Di suatu kesempatan Bp Mario Teguh memotivasi: "Jagalah track record (rekam jejak) Anda. Karena Anda calon "orang besar". Orang besar sejatinya adalah orang yang selalu berhati-hati menjaga diri dan konsisten dalam kebaikan. Kebaikan mengundang rezeki kebaikan di masa kini dan masa depan. Jangan mudah goyah oleh bujukan syetan yang mengajak kepada kejelekan/ dosa, di situlah letak turunnya kemulian Anda. Salam Super! ".
Demikian juga, aku dulu juga sering dimotivasi. "Sopo nandur bakale ngunduh". Itulah kata bijak dari para orang tua yang telah kuhafal puluhan tahun lalu. Andai nasihat itu dilakukan secara maksimal pasti bisa menjadikan hidup ini optimal.
Tentu bila di antara kita merasa dan yakin bahwa segala sesuatu ada balasannya, tak ada kata malas dalam perbuatan baik. Juga akan berhati-hati dalam perbuatan buruk.
Sudah sering kita dengar bahwa perbuatan baik akan membawa dampak baik bagi pelakunya sendiri dan juga untuk orang lain. Pahala berlipat pasti didapat.
Namun, karena kekhilafan, kelemahan, kebodohan dll kita sebagai manusia sering tergelincir kepada perbuatan jelek (baca=dosa), Pengaruh negatif dari perbuatan dosa dan maksiat telah diringkas dalam kitab Ad-Da`u wad Dawa`, karya Al-Imam Ibnul Qayyim .Berikut dampak perbuatan jelek/ dosa bagi manusia:
Demikian juga, aku dulu juga sering dimotivasi. "Sopo nandur bakale ngunduh". Itulah kata bijak dari para orang tua yang telah kuhafal puluhan tahun lalu. Andai nasihat itu dilakukan secara maksimal pasti bisa menjadikan hidup ini optimal.
Tentu bila di antara kita merasa dan yakin bahwa segala sesuatu ada balasannya, tak ada kata malas dalam perbuatan baik. Juga akan berhati-hati dalam perbuatan buruk.
Sudah sering kita dengar bahwa perbuatan baik akan membawa dampak baik bagi pelakunya sendiri dan juga untuk orang lain. Pahala berlipat pasti didapat.
Namun, karena kekhilafan, kelemahan, kebodohan dll kita sebagai manusia sering tergelincir kepada perbuatan jelek (baca=dosa), Pengaruh negatif dari perbuatan dosa dan maksiat telah diringkas dalam kitab Ad-Da`u wad Dawa`, karya Al-Imam Ibnul Qayyim .Berikut dampak perbuatan jelek/ dosa bagi manusia:
1. Menghalangi dari ilmu yang haq. Karena ilmu merupakan cahaya yang
dilemparkan ke dalam hati, sementara maksiat akan memadamkan cahaya.
Tatkala Al-Imam Asy-Syafi’i v belajar kepada Al-Imam Malik v, Al-Imam
Malik terkagum-kagum dengan kecerdasan dan kesempurnaan pemahaman
Asy-Syafi’i. Al-Imam Malik pun berpesan pada muridnya ini, “Aku
memandang Allah SWT telah memasukkan cahaya ilmu di hatimu. Maka janganlah
engkau padamkan cahaya tersebut dengan kegelapan maksiat.”
2. Menghalangi dari beroleh rizki dan urusannya dipersulit.
Takwa kepada Allah SWT akan mendatangkan rizki dan memudahkan urusan seorang hamba sebagaimana firman-Nya:
“Siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan bagi
orang tersebut jalan keluar (dari permasalahannya) dan memberinya rizki
dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (Ath-Thalaq: 2-3)
“Siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (Ath-Thalaq: 4)
Meninggalkan takwa berarti akan mendatangkan kefakiran dan membuat si hamba terbelit urusannya.
3. Merasa asing dengan Allah SWT,
sebagaimana jauhnya pelaku maksiat dari orang-orang baik dan dekatnya
dia dengan setan.
4. Menutupi hati dengan kegelapan, sebagaimana gelapnya malam. Karena
ketaatan adalah cahaya, sedangkan maksiat adalah kegelapan. Bila
kegelapan itu bertambah di dalam hati, akan bertambah pula kebingungan
si hamba. Hingga ia jatuh ke dalam bid’ah, kesesatan, dan perkara yang
membinasakan tanpa ia sadari. Sebagaimana orang buta yang keluar
sendirian di malam yang gelap dengan berjalan kaki.
Bila kegelapan itu semakin pekat akan tampaklah tandanya di mata si
hamba. Terus demikian, hingga tampak di wajahnya yang menghitam yang
terlihat oleh semua orang.
5. Melemahkan hati dan tubuh, karena kekuatan seorang
mukmin itu bersumber dari hatinya. Semakin kuat hatinya semakin kuat
tubuhnya. Adapun orang fajir/pendosa, sekalipun badannya tampak kuat,
namun sebenarnya ia selemah-lemah manusia.
6. Memperpendek umur dan menghilangkan keberkahannya,
sementara perbuatan baik akan menambah umur dan keberkahannya. Mengapa
demikian? Karena kehidupan yang hakiki dari seorang hamba diperoleh bila
hatinya hidup. Sementara, orang yang hatinya mati walaupun masih
berjalan di muka bumi, hakikatnya ia telah mati. Oleh karenanya Allah l
menyatakan orang kafir adalah mayat dalam keadaan mereka masih
berkeliaran di muka bumi:
“Mereka itu adalah orang-orang mati yang tidak hidup.” (An-Nahl: 21)
Bila seorang hamba berpaling dari Allah SWTdan menyibukkan diri dengan
maksiat, berarti hilanglah hari-hari kehidupannya yang hakiki. Di mana
suatu hari nanti akan jadi penyesalan baginya:
“Aduhai kiranya dahulu aku mengerjakan amal shalih untuk hidupku ini.” (Al-Fajr: 24)
7. Mengundang maksiat lainnya, sehingga terasa
berat bagi si hamba untuk meninggalkan kemaksiatan. Sebagaimana ucapan
sebagian salaf: “Termasuk hukuman perbuatan jelek adalah pelakunya akan
jatuh ke dalam kejelekan yang lain. Dan termasuk balasan kebaikan adalah
kebaikan yang lain. Seorang hamba bila berbuat satu kebaikan maka
kebaikan yang lain akan berkata, ‘Lakukan pula aku.’ Bila si hamba
melakukan kebaikan yang kedua tersebut, maka kebaikan ketiga akan
berucap yang sama. Demikian seterusnya. Hingga menjadi berlipatgandalah
keuntungannya, kian bertambahlah kebaikannya. Demikian pula kejelekan….”
8. Melemahkan hati dan secara perlahan akan melemahkan
keinginan seorang hamba untuk bertaubat dari maksiat, hingga pada
akhirnya keinginan taubat tersebut hilang sama sekali.
9. Mengurangi kepekaan hati. Orang yang sering berbuat dosa dan maksiat, hatinya tidak lagi
merasakan jeleknya perbuatan dosa. Malah berbuat dosa telah menjadi
kebiasaan. Dia tidak lagi peduli dengan pandangan manusia dan acuh
dengan ucapan mereka. Bahkan ia bangga dengan maksiat yang dilakukannya.
Bila sudah seperti ini model seorang hamba, ia tidak akan dimaafkan, sebagaimana berita dari Rasulullah n:
“Setiap umatku akan dimaafkan kesalahan/dosanya kecuali orang-orang
yang berbuat dosa dengan terang-terangan. Dan termasuk berbuat dosa
dengan terang-terangan adalah seseorang melakukan suatu dosa di waktu
malam dan Allah menutup perbuatan jelek yang dilakukannya tersebut2
namun di pagi harinya ia berkata pada orang lain, “Wahai Fulan, tadi
malam aku telah melakukan perbuatan ini dan itu.” Padahal ia telah
bermalam dalam keadaan Tuhannya menutupi kejelekan yang diperbuatnya.
Namun ia berpagi hari menyingkap sendiri tutupan (tabir) Allah yang
menutupi dirinya.” (HR. Al-Bukhari no. 6069 dan Muslim no. 7410)
10. Menjadi warisan buruk untuk generasi berikutnya. Contoh;Kaum Luth yang telah dibinasakan oleh Allah . Karena perbuatan homoseksual adalah terwariskan kaum Luth.
Berlaku sombong di muka bumi dan membuat kerusakan adalah terwariskan dari kaum Fir’aun.
Sombong dan tinggi hati adalah terwariskan kaum Hud.
11. Menjadi hina seorang hamba oleh Rabbnya.
Bila Allah swt telah menghinakan seorang hamba maka tak ada seorang pun yang akan memuliakannya.
“Siapa yang dihinakan Allah niscaya tak ada seorang pun yang akan memuliakannya.” (Al-Hajj: 18)
Walaupun mungkin secara zhahir manusia menghormatinya karena
kebutuhan mereka terhadapnya atau mereka takut dari kejelekannya, namun
di hati manusia ia dianggap sebagai sesuatu yang paling rendah dan hina.
12. Meremehkan dosa dan menganggapnya kecil. Ini merupakan
tanda kebinasaan seorang hamba. Karena bila suatu dosa dianggap kecil
maka akan semakin besar di sisi Allah l.
Al-Imam Al-Bukhari v dalam Shahih-nya (no. 6308) menyebutkan ucapan sahabat yang mulia Ibnu Mas’ud
“Seorang mukmin memandang dosa-dosanya seakan-akan ia duduk di bawah
sebuah gunung yang ditakutkan akan jatuh menimpanya. Sementara seorang
fajir/pendosa memandang dosa-dosanya seperti seekor lalat yang lewat di
atas hidungnya, ia cukup mengibaskan tangan untuk mengusir lalat
tersebut.”
13. Merusak akal. Karena akal memiliki cahaya, sementara
maksiat pasti akan memadamkan cahaya akal. Bila cahayanya telah padam,
akal menjadi lemah dan kurang.
Sebagian salaf berkata: “Tidaklah seseorang bermaksiat kepada Allah l hingga hilang akalnya.”
Hal ini jelas sekali, karena orang yang hadir akalnya tentunya akan
menghalangi dirinya dari berbuat maksiat. Ia sadar sedang berada dalam
pengawasan-Nya, di bawah kekuasaan-Nya, ia berada di bumi Allah SWT, di
bawah langit-Nya dan para malaikat Allah l menyaksikan perbuatannya.
14. Mematikan dan menutupi hati, hingga ia termasuk orang-orang yang lalai. Allah SWT berfirman:
“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.” (Al-Muthaffifin: 14)
Al-Hasan Al-Bashri v berkata menafsirkan ayat di atas: “Itu adalah dosa di atas dosa (bertumpuk-tumpuk) hingga mati hatinya.”3
15. Menghalangi dari mendapatkan doa para malaikat. Karena malaikat hanya
mendoakan orang-orang yang beriman, yang suka bertaubat, yang selalu
mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah n. Allah SWT berfirman:
“Malaikat-malaikat yang memikul Arsy dan malaikat yang berada di
sekelilingnya bertasbih memuji Rabb mereka dan mereka beriman kepada-Nya
serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman, seraya berucap,
‘Wahai Rabb kami, rahmat dan ilmu-Mu meliputi segala sesuatu, maka
berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan-Mu
dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala. Wahai
Rabb kami, masukkanlah mereka ke dalam surga Adn yang telah Engkau
janjikan kepada mereka dan orang-orang yang shalih di antara bapak-bapak
mereka, istri-istri mereka, dan keturunan mereka semuanya. Sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha memiliki hikmah. Dan peliharalah
mereka dari (balasan) kejahatan. Orang-orang yang Engkau pelihara dari
pembalasan kejahatan pada hari itu maka sungguh telah Engkau anugerahkan
rahmat kepadanya dan itulah kemenangan yang besar’.” (Ghafir: 7-9)
Demikian beberapa pengaruh negatif dari perbuatan dosa dan maksiat. Semoga kita diberi oleh Allah kekuatan unutk tetap dalam kebaikan. SALAM SUKSES SEJATI