Rumah kedamaian idealnya identik sebagai rumah kita sendiri. Walau jelek itulah rumah kita. Rumah yang berisi cerita hidup di sebagian besar umur kita. Maksudnya, keseharian kita yang dipenuhi dengan berbagai kesibukan, problema dan godaan itu semua mesti diwadahi, dilebur, dimenej , serta dipecahkan. Benar memang, orang hidup tidak akan lepas dari masalah. Masalah akan mudah selesai bila dipecahkan dengan kepala dingin. Sedangkan pendingin suasana idealnya adalah rumah kita.Tentu rumah yang mendapat berkah dari Allah yang Maha Rahmah.
Rumah kita yang aku maksud adalah rumah di mana istri dan anak-anak kita berlindung, demikian juga di mana kita berlindung dari godaan, tekanan, permasalahan dll. Senyuman istri dan anak adalah energi tiada tara. Teriakan anak-anak kita ibarat Cheer Leaders bagi seorang ayah yang bertanding di dunia kompetisi.
Bagaimanaakah bila kita tidak mendapatkan support, kedamaian, keceriaan di rumah kita sendiri?
Ternyata kita perlu intropeksi, barangkali rumah tersebut bukan rumah kita sebagai manusia. Tapi rumah hantu yang menakutkan. Rumah hantu adalah rumah yang jauh dari hidayah. Barangkali sudah sekian lama bahkan tahunan rumah tersebut tidak dikumandangkan alunan Al Qur'an atau tidak pernah berisikan nasihat-nasihat keimanan dan nilai-nilai keluhuran. Penting untuk dicermati rumah yang berisikan perabot yang jauh dari kehalalan, hiburan-hiburan yang semakin menjauhkan dari keimanan , rumah ini layak disebut rumah hantu dimana setan berkeliaran dan berkerumun. Sumpah serapah, nafsu amarah menjadi bumbu rumah hantu tersebut.
Keilmuan, keimanan, nasihat kebaikan adalah hal-hal yang tidak disukai setan. Bila rumah kita tidak didominasi dengan kebaikan siapa lagi yang berkuasa? Pasti Rajanya setan adalah pengatur segalanya di rumah tersebut. Selanjutnya terserah anda! Ingin menciptakan Rumahku surgaku atau rumahku nerakaku.
Mas Guru berbagi motivasi terutama untuk siswanya di SMAN 1 Girimarto
Rabu, 03 April 2013
Syukur Walau Berat oleh Maskatno Giri
Bangun pagi sebelum shubuh itu hal biasa untuk keluarga kami, dan ini sudah berjalan puluhan tahun. Kalau aku sendiri , tidak bangun pagi bisa berbahaya. Karena lokasi pekerjaanku harus ditempuh lebih dari satu jam perjalanan dengan sspd motor. Malas alias aras=arasen itulah kadang menghantui. Tapi aku yakin itu godaan syetan. Aku harus mampu mengalahkan syetan. Kenyataannya, walau aku betempat tinggal paling jauh di antara temanku satu kantor, aku termasuk lebih rajin dibanding mereka. Aku hampir tidak pernah telat. Kenapa, bisa begitu?
Aku sudah berniat menjadi manusia yang beda dari umumnya. Maksudnya aku tidak ingin menjadi manusia pemalas. Maka aku sudah menetapkan diri bahwa aku harus menjadi manusia yang lebih setidak-tidaknya lebih rajin. Karena aku sadar kelebihanku sedikit, kerajinan merupakan modal andalanku.
Kerajinan adalah salah satu wujud ungkapan sebagai manusia yang mau bersyukur. Aku ingin bahagia dan aku tahu dan sadar bahwa kesyukuran menuju kebahagiaan. Sudah kubuktikan aku adalah jenis manusia yang sangat bahagia hidupnya. jarang sekali aku bersedih. kecuali di waktu aku masih sekolah dulu. Aku bisa merasakan bahwa aku sangat bahagia, dan bisa kuamati bahwa keluargakupun juga demikian.
Namun, sekitar sebulan yang lalu, kebahagiaan keluargaku terganggu karena anakku yang shalihah, cantik dan juara kelas harus pergi selama-lamanya diambil sang pemilik sejati. Aku benar benar goncang, bukan karena tidak ikhlas, tapi aku sulit melupakan kenangan yang manis bersama L. Khoirul Amaliah (10th) yang baik.
Walau bagaimanapun, aku menasihati diriku sendiri dan pembaca blogku ini, mari menjadi pribadi yang penuh kesyukuran walau sangat beratnya.
Aku sudah berniat menjadi manusia yang beda dari umumnya. Maksudnya aku tidak ingin menjadi manusia pemalas. Maka aku sudah menetapkan diri bahwa aku harus menjadi manusia yang lebih setidak-tidaknya lebih rajin. Karena aku sadar kelebihanku sedikit, kerajinan merupakan modal andalanku.
Kerajinan adalah salah satu wujud ungkapan sebagai manusia yang mau bersyukur. Aku ingin bahagia dan aku tahu dan sadar bahwa kesyukuran menuju kebahagiaan. Sudah kubuktikan aku adalah jenis manusia yang sangat bahagia hidupnya. jarang sekali aku bersedih. kecuali di waktu aku masih sekolah dulu. Aku bisa merasakan bahwa aku sangat bahagia, dan bisa kuamati bahwa keluargakupun juga demikian.
Namun, sekitar sebulan yang lalu, kebahagiaan keluargaku terganggu karena anakku yang shalihah, cantik dan juara kelas harus pergi selama-lamanya diambil sang pemilik sejati. Aku benar benar goncang, bukan karena tidak ikhlas, tapi aku sulit melupakan kenangan yang manis bersama L. Khoirul Amaliah (10th) yang baik.
Walau bagaimanapun, aku menasihati diriku sendiri dan pembaca blogku ini, mari menjadi pribadi yang penuh kesyukuran walau sangat beratnya.
Langganan:
Postingan (Atom)