Aku sering lupa untuk bersyukur. Aku terkadang bagaikan orang kehausan atas limpahan rahmat dari Allah Yang Maha Kuasa. Hampir-hampir, aku tidak merasa legowo/ ikhlas atas pemberian berbagai nikmat dari Nya yang tak ternilai harganya. Aku sering menuntut yang lebih dan lebih.
Dalam upaya kesyukuran/ Aku berusaha mengingat masa laluku. Tentu masa lalu yang mampu membangkitkan energiku kembali. .........................Aku terlahir dari pasangan Buruh-Petani; bp Alm Karso Widjoyo dan Ibu Kainah. Aku anak terakhir dari tujuh bersaudara. Dan aku satu-satunya anak yang diberi kesempatan oleh Allah SWT mampu bersekolah sampai S2 (S1-S2 di UNS Solo). Ini kujalani dengan nekat sambil merangkak-rangkak. Aku kuliah total dengan biaya sendiri. Bahkan dari SMA aku sudah sambil kerja. Subhanallah ini semata-mata keajaiban dari Allah SWT. Bagaimana ini tidak ajaib?
Aku berpisik lemah dan kecil. Bahkan saat di SD sampai di SMP aku yang paling kecil. Salah satu sebabnya, aku kurban gizi buruk. Maklum ibuku melahirkanku saat-saat beliau mendekati menopuase (sekitar 45 tahun). Wajar saja kalau aku tidak mampu berpikir cerdas -cerdas amat (baca= biasa-biasa saja). Ya, karena kesadaran mau berdoa dan belajar saja aku sanggup bersaing dengan para siswa normal.
Sudah gizi buruk, juga miskin. Itulah kenyataan yang harus kuterima dengan sabar. Allah SWT bersama dengan orang-orang sabar. Itu pasti benar. Aku telah menjadi bukti. Aku telah ditolong oleh Allah. Sekolah sambil bekerja dibutuhkan stamina prima, Allah telah memabantuku, saat-saat aku bersekolah di Solo ortu tinggal di desa Wonogiri (SMA sampai kuliah ) aku hampir tidak pernah diganjar sakit. Setelah SMA aku lolos tes ke PTN. Dan aku mampu menyelesaikan kuliah lebih cepat dari rata-rata, walau nilai pas-pasan. Alhasil aku lebih cepat mendapat pekerjaan dari rata-rata temanku.
Tidak percaya diri dengan hidup pas-pasan: nilai pas-pasan, pisik pas-pasan, ekonomi pas-pasan. dll. Aku terbentuk menjadi pribadi kurang percaya diri. Bahkan untuk mencintai lawan jenis saja aku tidak berani. Tapi akhirnya, setelah lukus aku dijodohkan dengan tetangga baruku. Aku menikah dengan seseorang yang belum pernah kukenal sama sekali.
Pacaran setelah menikah ternyata membawa keberkahan dan kebahagiaan. Aku harus bersyukur dengan modal lemah dan nekat aku telah diberi kekuatan menikmati hidup bahagia di akhir-akhir usiaku saat ini. Benar juga kata ustadzku : MENUNDA KESENANGAN SAAT MUDA, BAHAGIA DI MASA TUA. Allahu a'lamu bisahwab. TULISAN ......MASIH BERLANJUT
Pacaran setelah menikah ternyata membawa keberkahan dan kebahagiaan. Aku harus bersyukur dengan modal lemah dan nekat aku telah diberi kekuatan menikmati hidup bahagia di akhir-akhir usiaku saat ini. Benar juga kata ustadzku : MENUNDA KESENANGAN SAAT MUDA, BAHAGIA DI MASA TUA. Allahu a'lamu bisahwab. TULISAN ......MASIH BERLANJUT