat.
4)      Guru menerangkan proyek yang harus dikerjakan siswa secara individu, yaitu umpamanya, sebagai pekerjaan rumah mencari dua prepositional phrasal verbs dengan contoh penggunaannya dalam kalimat yang hasilnya nanti dipresentasikan di muka kelas.     
5)      Siswa mempresentasikan hasil proyeknya di muka kelas.
6)      Guru membagi siswa menjadi pasangan dan setiap pasang harus menyusun bersama secara tertulis percakapan yang menggunakan prepositional phrasal verbs yang sudah dipresentasikan.
7)      Setiap pasang memperagakan percakapan yang sudah disusun di muka kelas.
8)      Secara klasikal guru memberi masukan atas presentasi dan peragaan percakapan siswa.

13. Task-based Learning
a. Pengertian
Task-based Learning  adalah pembelajaran berbasis tugas. Tugas disini diartikan sebagai  pekerjaan yang dibuat sedemikian rupa oleh guru untuk  dikerjakan oleh siswa, dan dalam menyelesaikan tugas tersebut siswa harus menggunakan sumber daya bahasanya (language resources)  untuk berkomunikasi.
Task-based learning mempunyai beberapa keuntungan utama:
1.   mampu menciptakan kesempatan pada siswa untuk melakukan komunikasi yang alamiah di dalam kelas.
2.   lebih menekankan pada makna daripada bentuk kebahasaan, dan oleh karenanya
3.   lebih mampu menumbuhkan motivasi belajar karena terpusat pada siswa.
Richards (2002) menyebutkan bahwa Task-based learning  dapat dipakai sebagai satu-satunya kerangka kerja, atau hanya sebagai salah satu komponen dalam pengajaran bahasa Inggris, dan disamping itu, task dapat dipakai sebagai tehnik atau metode mengajar. Dalam kurikulum sekolah dasar dan menengah di Indonesia pembelajaran berbasis tugas ini lebih mengacu  pada tehnik atau metode.  

b. Kompetensi yang dikembangkan
Pada dasarnya semua keterampilan berbahasa dapat dikembangkan dengan pembelajaran berbasis tugas. Kita dapat mengembangkannya semua keterampilan secara terpadu dengan fokus pada salah satu keterampilan. Dalam konteks Pendekatan Komunikatif  pengembangan keterampilan berbahasa dengan pembelajran berbasis tugas lebih tepat dilakukan secara terpadu.

c.  Prosedur
 Langkah pembelajaran dalam pembelajaran berbasis tugas dibagi menjadi tahap sebelum tugas, tahap tugas, dan tahap setelah tugas.
Tahap sebelum tugas:
1)      Guru menentukan kompetensi yang akan dikembangkan dan memilih jenis tugas yang sesuai. Sebagai contoh, kompetensi yang akan dikembangkan adalah mendiskripsikan  tempat (keterampilan berbicara) dan tugasnya adalah mendesain dua dimensi tata letak  rumah idaman. 
2)      Guru menerangkan pada siswa kompetensi dan tugas yang akan mereka kerjakan.
3)      Jika diperlukan, guru menerangkan dan melakukan drilling  komponen bahasa tugas seperti  kosa-kata, ungkapan dan struktur kalimat.
4)      Guru memberi model  bagaimana tugas tersebut dilaksanakan.
5)      Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok  sesuai kebutuhan

Tahap tugas:
1)      Siswa secara berkelompok melaksanakan tugas dan guru memonitor proses pelaksanaan tugas di tiap kelompok.
2)      Setiap kelompok  melaporkan hasil tugas. Ketika kelompok menyajikan hasil tugas guru disarankan membimbing komunikasi  kelas, antara siswa dengan siswa dan antara guru dan siswa untuk tujuan klarifikasi  atas informasi yang diberikan oleh penyaji.
3)      Kalau diperlukan sebagai pekerjaan rumah , siswa menulis hasil tugas untuk dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya. 
 Tahap setelah tugas:
1)      Guru memberi masukan  atas sajian siswa.
2)      Guru melaksanakan refleksi  

Tidak ada yang bemanfaat bagi kehidupan akhirat kita melainkan ilmu dan amal sholeh.

Tidak ada yang bemanfaat bagi kehidupan akhirat kita melainkan ilmu dan amal sholeh.
Allah Ta’ala berfirman,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلآ أَوْلاَدُكُمْ عَن ذِكْرِ اللهِ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ  وَأَنفِقُوا مِن مَّا رَزَقْنَاكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْ لآ أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُن مِّنَ الصَّالِحِينَ  وَلَن يُؤَخِّرَ اللهُ نَفْسًا إِذَا جَآءَ أَجَلُهَا وَاللهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa melakukan demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi. Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata, ‘Ya Rabbku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shalih.’ Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan.” (Qs. al-Munafiqun: 9-11).

Tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan dari Allah,

“Tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan dari Allah, pada suatu hari yang tidak ada naungan selain naungan tersebut : (pertama) Seorang pemimpin yang adil, (kedua) seorang pemuda yang tumbuh dalam ketaatan ibadah kepada Allah, (ketiga) seorang laki-laki yang hatinya senantiasa terkait dengan masjid, (keempat) dua orang yang saling mencintai karena Allah, berjumpa karena Allah dan berpisah karena Allah, (kelima) seorang laki-laki yang diajak bermaksiat oleh seorang perempuan yang memiliki kedudukan dan kecantikan, kemudian laki-laki tersebut berkata: ‘sesungguhnya aku takut kepada Allah’, (keenam) seorang yang bershadaqah, kemudian dia merahasiakan shadaqah tersebut, sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dishadaqahkan oleh tangan kanannya, (ketujuh) seorang yang mengingat Allah dalam keadaan sendirian, kemudian berlinang air matanya.”(HR. Bukhari-Muslim)

Sabtu, 11 Agustus 2012

DUNIA INI ADALAH PERHIASAN

DUNIA INI ADALAH PERHIASAN DAN SEBAIK-BAIK PERHIASAN ADALAH WANITA SHOLIHAH

"The world and all things in it are valuable; but the most valuable thing in the world is a virtuous woman." -Prophet Muhammad (Peace be upon him.)"

PESANTREN KILAT

 
VOICE OF WONOGIRI (VOW) Girimarto. PESANTREN BLEDHEG sebagai ganti istilah PESANTREN KILAT. Dengan digantinya naman KILAT menjadi BLEDHEG diharapkan efeknya biar terasa. Kamis sampai Sabtu atau tepatnya dari tanggal 9-11 Agustus 2012. SMA N 1 Girimarto menyelenggarakan agenda rutin tiap tahun yakni pesantrenan. Diharapkan melalui kegiatan ini para siswa menjadi generasi yang bertaqwa tidak hanya
di bulan USUM TAQWA, namun setelah bulan ramadlan benar-benar Taqwa.

MasKatno Giri diberi amanat di hari Jum'at tanggal 10-8-2012, dia baru merenungkan pada saat berita ini ditulis materi apa yang pas untuk generasi yang masih misteri. Generasi Misteri adalah istilah remaja saat ini, karena pada saat ini banyak remaja di beri pengarahan terlihat khusuk dan sholih, namun setelahnya tidak terasa dampak dari nasihat sebelumnya. Apalagi setelah Ramadlan, banyak yang degleng masih asyik dengan kedeglengannya. Inilah PR besar bagi ortu dan guru, kenapa remaja saat ini semakin menunjukkan keanehan di mata orang tua.

Menurut para orang pintar, remaja saat ini memang jauh berbeda dengan generasi sebelumnya karena mereka merupakankan generasi digital, jadi teknik pembelajaran dan pengarahannya harus lebih  berhati-hati, lebih mengena, lebih mencerdaskan, lebih mengesankan,  dan lebih-lebih yang lain. Yang jelas sebagai guru maupun orang  tua tidak boleh lengah  apalagi putus asa. Kita akan diberi pahala luar biasa jika mampu mendidik generasi muda untuk lebih bermakna  untuk masa depan agama , nusa  bangsa dan mereka sendiri

SEKILAS PENILAIAN KINERJA GURU

SISTEM PENILAIAN KINERJA GURU

Fungsi dan tugas yang melekat pada jabatan fungsional guru dilaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku, maka diperlukan Penilaian Kinerja Guru (PK GURU) yang menjamin terjadinya proses pembelajaran yang berkualitas di semua jenjang pendidikan.

Pelaksanaan PK GURU dimaksudkan bukan untuk menyulitkan guru, tetapi sebaliknya PK GURU dilaksanakan untuk mewujudkan guru yang profesional, karena harkat dan martabat suatu profesi ditentukan oleh kualitas layanan profesi yang bermutu.

Hasil PK GURU dapat dimanfaatkan untuk menyusun profil kinerja guru sebagai input dalam penyusunan program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) dan dasar penetapan perolehan angka kredit guru dalam rangka pengembangan karir guru sesuai Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.

Penilai dan guru yang dinilai akan dikenakan sanksi apabila yang bersangkutan terbukti melanggar prinsip-prinsip pelaksanaan PK GURU, sehingga menyebabkan Penetapan Angka Kredit (PAK) diperoleh dengan cara melawan hukum. Sanksi tersebut adalah sebagai berikut:


  • Diberhentikan sebagai Guru atau Kepala Sekolah dan/atau Pengawas.
  • Bagi penilai, wajib mengembalikan seluruh tunjangan profesi, tunjangan fungsional, dan semua penghargaan yang pernah diterima sejak yang bersangkutan melakukan proses PK GURU.
  • Bagi guru wajib mengembalikan seluruh tunjangan profesi, tunjangan fungsional, dan semua penghargaan yang pernah diterima sejak yang bersangkutan memperoleh dan mempergunakan PAK yang dihasilkan dari PK GURU.

KISAH BERHIKMAH

PERMOHONAN SIKAYA DAN SIMISKIN
Nabi Musa a.s. memiliki ummat yang jumlahnya sangat banyak dan umur mereka panjang-panjang. Mereka ada yang kaya dan juga ada yang miskin. Suatu hari ada seorang yang miskin datang menghadap Nabi Musa a.s.. Ia begitu miskinnya pakaiannya compang-camping dan sangat lusuh berdebu. Si miskin itu kemudian berkata kepada Baginda Musa a.s., "Ya Nabiullah, Kalamullah, tolong sampaikan kepada Allah s.w.t. permohonanku ini agar Allah s.w.t. menjadikan aku orang yang kaya." Nabi Musa a.s. tersenyum dan berkata kepada orang itu, "Saudaraku, banyak-banyaklah kamu bersyukur kepada Allah s.w.t.". Si miskin itu agak terkejut dan kesal, lalu ia berkata, "Bagaimana aku mau banyak bersyukur, aku makan pun jarang, dan pakaian yang aku gunakan pun hanya satu lembar ini saja"!. Akhirnya si miskin itu pulang tanpa mendapatkan apa yang diinginkannya. Beberapa waktu kemudian seorang kaya datang menghadap Nabi Musa a.s.. Orang tersebut bersih badannya juga rapi pakaiannya. Ia berkata kepada Nabi Musa a.s., "Wahai Nabiullah, tolong sampaikan kepada Allah s.w.t. permohonanku ini agar dijadikannya aku ini seorang yang miskin, terkadang aku merasa terganggu dengan hartaku itu." Nabi Musa a.s.pun tersenyum, lalu ia berkata, "Wahai saudaraku, janganlah kamu bersyukur kepada Allah s.w.t.". "Ya Nabiullah, bagaimana aku tidak bersyukur kepada Allah s.w.t.?. Allah s.w.t. telah memberiku mata yang dengannya aku dapat melihat. telinga yang dengannya aku dapat mendengar. Allah s.w.t. telah memberiku tangan yang dengannya aku dapat bekerja dan telah memberiku kaki yang dengannya aku dapat berjalan, bagaimana mungkin aku tidak mensyukurinya", jawab si kaya itu. Akhirnya si kaya itu pun pulang ke rumahnya. Kemudian terjadi adalah si kaya itu semakin Allah s.w.t. tambah kekayaannya kerana ia selalu bersyukur. Dan si miskin menjadi bertambah miskin. Allah s.w.t. mengambil semua kenikmatan-Nya sehingga si miskin itu tidak memiliki selembar pakaianpun yang melekat di tubuhnya. Ini semua kerana ia tidak mau bersyukur kepada Allah s.w.t.
KAMBING DAN ALAT TENUN
Imam Ahmad telah memberitakan dari Humaid bin Hilal, dia berkata: "Ada seorang lelaki yang sering berulang-alik di kampung kami, lalu dia membawa cerita yang aneh-aneh kepada orang-orang kampung. Dia bercerita: "Suatu ketika aku datang ke Madinah dalam rombongan dagang, lalu aku menjual semua barang-barang yang aku bawa. Aku berkata kepada diriku: "Mengapa aku tidak pergi kepada orang lelaki yang membawa ajaran baru itu, barangkali aku dapat mendengar berita-berita yang aneh untuk aku bawa kembali bersamaku?! Aku pun pergi kepada Rasulullah s.a.w. untuk bertanya sesuatu, lalu Rasulullah s.a.w. menunjuki arah sebuah rumah, katanya: "Ada seorang wanita yang tinggal di rumah itu . Pernah dia mengikut tentera Islam berjihad, dan ditinggalkannya 12 ekor kambingnya dan sebuah alat tenunan yang digunakannya untuk menenun pakaian. Apabila dia kembali dari berjihad, didapati kambingnya hilang seekor, dan alat tenunannya pun hilang. Dia merasa sedih atas kehilangannya itu. Maka dia pun mengangkat kedua belah tangan berdoa kepada Tuhannya dengan penuh kesungguhan, katanya:

"Ya Tuhanku! Engkau telah berikan jaminan bahwa siapa yang keluar berjihad pada jalanmu, Engkau akan pelihara harta bendanya, dan sekarang aku telah kehilangan seekor kambing, dan alat tenunanku. jadi aku minta ganti kambing yang hilang dan alat tenunanku itu!"

Rasulullah s.a.w. terus menceritakan betapa sungguh-sungguhnya dia berdoa dan memohon kepada Tuhannya, sehingga pada esok harinya dia mendapati di pintu rumahnya kambingnya yang hilang itu dengan seekor kambing lagi bersamanya. Begitu juga dia melihat alat tenunannya ada di situ dengan satu alat tenun yang lain. Itulah ceritanya, kata Rasulullah s.a.w. dan jika engkau mau, pergilah kepadanya di rumah itu, dan tanyalah dia cerita itu! "Tidak", jawabku, "Akan tetapi aku percaya semua yang engkau katakan itu!"
(Majma'uz-Zawaid 5:277)

Jumat, 10 Agustus 2012

PENDIDIKAN KARAKTER


PENDIDIKAN KARAKTER
Pendidikan karakter berarti pedidikan mental spiritual. Dalam bahasa Agama pendidikan karakter adalah pendidikan HOLISTIK yang mencakup akhlaq kepada diri sendiri, orang lain dan kepada Allah Tuahan Yang Maha Kuasa.Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat (Ali Ibrahim Akbar, 2000), ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan.

Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.  Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.

Terlepas dari berbagai kekurangan dalam praktik pendidikan di Indonesia, apabila dilihat dari standar nasional pendidikan yang menjadi acuan pengembangan kurikulum (KTSP), dan implementasi pembelajaran dan penilaian di sekolah, tujuan pendidikan di SMP sebenarnya dapat dicapai dengan baik. Pembinaan karakter juga termasuk dalam materi yang harus diajarkan dan dikuasai serta direalisasikan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahannya, pendidikan karakter di sekolah selama ini baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai, dan belum pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan karakter, Kementerian Pendidikan Nasional mengembangkan grand design pendidikan karakter untuk setiap jalur,  jenjang, dan jenis satuan pendidikan. Grand design menjadi rujukan konseptual dan operasional pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur dan jenjang pendidikan.  Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dikelompokan dalam: Olah Hati (Spiritual and emotional development), Olah Pikir (intellectual development), Olah Raga dan Kinestetik  (Physical and kinestetic development), dan Olah Rasa dan Karsa (Affective and Creativity development). Pengembangan dan implementasi pendidikan karakter perlu dilakukan dengan mengacu pada grand design tersebut.

Menurut UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 13 Ayat 1 menyebutkan bahwa Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Pendidikan informal sesungguhnya memiliki peran dan kontribusi yang sangat besar dalam keberhasilan pendidikan. Peserta didik mengikuti pendidikan di sekolah hanya sekitar 7 jam per hari, atau kurang dari 30%. Selebihnya (70%), peserta didik berada dalam keluarga dan lingkungan sekitarnya. Jika dilihat dari aspek kuantitas waktu, pendidikan di sekolah berkontribusi hanya sebesar 30% terhadap hasil pendidikan peserta didik.

Selama ini, pendidikan informal terutama dalam lingkungan keluarga belum memberikan kontribusi berarti dalam mendukung pencapaian kompetensi dan pembentukan karakter peserta didik. Kesibukan dan aktivitas kerja orang tua yang relatif  tinggi, kurangnya pemahaman orang tua dalam mendidik anak di lingkungan keluarga, pengaruh pergaulan di lingkungan sekitar, dan pengaruh media elektronik ditengarai bisa berpengaruh negatif terhadap perkembangan dan pencapaian hasil belajar peserta didik. Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah melalui pendidikan karakter terpadu, yaitu memadukan dan mengoptimalkan kegiatan pendidikan informal lingkungan keluarga dengan pendidikan formal di sekolah. 

Dalam hal ini, waktu belajar peserta didik di sekolah perlu dioptimalkan agar peningkatan mutu hasil belajar dapat dicapai, terutama dalam pembentukan karakter peserta didik .
Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.
Kegiatan ekstra kurikuler yang selama ini diselenggarakan sekolah merupakan salah satu media yang potensial untuk pembinaan karakter dan peningkatan mutu akademik peserta didik. Kegiatan Ekstra Kurikuler merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah. Melalui kegiatan ekstra kurikuler diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial, serta potensi dan prestasi peserta didik.

Pendidikan karakter di sekolah juga sangat terkait dengan manajemen atau pengelolaan sekolah. Pengelolaan yang dimaksud adalah bagaimana pendidikan karakter direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah secara memadai. Pengelolaan tersebut antara lain meliputi, nilai-nilai yang perlu ditanamkan, muatan kurikulum, pembelajaran, penilaian, pendidik dan tenaga kependidikan, dan komponen terkait lainnya. Dengan demikian, manajemen sekolah merupakan salah satu media yang efektif dalam pendidikan karakter di sekolah.

Menurut Mochtar Buchori (2007), pendidikan karakter seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata. Permasalahan pendidikan karakter yang selama ini ada di SMP perlu segera dikaji, dan dicari altenatif-alternatif solusinya, serta perlu dikembangkannya secara lebih operasional sehingga mudah diimplementasikan di sekolah.

Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik SMP mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.

Pendidikan  karakter pada tingkatan institusi mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di mata masyarakat luas.

Sasaran pendidikan karakter adalah seluruh Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Indonesia negeri maupun swasta.  Semua warga sekolah, meliputi para peserta didik, guru, karyawan administrasi, dan pimpinan sekolah menjadi sasaran program ini. Sekolah-sekolah yang selama ini telah berhasil melaksanakan pendidikan karakter dengan baik dijadikan sebagai best practices, yang menjadi contoh untuk disebarluaskan ke sekolah-sekolah lainnya.

Melalui program ini diharapkan lulusan SMP memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkarakter mulia, kompetensi akademik yang utuh dan terpadu, sekaligus memiliki kepribadian yang baik sesuai norma-norma dan budaya Indonesia. Pada tataran yang lebih luas, pendidikan karakter nantinya diharapkan menjadi budaya sekolah.
Keberhasilan program pendidikan karakter dapat diketahui melalui pencapaian indikator oleh peserta didik sebagaimana tercantum dalam Standar Kompetensi Lulusan SMP, yang antara lain meliputi sebagai berikut:
  1. Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja;
  2. Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri;
  3. Menunjukkan sikap percaya diri;
  4. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas;
  5. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup nasional;
  6. Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif;
  7. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif;
  8. Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya;
  9. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari;
  10. Mendeskripsikan gejala alam dan sosial;
  11. Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab;
  12. Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam negara kesatuan Republik Indonesia;
  13. Menghargai karya seni dan budaya nasional;
  14. Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya;
  15. Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang dengan baik;
  16. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun;
  17. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat; Menghargai adanya perbedaan pendapat;
  18. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana;
  19. Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana;
  20. Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan menengah;
  21. Memiliki jiwa kewirausahaan.
Pada tataran sekolah, kriteria pencapaian pendidikan  karakter adalah terbentuknya budaya sekolah, yaitu perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah harus berlandaskan nilai-nilai tersebut.
Sumber  Inspirasi:
Kemendiknas. 2010. Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama .  Jakarta