DAFTAR LABELKU (klik saja jangan ragu-ragu)

Senin, 23 November 2015

Metode Pengajaran Bahasa Inggris : Communicative Language Teaching (CLT)

Belajar kembali tentang metode pengajaran bahasa Inggris bersumber dari sekolahbahasainggris.com :  Communicative Language Teaching ( CLT )
Berbeda dengan jumlah yang telah ditulis dalam Communicative Language Teaching literatur tentang dimensi komunikatif bahasa, sedikit yang telah ditulis tentang teori belajar. Baik Brumfit dan Johnson (1979) atau Littlewood (1981), misalnya, menawarkan setiap pembahasan teori belajar. Elemen dari teori belajar yang mendasarinya dapat dilihat dalam beberapa praktek CLT, namun. Salah satu unsur tersebut dapat digambarkan sebagai prinsip komunikasi: Kegiatan yang melibatkan komunikasi real mempromosikan belajar. Unsur kedua adalah prinsip tugas: Aktivitas di mana bahasa digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas bermakna mempromosikan belajar (Johnson 1982). Unsur ketiga adalah prinsip kebermaknaan: Bahasa yang berarti bagi pelajar mendukung proses pembelajaran. Kegiatan belajar yang akibatnya dipilih sesuai dengan seberapa baik mereka terlibat pelajar di bermakna dan otentik penggunaan bahasa (bukan praktek hanya mekanik pola bahasa). Prinsip-prinsip ini, kami sarankan, dapat disimpulkan dari praktek CLT (misalnya, kecil-kayu 1981; Johnson 1982). Mereka mengatasi kondisi yang diperlukan untuk mempromosikan pembelajaran bahasa kedua, daripada proses akuisisi bahasa.

 Account baru lebih dari Communicative Language Teaching, bagaimanapun, telah berusaha untuk menggambarkan teori dari proses pembelajaran bahasa yang kompatibel dengan pendekatan komunikatif. Savignon (1983) survei akuisisi bahasa kedua penelitian sebagai sumber teori belajar dan menganggap peran linguistik, sosial, kognitif, dan variabel individu dalam akuisisi bahasa. Teori lain (misalnya, Stephen Krashen, yang tidak terkait langsung dengan Communicative Language Teaching) telah mengembangkan teori disebut sebagai kompatibel dengan prinsip-prinsip CLT. Krashen melihat akuisisi sebagai proses dasar yang terlibat dalam mengembangkan kemampuan bahasa dan membedakan proses ini dari belajar. Akuisisi mengacu pada pengembangan sadar dari sistem bahasa target sebagai hasil dari menggunakan bahasa untuk komunikasi real. Belajar adalah representasi sadar pengetahuan tata bahasa yang telah dihasilkan dari instruksi, dan tidak dapat menyebabkan akuisisi. Ini adalah sistem yang diperoleh bahwa kita memanggil untuk membuat ucapan selama penggunaan bahasa spontan. Sistem belajar dapat berfungsi hanya sebagai monitor dari output dari sistem yang diperoleh. Krashen dan teori akuisisi bahasa kedua lainnya biasanya menekankan bahwa pembelajaran bahasa terjadi melalui menggunakan bahasa komunikatif, bukan melalui kemampuan bahasa berlatih.


Johnson (1984) dan Littlewood (1984) mempertimbangkan teori belajar alternatif yang mereka juga lihat sebagai kompatibel dengan CLT-model keterampilan-learning pembelajaran. Menurut teori ini, akuisisi kompetensi komunikatif dalam bahasa adalah contoh pengembangan keterampilan. Ini melibatkan kedua kognitif dan aspek perilaku:
Aspek kognitif melibatkan internalisasi rencana untuk menciptakan perilaku yang sesuai. Untuk penggunaan bahasa, rencana ini berasal terutama dari sistem bahasa – mereka termasuk aturan tata bahasa, tata cara memilih kosa kata, dan konvensi sosial yang mengatur bicara. Aspek perilaku melibatkan otomatisasi rencana ini sehingga mereka dapat dikonversi menjadi kinerja fasih dalam real time. Hal ini terjadi terutama melalui praktek dalam mengkonversi rencana ke kinerja. (Littlewood 1984: 74)
Teori ini sehingga mendorong penekanan pada praktek sebagai cara untuk mengembangkan keterampilan komunikatif.

Minggu, 22 November 2015

Pendekatan Inquiry Based Learning (IBL)

1.  Pengertian Pendekatan IBL
   Kata “Inquiry” berasal dari bahasa Inggris yang berarti mengadakan penyelidikan, menanyakan keterangan, melakukan pemeriksaan (Echols dan Hassan Shadily, 2003: 323). Sedangkan menurut Gulo (2005:84) inkuiri berarti pertanyaan atau pemeriksaan, penyelidikan.
   Pendekatan IBL adalah suatu pendekatan yang digunakan dan mengacu pada suatu cara untuk mempertanyakan, mencari pengetahuan (informasi), atau mempelajari suatu gejala. Pembelajaran dengan pendekatan IBL selalu mengusahakan agar siswa selalu aktif secara mental maupun fisik. Materi yang disajikan guru bukan begitu saja diberitahukan dan diterima oleh siswa, tetapi siswa diusahakan sedemikian rupa sehingga mereka memperoleh berbagai pengalaman dalam rangka “menemukan sendiri” konsep-konsep yang direncanakan oleh guru.
Sasaran utama kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan IBL ini adalah:
1. Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan relajar mengajar
2. Mengembangkan sikap percaya pada diri sendiri (self-confident) pada diri   siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.
   Pembelajaran  dengan  pendekatan  inkuiri  dapat  menggunakan  berbagai macam metode. Apapun metode yang dipilih hendaknya tetap mencerminkan ciri-ciri pembelajaran dengan pendekatan inkuiri. Ada beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan dengan pendekatan inkuiri, antara lain: tanya jawab, diskusi, demonstrasi, eksperimen dan lain-lain.
1.2. Jenis dan Tingkatan dari Inkuiri
Beberapa jenis/ tingkatan inkuiri, dari yang paling sederhana sampai kepada yang ideal, seperti yang terlihat dalam tabel 1.
Tabel 1. Jenis dan Tingkatan Inkuiri
     Dalam penelitian ini, tingkatan inkuiri yang dipilih adalah tipe C, yaitu siswa diberi beberapa pertolongan dalam memformulasikan dan mendefinisikan masalah kemudian dibantu dalam penyelidikan pemecahan masalah. Kesimpulan tidak ditetapkan sebelumnya, kemudian baru pada tahap selanjutnya kesimpulan diambil.
     Model pembelajaran IBL dapat dilakukan dengan cara guru membagi tugas untuk membuat pertanyaan yang disertai dengan jawabannya, kemudian guru juga memberi tugas untuk meneliti suatu masalah ke kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan. Dalam kegiatan ini guru menyediakan petunjuk yang cukup luas kepada siswa dan sebagian perencanaannya dibuat oleh guru. Kemudian mereka mempelajari, meneliti dan membahas tugasnya didalam kelompok. Setelah hasil kerja mereka dalam kelompok didiskusikan, kemudian dibuat laporan yang tersusun dengan baik. Akhirnya hasil laporan kerja kelompok dilaporkan dalam diskusi kelas. Dari diskusi kelas inilah kesimpulan akan dirumuskan sebagai konsep materi yang sedang dibahas.
1.3. Peran Guru dalam Pembelajaran dengan Pendekatan IBL
Menurut Gulo (2005: 86-87) guru dalam menciptakan kondisi belajar dengan pendekatan inkuiri mempunyai berbagai macam peran, antar lain:
a.    Sebagai motivator, yang memberi rangsangan agar siswa aktif dalam berfikir
b.    Sebagai fasilitator, yang menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses berfikir siswa.
c.  Sebagai penanya, untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat dan memberi keyakinan pada diri sendiri.
d.   Sebagai administrator, yang bertanggung jawab terhadap kegiatan di kelas.
e.   Sebagai pengarah, yang memimpin arus kegiatan berfikir siswa ke tujuan yang diharapkan
f.    Sebagai manager, yang mengelola sumber belajar, waktu dan organisasi kelas.
1.4. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan IBL
     Dalam pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah, guru lebih aktif sebagai pemberi pengetahuan bagi siswa, guru dianggap sebagai sumber informasi, sedangkan siswa hanya sebagai subjek yang harus menerima materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Akibatnya siswa memiliki banyak pengetahuan tetapi tidak pernah dilatih untuk menemukan pengetahuan dan  konsep sehingga siswa cenderung lebih cepat bosan dalam mengikuti pelajaran, serta cepat lupa dengan materi pelajaran yang diajarkan. Masalah demikian dapat diatasi dengan cara menerapkan model pembelajaran dengan pendekatan IBL dalam kegiatan pembelajaran, karena dengan pendekatan ini siswa dilibatkan secara aktif dalam kegiatan. Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa model pembelajaran IBL mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan metode ceramah. Adapun kelebihan model pembelajaran dengan pendekatan IBL ini adalah:
a.  Dapat membentuk dan mengembangkan “self-concept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
b.  Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang aru.
c.  Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap byektif, jujur dan terbuka.
d.  Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri.
e.  Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik.
f.   Situasi proses belajar menjadi merangsang.
g.  Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.
h.  Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.
i.   Siswa dapat menghindari dari cara-cara belajar yang tradisional.
j. Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengamilasi dan mengakomodasi informasi.
Kekurangan pendekatan IBL adalah:
a.  Diharuskan adanya kesiapan mental pada siswa.
b. Perlu adanya proses penyesuaian/adaptasi dari metode tradisional ke pendekatan ini.
Sumber referensi  bacaan darik  mba Dini Lestari blog