DAFTAR LABELKU (klik saja jangan ragu-ragu)

Selasa, 23 April 2013

Question Tags rewriten by Maskatno Giri



Terkadang kita membuat sebuah pernyataan tetapi kita tidak sepenuhnya yakin terhadap apa yang kita bicarakan. Dalam bahasa Indonesia, kita biasanya mencari kepastian atau kebenaran terhadap apa yang kita bicarakan tersebut dengan menggunakan kata ‘bukan“.
1.       Kamu seorang pelajar, bukan?
2.      Rudi dan Rani akan belajar bersama malam ini, bukan?
3.      Dia belum punya pacar, bukan?
4.      Daun-daun berguguran waktu musim gugur, bukan?
5.      Kamu menelpon dia tadi malam, bukan?
Dalam bahasa Inggris, kelima kalimat di atas menjadi:
1.       You are hungry, aren’t you?
2.      Rudi and Rani will study together tonight, won’t they?
3.      She has not had a boyfriend, has she?
4.      Leaves fall during the fall, don’t they?
5.      You called her last night, didn’t you?
“aren’t you?’, won’t they?”, “has she?” , “don’t they?” dan didn’t you?di kalimat di atas disebut tag questions.
Question tag diformulasi dengan mengikuti rules berikut:
1. Tensis pada question tag dan main clause (pokok kalimat) harus sama. Jika main clause dalam simple past tense, maka question tag juga harus dalam simple past tense; Jika main clause dalam present perfect, maka question tag juga harus dalam present perfect, dst.
2. Terkait dengan poin 1 maka auxiliary pada question tag harus sama dengan auxiliary pada main clause. Jika main clause tidak menggunakan auxiliary, maka question tag menggunakan kata bantu do, does (kalau dalam simple present tense), atau did (kalau dalam simple past tense).
3. Subject dari question tag selalu dalam bentuk subject pronoun (i.e. I, she, he, it, you, they, dan we). Subject pronoun ini harus sesuai dengan subject dari main clause yang digantikannya.
Selain itu, hafalkan perubahan subject main clause ke subject question tag berikut:
Subject main clause
Subject question tag
There
                         there
It
This/that
Everything/nothing
                              it
These/those
Everyone/ no one
everybody/nobody
                               they


4. Jika main clause-nya negatif, maka question tag-nya adalah positif Sebaliknya, jika main clause-nya positif, maka question tag-nya adalah negatif . Kadang-kadang main clause bermakna negatif walaupun tidak menggunakan NOT, misalnya:

  •  jika subject-nya nobody, no one, nothing, etc
  •  jika verb-nya dislike, disagree, etc
  • jika adverb-nya never, hardly, etc
  • jika adjective-nya unhappy, immobile, irregular, etc.

Karena main clause-nya bermakna negatif maka question tag-nya adalah positif.
5. Jika question tag-nya negatif, ada 2 pola yang bisa digunakan, yaitu dengan mengkontraksi not menjadi n’t kemudian menggabungkannya dengan auxiliary di depannya.
(auxiliary+n’t) + subject?
Atau, dengan menggunakan pola yang lebih formal, yaitu dengan menempatkan not setelah subject, sebagai berikut:
auxiliary + subject + not?
6. Khusus untuk be am, question tag-nya adalah
·         ‘am I not?‘ (formal) atau ‘aren’t I?” (in speaking/kurang formal) jika negatif, atau
·         ‘am I?’ jika positif.
7. Jika main clause menggunakan verb have/has atau need, in American English, question tag-nya mengggunakan kata bantu do/does.
Contoh lain:
a.      They didn’t study last night, did they?
b.      She hasn’t met the new student, has she?
c.       You are not allergic to pollens, are you? (Kamu tidak alergi terhadap tepung sari   bunga, bukan?).
d.      You will open that door for me, won’t you?
e.      It’s holiday tomorrow, isn’t it?
f.        There were a lot of people coming to the party last night, weren’t there?
g.      No one called me, did they? (Tidak ada orang yang nelpon saya, bukan?)
h.     Your friends never learn English seriously, do they? (Teman-temanmu tidak pernah belajar bahasa Inggris dengan serius, bukan?).
i.        We need some extra money, don’t we? (American English). OR, We need some extra money, needn’t we? (British English).
j.        She has a dimple on her left cheek, does she not? (Dia punya lesung pipi di pipi kirinya, bukan?). Perhatikan penempatan not! OR: She has a dimple on her left cheek, doesn’t she?. OR, She has a dimple on her left cheek, hasn’t she? (British English)
k.      In cartoon, Tom and Jerry always fight, do they not? OR: In cartoon, Tom and Jerry always fight, don’t they?
l.        Apples and grapes are her favorites, are they not? OR: Apples and grapes are her favorites, aren’t they?
m.   I am included, am I not? OR: I am included, aren’t I?
n.     I am not ugly, am I?
o.      Everybody looks happy with our decision, don’t they?

Minggu, 21 April 2013

To be a Writer (Menjadi Seorang Penulis)

I'm still  bad at writing, but  I never give up. I must write everyday, and I never stop writing. I know , there are  so many  intelligent people but they are not willing to be a writer. Because they know that being a writer needs hard  practicing. My blog here is to motivate me and all of you to be a meaningful people, one of them is to  be a writer.

I have read a motivating article to encourage someone to be a writer. If  you love to write, and perhaps you’ve even had some of your work published, but you just can’t seem to get your career as a freelance writer of nonfiction off the ground. Here are some flight lessons based  on of  the suggestions  many famous writers:

1. Focus

Nonfiction is an enormous universe. Map out a very small segment of the cosmos. Do you enjoy writing creative nonfiction — long articles and essays with a narrative flair that reads almost like fiction? Or do you have a more practical bent, tending toward how-to articles or procedural guides? Perhaps you’d like to write reviews of books or video games or software or appliances. Narrow your topic field; you can always widen your scope later.

2. Adopt

What are your favorite Web sites or magazines or books? Are there writers whose styles inspire you? Find the publications that publish the kinds of content you like to read, and study the writing techniques on display. Don’t strive to imitate; use this step simply to help you find your niche.

3. List

Create a short directory of publications or publishers to target. Assuming you’re just starting out, list targets more likely to publish writing by a beginner, but don’t be afraid to include a couple more high-profile publications. And don’t neglect what’s right under your nose: community newspaper(s), local magazines, and Web sites that publicize your region’s businesses or cultural and natural assets.

4. Compile

Collect some of your best writing — published or otherwise — that represents you well and matches the type of content those publications are looking for.

5. Contact

Go to your publisher directory, look up the URL for publication Web sites, and search for submission guidelines. If there are none, send a request for guidelines to the editorial department’s email address or the information address.

6. Pitch

Come up with proposals for a few articles or essays you’d like to write, match them to various publications, and send them in. Alternatively or in addition, submit completed articles on spec. (“On spec,” short for “on specifications,” means tailoring an already written piece toward a specific market and offering it for publication.)
The strategy of writing on spec has its detractors, but it’s a good way to break into the writing market, and even if the piece itself is turned down, it may demonstrate to an editor that your pitch is worth a look, or that you might be a good match for an article they need a writer for.

7. Persevere

Repeat step 6. If your pitch or your spec article is rejected, send it to someone else. If you strike out five or ten times, retire the idea, call in another one, and start another round with a new batch of publications. (Wait a few months before circling back around to those that turned you down previously, but never delete them from your directory.) Repeat.

You may get an acceptance or an assignment on your first try. (It’s happened.) You may get turned down once, or ten times, or a hundred times. Don’t give up. If you want it bad enough, you’ll get it, eventually. Your goal is not to hear “No” a given number of times, but to hear “Yes” once, and then once more, and then once more after that, etc. An unpublished writer is a writer who has given up.

Tanpa Berpacaranpun, Rumah Tanggaku Bisa Sangat Membahagiakan oleh Maskatno Giri

Percaya boleh,  tidak juga boleh. Kehidupan rumah tanggaku sangat membahagiakan, padahal  sebelum menikah aku tanpa melewati proses pacaran. Maka saat ini aku  masih pada pendirianku, seperti waktu remaja dulu bahwa pacaran  justru bisa menuju kenistaan, kebohongan, perzinaan, kehancuran rumah tangga, hilangnya harga diri, saling curiga antar pasangan  dll. Sekali lagi, itu keyakinan pribadiku, dan aku tidak bisa memaksakan kehendak kepada orang lain supaya sepertiku.

Baiklah, akan kuceritakan tentang sedikit perjalanku, juga  sahabat-sahabatku yang  dulu seneng pacaran dan   sahabatku  yang  tanpa berpacaran.

Sejak remaja aku sudah aktif di berbagai bentuk kajian Islam. Kebetulan  berbagai kajian tersebut menegaskan bahwa pacaran tidak ada dalam istilah Islam. Akupun  meyakini bahwa pacaran adalah berhukum haram. Alhamdulillah aku tidak berniat punya pacar dan tentu aku tidak berpacaran.

Temanku pun sempat bertanya. Bagaimana mungkin bisa mengetahui karakter calon pasangan hidup  seseorang bila tanpa berpacaran? Pertanyaan ini menurutku logis juga. Namun, sang ustadz pun menjawabnya bahwa utnuk mengetahui seseorang lebih jauh siapa dia, kita bisa bertanya dengan teman dekatnya, atau bisa juga ke tetangganya. Untuk tahu lebih mendalam lagi kita bisa menyelidiki siapa keluarganya dan siapa  orang tuanaya. Dalam ajaran Jawa bisa kita ambil  pelajaran "BIBIT, BEBET DAN BOBOT".

BERLANJUT.  



Kamis, 18 April 2013

Pembelajaran Hidup dari Tasripin dan 3 Adiknya (Kisah nyata ini kutulis ulang dari detik.com)

Aku benar-beanr tersentuh dan meneteskan air mata ketika membaca perjuangan  hidup seorang anak sulung yang bekerja keras, bertanggung jawab dengan kehidupan adik-adiknya. Sungguh kisah ini bisa mengingatkan para remaja dan orang tua untuk menjadi manusia bermakna.

Kisah  kehidupan anak luar biasa ini adalah nyata,  di tengah berbagai kisah  kerusakan moral remaja yang suka foya-foya, konsumsi narkoba, pacaran dan berzina, ternyata masih ada remaja yang tangguh dan dapat diandalkan.  Dia  adalah Tasripin. Kisah ini kupetik dari detik.com.
 Tasripin (12) seharian  bekerja di sawah untuk upah Rp 30-40 ribu menghidupi 3 adiknya Dandi (9), Riyanti (7), dan Daryo (5). Setelah ibunya meninggal dunia dan ayahnya di Kalimantan, Tasripin mesti putus sekolah. Dia mesti menghidupi adik-adiknya di rumah mereka yang amat jauh dari layak.

Seperti ditulis di detik.com. Pada Kamis (18/4/2013) anggota TNI dari Kodim 0701 Banyumas dan Korem 071 Wijayakusuma memberi bantuan pada Tasripin. Rumahnya direnovasi menjadi lebih layak. Sementara rumah direnovasi, Tasripin dan ketiga adiknya diinapkan di hotel.

Tampak raut wajah bahagia dan senang dari Tasripin dan ketiga adiknya. Seperti tidak ada beban dalam diri mereka, yang asik bermain dan bersanda gurau di atas kasur empuk, televisi besar dan jelas gambarnya.

Makanan serta cemilan terus datang dari para donatur di kamar hotel tersebut. Tasripin pun mengucapkan terima kasih atas bantuan yang saat ini dia terima sambil mengungkapkan keinginannya untuk melanjutkan pendidikannya.

"Saya ingin sekolah lagi nanti asal bapak pulang," ungkapnya.

Dari informasi yang dikumpulkan, ayah Tasripin akan pulang dan menemui Tasripin serta ketiga adiknya sore ini. Ayah Tasripin pulang dengan menaiki kapal sehingga membutuhkan waktu lama untuk tiba di Banyumas. Ayahnya bekerja di Kalimantan.

Hampir setiap hari, Tasripin mesti pergi ke sawah untuk mencari uang demi menghidupi ketiga adiknya. Para tetangga sekitar yang simpati dengan keadaan Tasripin pun kadang sering membantu menberikan nasi maupun lauk pauk bagi bocah-bocah tersebut. Tak jarang mereka hanya makan dengan nasi seadanya.

"Kalau berangkat ke sawah jam 7 pagi dan pulang jam 12 siang. Kadang sehari dapet Rp 30-40 ribu sehari. Itu beli beras dan sayur. Sisanya untuk jajan adik," jelas bocah ini.

Pagi sebelum dia berangkat ke sawah, Tasripin harus memasak nasi dan sayur untuk adik-adiknya. Selain memasak, dia juga harus mencuci pakaian, menyapu serta memandikan adik-adiknya.

Tapi bukan hanya sekedar memandikan dan memberikan makan untuk adik-adiknya, dia pun bertanggung jawab terhadap akhlak adik-adiknya dengan mengajak adik-adiknya salat dan mengaji di musala depan rumahnya.

Tanggung jawab yang besar membuat dia harus bekerja keras, tidak jarang jika tidak mendapatkan pekerjaan, dia harus mengutang beras di warung. "Kalau tidak ada uang suka utang di warung, bayarnya nanti kalau bapak pulang," katanya.

Saat ini Tasripin harus berhenti bersekolah, karena menunggak biaya SPP, sementara kedua adiknya Dandi dan Riyanti pun tidak melanjutkan sekolah karena malu sering diejek oleh teman-temannya. Hanya Daryo, adik terakhirnya yang masih bersekolah di PAUD di dusun tersebut.

"Sudah tidak sekolah SD, hanya satu adik saya yang sekolah di Paud, Kadang saya yang biayain, kadang menunggu kiriman dari bapak," ujarnya polos.

Dulu saat sekolah dia harus menempuh jarak sekitar 3 kilometer untuk mencapai tempat sekolahnya, jalan berbatu dan perbukitan serta hutan harus dilalui dia setiap harinya. Maklum, Dusun Pesawahan, Desa Gununglurah, Kecamatan Cilongok berada di lereng kaki Gunung Slamet dengan jumlah penduduk 319 Jiwa dari 187 rumah.

Menghabiskan Waktu dengan Menulis Oleh Maskatno Giri

Menggunakan waktu efektif melalui latihan menulis. Mau tidur tidak bisa. Kalau  hanya mau membuang -buang waktu sia-sia sebetulnya mudah saja. Tapi, buat apa kita hidup kalau hanya sia-sia.

Menulislah  apa  yang ada dipikiran dan  perasaanmu. Itulah nasihat yang disampaikan oleh motivator kepenulisan. Kalau aku sendiri, sifatnya adalah  motivator utamamnya untuk  diri sendiri dan anak-anakku sendiri.  EEh dampaknya  ternyata  luar  biasa. Anakku yang pertama  sudah termotivasi untuk menulis. Dia sudah mampu membuat puisi indah, cerpen dan bahkan novel. Dia aktif  menulis buku harian sejak usia SD. Kini dia sudah kelas  satu SMP dan Alhamdulillah sudah menetapkan  obsesinya menjadi penulis.

Secara teori, menulis itu mudah. Prosesnya cuma gampang (3M)  membaca, melatih diri untuk tidak bosan menulis dan menulis. Namun, ternyata rumus 3 M ini  tidak dilaksanankan dengan baik oleh  kebanyakan orang. Barangkali hanya orang-orang  tertentu yang diberi hidayah SEMANGAT dari  Allah Tuahan YME yang mau "rekoso" berlatih dan berlatih.

Indonesia kata banyak  orang masih miskin penulis, tapi kaya penyanyi. Sebetulnya, ini kesempatan luar biasa bagi yang punya nyali untuk menjadi penulis hebat karena pesaingnya sedikit. Untuk menjadi penyanyi pasti pesaingnya sangat banyak.

Bagi pembaca blogku yang terhormat, ayo semangat menjadi penulis.

Rabu, 17 April 2013

"Menjadi Manusia Terbaik Kenapa Tidak?' oleh Maskatno Giri

"Jadilah manusia terbaik ". Itulah nasihat yang baru saja kuperoleh dari membaca buku  saku di sela-sela  mengawasi UN  SMA. Banyak orang yang menerjemahkan nasihat menjadi  manusia terbaik adalah menjadi manusia yang  selalu top di hadapan manusia lain. Sehingga mereka berusaha menjadi terbaik dalam penampilan fisik tubuh, dan kepemilikan harta yang wah seperti memiliki mobil,  gadget, rumah dll, pokonya yang baik-baik. Mereka beranggapan bahwa dengan  berpenampilan fisik OK, mereka akan disegani, dimulyakan, dimanusiakan,dll.

Karena  keinginan yang menggebu untuk tampil OK, banyak manusia rela berkorupsi, menipu orang lain, menipu diri sendiri dll.  Keinginanya supaya menjadi manusia unggul atau TOP. Pembaca bisa saja menyimpulkan manusia jenis ini termasuk manusia cerdas apa bukan. Yang jelas jenis manusia seperti ini tidak sedikit. Mereka rela menipu diri, menipu orang lain demi tujuan keunggulan pribadi keluarga dan kelompok. Aku sendiri pun pernah menjadi korban dari  penipuan jenis manusia yang telah kusebutkan itu.

Ternyata, menurut buku yang telah kubaca, kutemukan penjelasan yang lebih mendalam, bahwa menjadi manuisa terbaik  adalah  menjadi menjadi manusia yang luhur atau tinggi derajat akhlaq atau budi pekertinya. Maksudnya apapun kondisinya, manusia yang tetap istiqomah atau  konsisten dalam memegang teguh budi pekerti/akhlaq adalah  manusia terbaik.

Banyak kasus   manusia yang tidak peduli  dalam penjagaan akhlaq, yang sekarang sering  muncul,  baik  terungkap di pengadilan atau tidak,  akhirnya mereka  harus terpuruk dipenjara dan  terungkap kebejatannya. Itulah contoh manuisa yang tidak menjaga akhlaq integritas dan amanah. Mereka itu baru terpuruk di dunia belum juga di akherat,

Bagi yang diberi hidayah akan bisa menyimpulkan  bahwa buat apa kaya raya, tapi..buruk budi, buat apa ganteng cantik tapi suka mencuri, menipu diri dan tidak menjaga harga diri.

Mungkin  pembaca  pernah mengalami sendiri atau melihat orang lain yang memilki pendirian bahwa biar miskin harta tapi memiliki  keluhuran diri, biar wajah dan harta pas-pasan tapi memilki kemuliaan akhlaq dan harga diri dan lain sebaginya.

Pada akhrinya kita diberi kebebasan dalam memilih menjadi  jenis manusia:
  1. Menjadi manusia yang  kaya harta dan  penampilan fisik ok  dan juga  berakhlaq mulia  bahagia  di dunia dan akherat.  
  2. Menjadi manusia yang kaya harta  penampilan  ok, tapi tidak berakhlaq mulia , mungkin di dunia dianggap mulia tapi di akherat celaka
  3. Menjadi manusia yang pas-pasan, baik harta dan penampilan fisik tapi akhlaqnya mulia barangkali di dunia kurang dimulyakan tapi  di akherat hidup mulya dan  mendapat syurga  firdaus.
  4. Menjadi manusia yang sudah miskin harta, wajah ceng-ceng po dan berbudi buruk. Wah ini paling celaka  sudah  sengsara di dunia dan di akherat.

Bagiku menjadi golongan yang pertama adalah  terlalu  ideal, bisa di golongan ketiga saja sudah Alhamdulillah. Ini hanya sebagi refleksi diri, selanjutnya terserah Anda sang Pembaca.