DAFTAR LABELKU (klik saja jangan ragu-ragu)

Minggu, 10 Februari 2013

Memahami QUANTIFIER (much, many dan a lot of )

Quantifier adalah kata-kata yang menunjuk seberapa banyak jumlah suatu benda – yakni quantifier menunjukkan kuantitas. Much, many, dan a lot of menandakan banyaknya jumlah sesuatu, sebagai contoh “I have a lot of milk” berarti saya mempunyai banyak susu.
Much
Much digunakan untuk kata benda yang tidak dapat dihitung (uncountable), dan umumnya digunakan dalam pernyataan-pernyataan negatif dan kalimat bertanya. Tidak lazim menggunakan much pada pernyataan-pernyataan positif. Sebagai contoh:

  • I don’t have much money.
  • Do you have much time?
  • “I have much time.” Ini kedengaran tidak lazim.
Many
Many digunakan untuk kata benda yang dapat dihitung (countable), dan sering digunakan pada pernyataan-pernyataan negatif dan kalimat bertanya. Akan tetapi, many juga digunakan dalam pernyataan-pernyataan positif. Contoh:
  • I don’t have many apples.
  • Do you have many friends?
  • Many people come here in summer.
Much dan many bisa digunakan dalam pernyataan-pernyataan afirmatif, tetapi memberikan makna yang lebih formal. Misalnya:
  • He has many good friends from Harvard University.
Much dan many sering muncul dalam pertanyaan-pertanyaan singkat. Misalnya:
  • Do you see your family much?
  • No, not much.
A lot of
A lot of digunakan untuk kata benda uncountable dan countable, dan umumnya digunakan untuk pernyataan-pernyataan afirmatif. Misalnya:
  • I have a lot of friends.
  • I have a lot of time.
A lot of juga digunakan dalam pertanyaan, khususnya jika kita memperkirakan jawabannya adalah positif. Walaupun sering disebutkan bahwa much dan many digunakan untuk pertanyaan, kita biasa menggunakannya untuk pertanyaan yang jawabannya diperkirakan negatif. Sebagai contoh:
  • Do you want a lot of pizza? (Penanya memperkirakan anda ingin makan banyak)
  • Do you want much pizza? (Ini kedengaran tidak lazim, tetapi penanya memperkirakan anda tidak ingin makan banyak.)
Lots of bisa digunakan dengan cara yang sama seperti a lot of, seringkali dalam pembicaraan informal. Misalnya:
  • I have lots of time.
  • I have a lot of time.
How much / how many?
How much digunakan untuk menanyakan tentang harga sesuatu. Misalnya:
  • How much is it?
  • How much is that dog in the window?
How much dan How many digunakan untuk menanyakan tentang kuantitas. Misalnya:
  • How much money do you have?
  • How many apples does he have?
Contoh penggunaan dalam percakapan
1) We need to go shopping.
I don’t think so, we’ve got a lot of food here.
We don’t have much milk or bread, and we don’t have much water.
Oh, OK. Lets go shopping this evening.
2) How’s your university?
It’s great. I have lots of friends and there are a lot of great professors. I don’t have much money, but that’s OK. Also I’m really busy these days, so I don’t have much time.
Are you enjoying it?
Sure, it’s going well.
3) How many students are in your class?
We don’t have many students, just eight.
That’s great! You can study a lot.
Right. And I can talk to the teacher a lot as well. That’s good.
Do you have many friends in your class?
Yes, I go out with them a lot.

Kamis, 07 Februari 2013

KEMATIAN ABU NAWAS

Baginda Raja pulang ke istana dan langsung memerintahkan para prajuritnya menangkap Abu Nawas. Tetapi Abu Nawas telah hilang entah kemana karena ia tahu sedang diburu para prajurit kerajaan. Dan setelah ia tahu para prajurit kerajaan sudah meninggalkan rumahnya, Abu Nawas baru berani pulang ke rumah.

“Suamiku, para prajurit kerajaan tadi pagi mencarimu.”
“Ya istriku, ini urusan gawat. Aku baru saja menjual Sultan Harun Al Rasyid menjadi budak.”
“Apa?”
“Raja kujadikan budak!”
“Kenapa kau lakukan itu suamiku.”
“Supaya dia tahu di negerinya ada praktek jual beli budak. Dan jadi budak itu sengsara.”
“Sebenarnya maksudmu baik, tapi Baginda pasti marah. Buktinya para prajurit diperintahkan untuk menangkapmu.”
“Menurutmu apa yang akan dilakukan Sultan Harun Al Rasyid kepadaku.”
“Pasti kau akan dihukum berat.”
“Gawat, aku akan mengerahkan ilmu yang kusimpan,”
Abu Nawas masuk ke dalam, ia mengambil air wudhu lalu mendirikan shalat dua rakaat. Lalu berpesan kepada istrinya apa yang harus dikatakan bila Baginda datang.
Tidak berapa alama kemudian tetangga Abu Nawas geger, karena istri Abu Nawas menjerit-jerit.
“Ada apa?” tanya tetangga Abu Nawas sambil tergopoh-gopoh.
“Huuuuuu …. suamiku mati….!”
“Hah! Abu Nawas mati?”
“lyaaaa….!”
Kini kabar kematian Abu Nawas tersebar ke seluruh pelosok negeri. Baginda terkejut. Kemarahan dan kegeraman beliau agak susut mengingat Abu Nawas adalah orang yang paling pintar menyenangkan dan menghibur Baginda Raja.
Baginda Raja beserta beberapa pengawai beserta seorang tabib (dokter) istana, segera menuju rumah Abu Nawas. Tabib segera memeriksa Abu Nawas. Sesaat kemudian ia memberi laporan kepada Baginda bahwa Abu Nawas memang telah mati beberapa jam yang lalu.
Setelah melihat sendiri tubuh Abu Nawas terbujur kaku tak berdaya, Baginda Raja marasa terharu dan meneteskan air mata. Beliau bertanya kepada istri Abu Nawas.
“Adakah pesan terakhir Abu Nawas untukku?”
“Ada Paduka yang mulia.” kata istri Abu Nawas sambil menangis.
“Katakanlah.” kata Baginda Raja.
“Suami hamba, Abu Nawas, memohon sudilah kiranya Baginda Raja mengampuni semua kesalahannya dunia akhirat di depan rakyat.” kata istri Abu Nawas terbata-bata.
“Baiklah kalau itu permintaan Abu Nawas.” kata Baginda Raja menyanggupi.
Jenazah Abu Nawas diusung di atas keranda. Kemudian Baginda Raja mengumpulkan rakyatnya di tanah lapang. Beliau berkata, “Wahai rakyatku, dengarkanlah bahwa hari ini aku, Sultan Harun Al Rasyid telah memaafkan segala kesalahan Abu Nawas yang telah diperbuat terhadap diriku dari dunia hingga akhirat. Dan kalianlah sebagai saksinya.”
Tiba-tiba dari dalam keranda yang terbungkus kain hijau terdengar suara keras, “Syukuuuuuuuur …… !”
Seketika pengusung jenazah ketakukan, apalagi melihat Abu Nawas bangkit berdiri seperti mayat hidup. Seketika rakyat yang berkumpul lari tunggang langgang, bertubrukan dan banyak yang jatuh terkilir. Abu Nawas sendiri segera berjalan ke hadapan Baginda. Pakaiannya yang putih-putih bikin Baginda keder
juga.
“Kau… kau…. sebenarnya mayat hidup atau memang kau hidup lagi?” tanya Baginda dengan gemetar.
“Hamba masih hidup Tuanku. Hamba mengucapkan terima kasih yang tak terhingga atas pengampunan Tuanku.”
“Jadi kau masih hidup?”
“Ya, Baginda. Segar bugar, buktinya kini hamba merasa lapar dan ingin segera pulang.”
“Kurang ajar! Ilmu apa yang kau pakai Abu Nawas?
“Ilmu dari mahaguru sufi guru hamba yang sudah meninggal dunia…”
“Ajarkan ilmu itu kepadaku…”
“Tidak mungkin Baginda. Hanya guru hamba yang mampu melakukannya. Hamba tidak bisa mengajarkannya sendiri.”
“Dasar pelit !” Baginda menggerutu kecewa.

Rabu, 06 Februari 2013

KITA CALON MANUSIA BESAR MAKA PERLU PERSIAPAN Oleh Maskatno Giri

Bagi yang masih muda atau yang berjiwa muda sepertiku. Ayo jaga integritas (kejujuran) , karena  kita calon orang besar, yang berezeki besar. Pintu rezeki kita bisa tertutup gara-gara kita tidak bisa dipercaya atau tidak punya integritas.

Ini bukan berarti aku paling bisa dipercaya. Paling tidak postingan ini untuk refleksi diri aku sendiri, dan anakku yamg mbaca blogku ini.
Suatu kenyataan yang pernah kualami di masa muda atau di waktu akhir-akhir ini, aku pernah menemui beberapa pemuda dan orang tua. Mereka bukan pekerja keras bukan juga penjaga integritas apalagi pembelajar sejati, namun mereka pencari jalan pintas. Aku pernah ditipu orang semacam itu. Mereka senang bermanis muka,  sok bergaya bisa dipercaya dan sok alim, kalau anda bertemu dengan orang semacam ini anda harus berhati-hati. Pertama jangan mudah terpengaruh apalagi meniru. Orang semacam ini hanya cari sukses sesaat atau sukses semu.
Dari pembelajaran berdasar pengalamanku, aku memang seharusnya lebih berhati-hati menjaga diri.  Aku pun juga menyadari bahwa aku bukan manusia sempurna tanpa dosa dan kekurangan. Manusia memang tercipta banyak kekuranagan. Namun,  banyak juga orang yang tidak mau  berevaluasi diri, akhirnya kebiasaan diri yang buruk dilakukan berulang-ulang membentuk budaya diri yang jelek atau secara mudah disebut watak yang buruk.
Aku menulis, aku berevaluasi diri. Aku ingin menjadi semakin lebih baik lagi. Aku juga berdoa semoga saudara-saudara sekalian dan generasiku menjadi lebih baik dariku.

Selasa, 05 Februari 2013

MENTAL BURUKPUN BISA DIUBAH (Sedikit Kisah Masa lalu Joni Indo)

Mental yang buruk yang disandang manusia, ternyata bisa diubah menjadi lebih baik, tentu syaratnya ada usaha diri yang serius. Salah satu orang yang secara terbuka  mau menceritakan keburukan mentalnya di masa lalu adalah Joni Indo.

Joni  Indo adalah mantan penjahat dia lahir di Jawa Barat, tak disangka banyak orang bahwa dia akhirnya mau bertobat.
Beberapa waktu lalu di acara Kick Andy mengundang Jhoni Indo, dia  menceritakan pengalamannya menjadi penjahat, mencoba lari dari Nusakambangan sampai akhirnya tertarik menjadi pendakwah.

Sebagai santri magang, maka sehari-hari ia mengikuti Kiyai Zainuddin MZ berceramah. Dalam suatu acara yang tidak disangkanya, seorang panitia penyelenggara menyelipkan amplop tebal kesaku Jhoni dan ke saku Kiyai Zainuddin.

Rupanya pertama kali mendapat honor berceramah membuat hatinya bertanya mengenai isi amplop. Sepanjang perjalanan dia gelisah. Sebentar-sebentar dirabanya kantung yang menggembung karena amplop tebal.

Akhirnya ia tidak tahan godaan lalu permisi kepada pak Kiyai untuk ke toilet yang sebetulnya hendak melihat isi kantongnya.

Ternyata isi amplop tadi cukup banyak sekitar 3 jutaan. Namun saat dibalik-balik, tertulis nama “Untuk Bapak Kiyai H Zainuddin MZ” – jelas salah alamat.

Saat keluar dari toilet ia menemui kiyai sambil menceritakan apa yang terjadi, tetapi kiyai bilang “ambilah, itu rejekimu sebab saat kamu ke toilet saya juga melihat amplop saya dan tertulis nama Jhoni Indo.”

Dalam sebuah tayangan TV, sejak jadi juru dakwah Johni mulai diundang ceramah di beberapa tempat. Satu tempat dikawasan Guci, ia diperlakukan seperti raja. Makanan lezat tersedia, bahkan uang saku yang diberikan kepada Jhoni pun boleh dibilang tebal.

Belakangan Jhoni terhenyak sampai bersimpuh menangis di kaki sang pemilik rumah. Ia adalah salah satu dari pemilik Toko Emas yang di rampok oleh Jhoni. “Anda bukan manusia – anda malaikat,” kata Jhoni dalam isak keharuannya. Bagaimana mungkin orang yang sudah pernah disakiti olehnya, hartanya dirampok, etnis minoritas, ternyata malahan berbuat baik kepadanya.

Minggu, 03 Februari 2013

PERLU REFLEKSI DIRI

Kalau kita sedang: galau, kena masalah, dicoba, digoda, mendapat musibah, kena tekanan, hadirnya ketakutan, dijauhkan dari rezeki dll. Cara cepat dan mudah biasanya kita menyalahkan orang lain, menyalahkan lingkungan dan lebih jauh lagi bisa menyalahkan Allah s.w.t.

Ternyata, sikap di atas membuktikan bahwa menyalahkan di luar diri kita memang terlalu gampang, itu bisa dilakukan oleh setiap manusia. Namun, di antara orang biasa ada juga manusia yang luar biasa. Siapakah orang yang luar biasa tersebut?

Orang luar biasa adalah orang-orang yang berhati mulia, yakni hati yang terkendali untuk mau intropeksi diri. Tidak cukup dengan intropeksi diri saja , mereka juga orang-orang tidak berhenti selalu belajar.
Suatu fakta, kasus yang bisa kita amati langsung di lingkungan sekitar kita dan lebih jauh lagi melalui berbagai media. Banjir berita di media, hampir kita sulit menyerap berbagai pemberitaan, karena saking  banyaknya informasi. Berita angis derita dari keluaarga yang salah satunya kena musibah bencana, tersandung narkoba, pelecehan, korupsi dll. Itu semua merupakan salah satu sumber kegalauan yang luar biasa bagi keluarga.
Kita bisa membayangkan betapa susuahnya bila anka kita kena narkoba, betapa susuahnya bila ortu kita atau saudara kita terjerat korupsi dll. Pokoknya kalau aku membayangkan betapa  mengerikan. Namun, kebanyakan orang sulit sekali mau berkaca diri bahwa kita sendiri perlu intropeksi. Seperti yang kuungkap di awal bahwamenyalahkan pihak lain itu gampang. Kita terkadang  sulit merasa bahwa kita juga bukan manusia yang sempurna, kadang kita kurang hati-hati, kadang kita terlalu bangga diri dll.
Kini sudah waktunya kita berbenah, hidup hanya sekali. Bila kita kena musibah, cobaan, godaan, cara bijak adalah bersabar, bersyukur bahwa kita msih diberi kesmpatan hidup.  HIDUP PERLU PERUBAHAN MENJADI LEBIH BAIK, JANGAN BIARKAN WAKTU BERLALU PERCUMA.

Senin, 28 Januari 2013

KUNCI PRIBADI SUKSES SEJATI Oleh Maskatno Giri (mas guru SMAN 1 Girimarto)



Maxwell Maltz dalam bukunya yang berjudul “The New Psycho-Cybernetics” (2004) memberi resep tentang gambaran pribadi sukses, dengan rumusan akronim yang mudah diingat yaitu : SUCCESS. Berikut ini saripati resep yang diberikannya, yang mungkin akan berguna bagi Anda, dan tentunya sebagai bahan refleksi bagi saya sendiri.

1. Sense of Direction (Kesadaran akan Arah)
2. Understanding (Pengertian)
3. Courage (Keberanian)
4.Charity (Amal/Belas kasih)
5.Esteem (Harga Diri)
6. Self Confidence (Kepercayaan Diri)
7. Self Acceptance (Penerimaan Diri)
Sumber :
Maxwell Maltz. 2004. The New Psycho-Cybernetics. (alih bahasa:Arvin Saputra, editor Lyndon Saputra). Batam: Interaksara

Kalau menurut  MasKatno Giri, Gambaran Kunci Pribadi Sukses Sejati menurut Bukunya yang akan terbit beberapa minggu lagi ada 10 :
1. Syukur
 
2. Ilmu 
3. Kerja keras, 
4. Amanah 
5. Motivasi, 
6. Peduli, 
7. Refleksi Diri, 
8. Aktif memperbaiki 
9.Tekun, 
10. Taqwa.  
Bukunya Masktno Giri ini diharapkan dan Insyab Allah MBERKAHI KARENA di cover tertulis jaminan bahwa lebih dr 3% dr penghasilan buku ini untuk fakir miskin

Minggu, 27 Januari 2013

BAGIAN SINOPSIS NOVEL BIOGRAFIKU Oleh Maskatno Giri


Hidup dalam kesulitan masa lalu bukan untuk disesali, justru harus disyukuri, Kesulitan di masa lalu bisa sebagai trigger dan sumber energi yang tak akan pernah habis untuk menatap masa depan.

Sekitar dua puluh tahun yang lalu, seperti baru dua hari yang lalu. Aku tinggal di asrama Surakarta. banyak certia lucu , mengecewakan dan kadang menyenangkan. Benar, aku dan kawan-kawan semuanya pemuda bujangan yang rata-rata anaknya orang yang kurang mampu ( istilah halus dari melarat). Namun, kalau dihitung-hitung banyak cerita yang menyedihkan tapi mengasyikkan. Hal-hal yang menyedihkakan sebetulnya bukan karena beratnya permasalahan, tapi saat itu aku masih bodoh dalam menyikapi penderitaan. Ditambah lagi, saat itu aku kesulitan mendapat guru yang mencerahkan dan menghibur.

Tidak percaya diri, penuh kekuatiran, keragu-raguan itulah indikasi orang-orang yang salah pendidikan. Salah didikan ini disebabkan oleh minimnya sumber belajar dan minimnya jumlah guru yang berkualitas. Dan itu suatu kenyataan yang kualami. Saking tidak percaya diri, merasa berat dalam menjalani kehidupan, aku sering mengeluh dan sering terlintas menyimpulkan bahwa Allah itu tidak adil terhadapku. Secara kebetulan, aku merasa paling malang hidupnya di antara yang lain dalam banyak hal. Mohon maaf, kemalanganku tidak usah kuceritakan secara detail di blogku ini. Biar kemalanganku kupendam dalam-dalam.

Apakah anda ingin tahu apa yang membuat sedih, gembira, menyakitkan hati dll. Tulisan ini bukan untuk mengekploitasi mas lalu atau juga bukan tujuan negatif. Tapi, aku ingin berlatih menulis kilas balik, aku mengingatkan aku sendiri SIAPAKAH AKU INI? Aku tidak layak untuk sombong, Karena aku sendiri yang lebih tahu banyak tentang latar belakang diriku sendiri. Modal hidupnya cuma modal nekat.

Tahukah kamu, bahwa setelah lulus SMP aku pergi ke Solo untuk HUNTING, hunting dalam artian yang sangat luas: mendapat kenyamanan, uang, ilmu, harga diri , kesuksesan hidup dll.

Kalau diambil hikmahnya ada banyak, tentu diambil yang positif-positif saja. Di masa usia sekitar enam belasan tahun, aku tinggal di asrama semacam Islamic boarding house, semua penghuni adalah laki-laki yang berjumlah sekitar 20 orang, kami dituntut saling kerja sama baik dalam suka dan duka. Rata-rata kami mampu memasak dengan berbagai menu. Karena, kami sering tanya kepada penjual sayur tentang bumbu-bumbu.

Sering, kami kehabisan uang untuk membeli sayur atau beras terkadang keliling kota Solo untuk mencari beras yang paling murah alias beras jatahnya PNS. Sedangkan untuk lauk cukup membeli sayur beberapa bungkus saja lalu ditambahi garam, salah satu sahabat yang sering menambahi garam adalah Mas Taufiq Triwdodo. Kabar terakhir, Mas Taufiq sekarang sudah sukses. hidup dalam kecukupan.

BERKACA DARI “HABIBI DAN AINUN”(Upaya Pembentukan Keluarga Bahagia) Oleh Maskatno Giri -mas guru SMAN 1 Girimarto Wonogiri



Aku belajar dari kehidupan seorang tokoh besar salah satunya dari bp. Prof . Habibi.

Di suatu kesempatan, aku mengikuti acara bedah buku "Habibi dan Ainun". Kebetulan aku duduk paling depan, maksudnhya di deepan komputer. Karena bedah bukunya via internet.  Bp.  Habibi kurang lebih menyatakan bahwa selama beliau menikah 48 tahun 10 hari dengan istri tercintanya, beliau belum pernah  betengkar, kalau beda pendapat sedikit-sedikit biasa. Setelah beliau ditinggal istrinya, betapa Habibi merasa sangat terpukul. Beliau berkonsultasi  dengan psikiater atas problem kejiwaanya. Kata seorang psikiater karena kondisi terpukul pada jangka lama bisa menjadi stress sangat berat. Akhirnya, beliau disarankan menulis  novel biografi  HABIBI dan  AINUN.

Aku menjadi benar-benar termotivasi untuk  meniru setidak-tidaknya meneladani tokoh yang masih hidup,   seperti bp. Habibi  yang sanggup menjadi suami setia luar biasa. Padahal, kalau mau  beliau  bisa saja mejadi suami yang suka selingkuh. Apalagi, beliau lumayan kaya. Tapi, beliau tidak melakukannya.

Ternyata,  usia pernikahanku  sudah lumayan lama lho, lebih dari dua belas tahun dan  telah dikarunia empat anak. Namun, Alhamdulillah kehidupan rumah tanggaku  membahagiakan sekali. Aku dan istriku belum pernah bertengkar. Semoga selama  usia pernikahan kami diberi barokah tanpa pertengkaran seperti dalam kisah Habibi-Ainun. Aku yakin bahwa  untuk membangun keluarga sakinah pondasinya adalah bukan harta benda, saling pengertian atas dasar niat baik sebagai hamba Allah swt. dan pasti pemahaman agama yang benar melalui proses pembelajaran.  Aku dan istriku menikah tidak melalui pacaran. Kami dijodohkan, namun kita saling tahu latar belakang kita  masing-masing. Kami yakin  cinta bisa dibangun. Nyatanya tanpa pacaran, selama 10 tahun bisa bahagia.

Sekali lagi,  kisah Habibi dan Ainun memberikan motivasi dan pencerahan kembali  bagi keluarga kami.  Kami suami dan istri setiap saat  mengadakan refleksi bahwa kita punya tujuan yang sama yakni bahagia tidak hanya di dunia tapi jg di  akherat, maka kami berusaha mencari ridla  Allah. Lalu tidak memiliki niat mau macam-macam atau main-main dalam membangun kehidupan rumah tanggga kami.

Berikut  ini  modal penulis untuk mengarungi bahtera rumah tangga, yang terbukti menjadikan kami bahagia bersama istri dan anak-anak tercinta  melalui rumus 16 M:

  1.   Menjaga nilai kejujuran dan apa adanya , berkomunikasi terbuka pada keluarga
  2.   Menjaga aib masing-masing baik pasangan maupun keluarga
  3.   Menciptakan kondisi yang menyenangkan
  4.  Menjaga emosi kemarahan yang  tidak proporsional, tidak banyak menuntut, dan berebut untuk mengalah bukan menang-menangan.
  5. Mengutamakan kebersamaan keluarga
  6. Membuat komitmen jangka panjang
  7. Menghadapi masalah secara bijak
  8. Memegang teguh agama dan  berusaha menjadi Sholeh dan Sholihah
  9.  Memperhatikan penuh ke anak dan masa depannya
  10.   Menjalani hidup  dalam kesederhanaan dan tidak mengejar harta semata
  11.  Menjaga kepekaan  sosial pada lingkungan sekitar
  12.  Membiasakan gaya hidup sehat (baik jasmani dan ruhani) pada keluarga
  13.   Mengembangkan sikap saling membantu dan tolong menolong 
  14.   Mengutamakan musyawarah tidak otoriter
  15.  Memilih lokasi tempat tinggal yang baik
  16.  Menjalin ikatan silaturahmi keluarga istri maupun suami dengan baik

Selama ini kami sekeluarga berusaha memraktikkan yang kutulis  seperti di atas. Hasilnya sudah terasa. Banyak orang bilang bahagia menjadikan awet muda dan membuat fisik lebih sehat. Bukan bermaksud menggurui, karena tulisan ini akan bermanfaat bagi kami juga. Kami perlu juga intropeksi. Juga tulisan ini akan dibaca oleh anak-anak kami dan siswa-siswa kami.

Dari kisah Habibi dan Ainun aku mendapat pembelajaran luar biasa, aku memiliki obsesi besar mampu menjalani hidup rumah tangga bahagia selamanya,  juga mampu berkisah melalui tulisan. Aku pikir  obsesiku ini penting  untuk pembelajaran hidup,  juga termasuk di dalamnya  pada  pembelajaran kehidupan rumah tanggaku. Tulisanku Iinsya Allah bermanfaat untuk diri sendiri, anak-anakku kelak dan juga untuk orang lain. Akan kutularkan dan kupromosikan bahwa hidup hanya sekali, maka seyogyanya kita tidak main-main dalam hidup. Menciptakan kehidupan rumah tangga  bahagia jauh lebih utama, walau dalam kondisi  harta pas-pasan.

Jumat, 25 Januari 2013

MENYADARI HANYA BERMODALKAN KEKURANAGN DIRI

Merasa kurang PD akhirnya  kurang berprestasi. Iya kurang PD itulah modalku selama puluhan tahun. Tapi aku sadar bahwa aku harus belajar supaya dari tahun ke tahun lebih PD. Aku hidup bermodalkan banyak kekurangan.

Sering aku dikritisi orang lain. Ini kejadiannya sudah sejak aku remaja. Aku  kalau bicara terlalu cepat  akhirnya kalimatnya sullit dipahami , juga aku termasuk orang yang kurang konsentrasi, kalau berpikir sering melompat-lompat kurang fokus, dan terkadang terlalu cepat dalam menyimpulkan sesuatu, dan idenya kadang nyleneh. Aku juga memiliki  kelemahan bahwa aku kurang PD dengan apa ynag ada pada diriku.

Tidak enak sebenarnya untuk dinikmati sebagai orang yang memiliki kelemahan. Tapi aku sudah dimotivasi sejak muda bahwa kita bisa hidup luar biasa walau modalnya  pas-pasan atau kelemahan. Misalnya beride melompat-lompat sepertikubisa dilatih untuk mampuberpikir lebh kreatif. Aku sadar bahwa bagi seorang ortu sepertiku , dengan pemikiran yang kurang fokus dan melompat akan berdampak  "membingungkan" untuk anak-anakku dan juga orang lain. Tapi aku yakin,  jika aku mau  belajar berubah sedikit demi sedikit, aku bisa  berpikir lebih fokus, runtut dan reasonable. INi butuh proses.

Sadar atas kelemahan. Akhirnya sejak remaja berobsesi menjadi seorang penulis, ya penulis dengan modal "kenekatan dan kelemahan:" Karena menjadi seorang penulis dituntut mampu nerpikir runtut, tenang dan inovatif. Oh ya aku memiliki  kelebihan bahwa aku  mampu berpikir kreatif dan inovatif.

Karen sudah kutetapkan dalam hati bahwa orang sukses adalh orang yang mau berubah menjadi lebih baik, menyadarikelemahan diri, dan mau belajar tiada henti. Dan yang terakhir ini sangat penting bahwa kita hidup ada yang MENGUASAI YAKNI ALLAH S.W.T. Mari bedoa supaya Allah menjadikan kita pribadi yang lebih baik.

Kamis, 24 Januari 2013

MENAJAMKAN INDERA MENUJU KESYUKURAN Oleh Maskatno Giri

Ini kisah nyata. Hampir  setiap hari aku bertemu dengan tetanggaku yang lahir cacat, temanku yang nasibnya kurang beruntung dalam mencari kerja, muridku yang malang tanpa orang tua, tetanggaku yang ditinggal anaknya dll. Terkadang, aku tidak terlintas  untuk belajar memahami  arti kehidupan dunia.

Berangkat dari kesadaran bahwa manusia lahir dengan modal cobaan , kenikmatan, kelebihan dan kekurangan. Maka idealnya setiap manusia seharusnya hidup dalam kesyukuran. Yang membuat aku termotivasi untuk tidak banyak mengeluh adalah karena  aku  berusaha memperhatikan, merasakan, membayangkan betapa kita masih beruntung dan mestinya banyak bersyukur dan bersyukur.

Alahmdulillah kita  masih diberi kesempatan hidup, alhamdulillah kita masih diberi kemampuan merenung, berpikir, Alhamdulillah kita masih diberi nikmat hidayah dll. Pokoknya  aku akan berusaha menasihati diri bahwa ' TAK ADA WAKTU UNTUK MENGHUJAT DIRI SENDIRI, LEBIH JAUH LAGI KEPADA ALLAH SW.T.  ALLAH MAHA ADIL. Aku adalah aku yang harus bertanggung jawab  seluruh yang sudah menjadi jatahku dari pemberian ALLAH  s.w.t baik berupa kekurangan dan  kelebihan .  Aku harus menerima kenyataan dengan penuh kesyukuran.

Namun, walau modal ku untuk hidup hanya sebatas apa adanya alias serba pas-pasan, tentu akau harus memaksimalkan modal biasa ini untuk menjadi luar biasa. Sebagai  wujud syukur,  aku harus lebih rajin beribadah bermuamalah, mencari rezeki barokah dan berusaha menjalali kehidupan yang sakinah mawadah dan warahmah. Kalu kita sudah sanggup menjadi pribadi yang selalu bersyukur, berarti kita layak mendapat keluarbiasaan dari ALLLAh s.w.t.

WAktu tidak bisa mundur. Waktu berjalan. Kita tahau-tahu sudah tua. kayaknay baru saja kita menjadi anak-anak. Kini aku sudah memiliki banyak anak. Baru saja kayaknuya menjadi murid SMA,  kini aku menjadi guru  SMA. Bersyukur, bersyukur, dan berusaha terus menerus bersyukur. Buat apa hidup tanpa kesyukuran. Kesyukuran akan menghantarkan kepada kemujuran.

Jumat, 18 Januari 2013

Mendesak Untuk Menulis Catatan Harian Demi Kebaikan Oleh Maskatno Giri

Sebetulnya aku memiliki  salah satu kebiasaan baik, di antaranya menulis buku harian. Kini dengan adanya internet benar-benar membantuku untuk menulis catatan harian ku, tentu melalui blog pribadiku ini. Tahukah anda kenapa aku harus menulis buku atau catatan harian?

Catatan harian itu sangat penting. Setiap orang mestinya  memiliki catatan harian. Catatan ini fungsinya banyak: setiap orang  perlu refleksi dan evaluasi diri, setiap orang perlu menasihati dan memotivasi diri, setiap orang  perlu memiliki rencana indah di masa depan, setiap orang perlu berbagi dan setiap orang pernah memiliki janji dan hutang. Maka bila seseorang menyepelekan catatan harian bisa dipastikan hidupnya kurang berkualitas dan sering-sering melanggar janji baik kepada diri sendiri maupun orang lain.

Mungkin di antara kita membantah. Zaman dulu belum ada buku harian tapi orang-orangnya juga berkualitas? Itulah pertanyaan orang yg kurang cerdas. Zaman dulu sebenarnya sudah ada catatan harian tapi masih berupa simbol-simbol. Simbol  tersebut di catat dlm dinding, kayu, kulit dll.  Namun, kadang catatan itu baru sebatas dalam kode-kode tertentu di catat dalam otak saja, cara ini  sangat lemah karena orang sering lupa.

Zaman sekarang sudah ada buku murah, internet gratis, dan  kalau seseorang tidak memiliki catatan harian  dia layak menjadi manusia terbelakang. Dan, Alhamdulillah kini aku sudah terbiasa   memotivasi diri, anak-anaku , dan juga para siswa tercinta. Aku tidak hanya  sebatas teori aku sudah praktik untuk  menulis catatan harian baik melalui buku maupun blog pribadiku. Siapa tahu, suatu saat nanti buku harianku bisa  menghasilkan uang atau dapat dipasarkan.Tentu catatan yang bersifat bukan pribadi..

Kini tulisanku sudah ratusan lembar bahkan ribuan lembar. Ternyata juga bermanfaat bagi orang lain, karena di blog pribadiku ini, sudah  ada lebih dari dua puluh satu ribu pembaca. Coba  kita bisa membayangkan bila seratusan  saja kena pengaruh positf dari blogku berarti sudah ratusan  pahala dari Allah s.w.t.  Ayo berlomba menulis untuk mengharap pahala dan ridlo dari Allah s.w.t semata.


Rabu, 16 Januari 2013

ORANG TUA DAN PENDIDIKAN KARAKTER (telah dimuat di Majalah RESPON edisi Januari 2013) Oleh: Maskatno Giri mas guru SMAN 1 Girimarto

            Kata kunci dari  Undang-undang Sisdiknas Pasal 3 No 20 Tahun 2003 adalah iman, taqwa dan berbudi luhur. Modal inilah yang ditekankan di berbagai lembaga pendikan dalam penerapan pendidikan karakter. Namun, peserta didik  ditekankan pula untuk memiliki modal yang lain: sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta bertanggung jawab. Ditambahkan, dalam  UU tersebut dinyatakan  bahwa fungsi pendidikan nasional untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
            Kemudian sipakah yang paling bertanggung jawab atas keberhasilan pendidikan karakter? Jelas, orang tua adalah salah satu pemegang kuncinya.
            Orang tua  adalah  tokoh penting,  mereka  merupakan  salah satu stake holder (pemangku kepentingan) dalam dunia pendidikan. Para orang tua  seharusnya berperan aktif, saling bekerja sama dalam memotivasi, mengawasi,  bersama pengurus komite dan  para pendidik  di lembaga pendidikan tersebut  lalu membentuk kesepakatan guna meraih keberhasilan pendidikan.
            Bukti dari keberhasilan pendidikaan adalah terbentuknya karakter (akhlaq mulia) dari para peserta didik.  Mengenai  pembentukan karakter  dalam program  pendidikan karakter telah menjadi perhatian pemerintah secara serius. Kemendiknas  telah menerbitkan  panduan pelaksanan pendidikan karakter. Pendidikan karakter tersebut adalah mencakup pada  penanaman kebiasaan-kebiasaan yang baik sehingga peserta didik mampu bersikap dan bertindak berdasar nilai-nilai yang telah menjadi kepribadiannya. Pendidikan karakter yang baik harus melibatkan pengetahuan yang baik (moral knowing), perasaan yang baik (moral feeling) dan perilaku baik (moral action). Kebiasaan yang baik yang dimiliki oleh peserta didik  tidak begitu saja mudah diraih kalau hanya mengandalkan pelaksanaan pendidikan di lembaga pendidikan (baca: sekolah). Pendidikan di keluarga adalah tempat yang krusial sebagai  pondasi awal meraih suksesnya pendidikan formal.
Awal Pembentukan  Karakter
            Tempat terbentuk karakter  pertama seseorang  anak adalah di keluarga, pembentuknya adalah orang tuanya.  Modeling (keteladanan) adalah proses pendidikan dalam penanaman karakter atau  budi pekerti . Guru terbaik pertama sebelum anak memasuki usia sekolah adalah kedua orang tuanya. Untuk meraih  kesuksesan pendidikan,  idealnya orang tua harus sanggup sebagai teladan (uswatun hasanah),  dan memiliki kemauan untuk  belajar menjadi tokoh pendidikan di keluarga masing-masing.  Orang tua harus memiliki budi pekerti luhur dulu sebelum menuntut kepada anak-anaknya memiliki keluhuran budi. Setelah anak-anak memiliki teladan, mereka telah memiliki  pondasi pendidikan yang lebih lengkap lagi. Keberhasilan pendidikan di keluarga  menentukan pendidikan di jenjang  pendidikan formal (sekolah), sehingga peran  pendidik di sekolah merasa terbantu dalam mengarahkan peserta didik.
            Ada beberapa alasan mengapa orang tua dianggap tokoh penting dalam pembentukan karakter seseorang antara lain: Pertama, seseorang lahir disusui ibunya, dan pada hakekatnya sang anak telah menyusu karakter orang tuanya. Kedua, pendidikan terjadi asli dan alami (tanpa rekayasa) terjadi dalam keluarga. secara alami  dan asli, anak-anak meniru kebiasaan kedua orang tuanya. Ketiga, kehidupan rumah tangga  merupakan unit pendidikan pertama sebelum anak mendapatkan pengaruh dari masyarakat dan lembaga pendidikan.
            Ada  sebagian anak yang mengalami proses pendidikan  di  suatu keluarga seperti di atas tidak berlangsung normal, terutama bagi sebagian orang tua yang terlalu sibuk, orang tua  terjebak pada rutinitas yang padat sehingga tidak sempat memperhatikan anaknya dengan cermat.  Proses pendidikan keluarga  tidak  berjalan secara lancar, anak-anak tidak memperoleh serapan  pendidikan yang baik dari kedua orang tuanya. Akhirnya anak-anak  meniru kebiasaan pengasuhnya  ( salah satunya  meniru perilaku pembantunya).
Bekal Orang Tua Berkarakter
            Sering dijumpai dalam berbagai kasus, para orang tua  menyalahkan guru bahkan menuntut tanggung jawab guru di sekolah karena orang tua merasa bahwa anaknya baik-baik saja dalam keluarga. Anak mereka merasa  didzalimi, juga mendapat sanksi dari sekolah karena dianggap berperilaku negatif di sekolah.  Para orang tua merasa sudah mendidik dengan baik, dan  mereka mengira kesalahan ada di pendidikan sekolah. Jika komunikasi antara pihak sekolah dan orang tua tidak berjalan semestinya, akhirnya mereka merasa sudah pada jalur yang benar (on the right tract). Dampaknya bisa serius. Kepercayaan ke lembaga sekolah semakin menurun.
            Maka diperlukan pemahaman bahwa orang tua perlu memilki bekal  dalam membentuk anak memilki karakter baik (akhlaqul Karimah).  Kemudian  bekal apakah yang harus dimiliki  orang tua sebagai pendidik berkarakter d dalam keluarga? Orang tua setidak-tidaknya memiliki  sembilan bekal yakni:  Kejujuran dan Konsiten, Aktif, Motivasi, Peduli, Refleksi dan Evaluasi diri , Tekun, danTaqwa.
            Kejujuran dan konsisten adalah modal kemujuran. Keberhasilan jangka panjang adalah  kemampuan menjaga kejujuran secara konsisten (istiqomah). Untuk menjaga keistiqomaan anak dalam menjaga nilai-nilai kebaikan  dan kejujuran, orang tua harus memiliki bekal  aktif dalam memantau  perkembangan anak, baik secara  perkembangan spiritualnya, intelektualnya maupun  emosi dan sosial anak. Berikutnya orang tua harus memiliki bekal motivasi, sebagai orang tua harus memiliki motivasi tinggi untuk mencetak  generasi yang berbudi berguna bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
            Peduli  (care) adalah modal orang tua berupa bentuk perhatian terhadap diri sendiri dan  di luar diri sendiri. Salah satu penyebab kegagalan pendidikan  di dalam keluarga adalah karena  kurang  adanya  kepedulian terhadap anak.  Tidak ada pendidik yang sempurna, para orang tuapun memiliki kekurangan dan kelemahan. Maka orang tua yang sukses adalah orang tua yang memiliki modal mulat sariro hangroso wani (berani refleksi dan evaluasi diri), maksudnya adalah kemauan mengoreksi diri sendiri. Kalau mereka bersalah harus mengakui diri bahwa mereka bersalah, dan bertekat untuk menjad lebih baik melalui proses belajar.
            Berikutnya adalah bekal tekun, orang tua yang tekun/ sungguh-sungguh dalam mendidik anak akan menuju kesuksesan sebagaimana kata bijak  man jadda wa jadda (barangsiapa yang sungguh-sungguh akan berhasil). Dan yang terakhir, bekal yang merupakan paling vital adalah  bekal taqwa. Orang  tua  yang benar-benar taqwa adalah orang tua unggul, mereka memang layak menjadi orang tua sejati yang sanggup diteladani.
            Demikian  uraian singkat, semoga bermanfaat guna menuju bangsa bermartabat. Bangsa yang bermartabat adalah bangsa yang peduli tentang pendidikan.
       Wallahu a’lam bishshawab