Mas Guru berbagi motivasi terutama untuk siswanya di SMAN 1 Girimarto
Kamis, 05 Juli 2012
MEMBACA BUKU SECARA GRATIS
Betapa indahnya menemani anak-anakku membaca=baca buku gratis di toko buku. Ya pergi ke toko buku bersama anak-anak merupaka acara yang mengasikkan. Dengan modal titip sepeda seribu rupiah. Aku dan anak-ankku bisa meniknmati pajangan bacaan buku , walau tidak beli kita sudah puas.
Mestinya kami berterima kasih kepada pengusaha toko buku yang memberikan keleluasaan kami untuk membaca-baca buku secara gratis, mereka tidak marah walau bukunya tidak dibeli, meskipun demikian mereka tidak menjadi miskin gara-gara aksi kami. Bagi kami membeli buku dengan harga di atas lima puluh ribu agak mahal. Tapi terkadang kita memaksakan beli buku dengan harga mahal namun isinya biasa-biasa saja, akhirnya kita merasa rugi.
BELAJAR DARI ”ORANG KANAN” YANG SUKSES
BELAJAR DARI ”ORANG KANAN” YANG SUKSES oleh MasKatnoGiri
Ipho
Santosa adalah salah satu icon OTAK KANAN,
maksudnya dia telah memberikan contoh bahwa orang bisa sukses tanpa
mengandalakan nilai-nilai yang bersifat kognitif yang dieroleh di bangku sekolah.
Mas
KatnoGiri telah membaca
beberapa buku karya Mas Ipho
salah satunya Percepatan Rezeki dalam 40 hari. Bisa disimpulkan bahwa peran otak kanan sangat lah berpengaruh terhadap kesuksesan
seseorang. Sangat sedikit sekali orang di dunia ini yang mengandalkan otak
kanannya dan rata-rata terlalu memanjakan otak kiri. Apakah itu otak kanan?
Otak kanan sangat erat kaitannya dengan EQ (Emotional Quotient) dan SQ
(Spiritual Quotient) daripada otak kiri yang erat kaitannya dengan IQ
(Intelligence Quotient). Kecerdasan otak kanan atau EQ banyak di peroleh
dari pergaulan di masyarakat, interaksi dan kehidupan. Sedangkan otak kiri atau
IQ diperoleh dari proses pembelajaran di sekolah.Begitu banyaknya
pembelajaran-pembelajaran di sekolah-sekolah dan universitas terlalu memanjakan
otak kiri dan sedikit sekali ditemukan pembelajaran yang mengasah otak kanan.
Otak kanan juga otak imajinasi daripada otak kiri yang bersifat rasional dan
kepastian. Dalam bukunya The Cashflow Quadran sang guru kekayaan, Robert
Kiyosaki juga menghimbau dengan teori quadran kanannya yang kebanyakan di
abaikan oleh kebanyakan orang.
Otak
kanan bersifat intuitif, impulsif, kreatif, dan imajinatif. Dan Tahukah anda
untuk menjadi seorang pemimpin harus kuat otak kanannya dari pada otak kiri?
Ya. Karena otak kanan selalu berpandangan ke depan dan bervisi (Imajinasi)
sedangkan para bawahan harus kuat otak kirinya (Skill). Dan tahukah anda
ternyata di dunia ini sebanyak 15 % saja yang memakai otak kanannya dan
selebihnya otak kiri 75 %. Dan mereka yang memakai otak kanannya adalah
orang-orang sukses.
Orang pengguna otak kanan adalah
orang-orang yang berani menghadapi perubahan dan tidak takut akan resiko
sedangkan orang pengguna otak kiri lebih
senang berada pada zona nyaman dan takut akan perubahan. Orang kanan seringkali
di anggap ngeyel dan brenkele bahkan
gila oleh orang kiri.
MasKatno
Giri sebenarnya bukan cerdas
otak-kananya atau otak kirinya, namun
setidak tidaknya MaskTno Giri termasuk
orang nekat. Lha NEKATAN termasuk pengguna otak kanan. Denagan ini Saya
hanya mengingatkan bahwa untuk
menjadi orang yang punya kebebasan finansial di perlukan kecerdasan otak kanan.
Orang
yang berada di kuadran kiri (otak kiri) sangat mendambakan keamanan finansial
daripada kebebasan finansial. Orang kiri biasanya tidak nyaman akan . Bayangkan
jika anda berada di jalur kanan (orang kanan) anda akan memiliki kebebasan
finansial dan punya banyak waktu untuk anak-anak anda, istri anda, melatih
kreatifitas di rumah, berlibur, dan beribadah dengan tenang. Saya sangat
terinspirasi dengan kehidupan para pengusaha dan investor seperti Robert Kiyosaki, Donald Trump,
Bill Gates (Pendiri Microsoft), Mark Juckenberg (Pendiri Facebook), Purdi
Chandra (Pendiri Primagama), dan Iphho Santosa (Pengusaha & pakar otak
kanan). Mereka hidup dalam kebebasan finansial yang membuat mereka punya banyak
waktu (kanan) daripada bekerja seharian (kiri).
MasKatno
Giri Cuma mengingatkan diri jangan jadi orang ITUNGAN ALIAS SERING BANYAK
PERTIMBANGAN, ayo belajar bersama menjadi orang pengguna otak kanan yang
imaginatif, kreatif,spiritaulistic and so on. MARI BELAJAR DARI SALAH SATU
KELEBIHAN MAS IPHO SANTOSA
WAYS TO BE A CHAMPION IN LIVING by MasKatnoGiri
One
of techniques to achieve happiness is to be a champion. Champion, in this
case is not only as a champion in one of hard skills
or technical skills, but it is in many field either hard or soft skills. To be a champion is not difficult.
Never stop learning is an effective way. There are many ways to be a champion ,
few of them as the following:
- Never stop learning
- Be the first to do positiveness
- Not to be a materialistic
- Treat everyone like you would want to be treated .
- Never give up on anybody; miracles happen!
- Never deprive someone of hope; it may be all they have
- Pray not for things, but for wisdom and courage.
- Be tough-minded, but tender-hear ted.
- Be kinder than necessary.
- Keep promises.
- Learn to show cheerfulness, even when we don’t feel like it.
- Never waste an opportunity to tell someone you love them.
MODAL KEBINGUNGAN MENUJU KEPENULISAN
Aku tidak
boleh menyerah, aku bisa menjadi penulis, walau modalku hanyalah kemauan dan
kebingungan. Jujur saja bahwa aku termasuk orang yang mudah bingung, maksudnya sejak kecil aku
sering bingung sebaiknya aku harus bagaimana. Ortuku saja juga bingung,
bingungnya karena mereka bukan dari golongan orang mampu secara ekonomi maupun
orang mampu secara intelektualitas, mereka
petani tegalan yang tidak tahu
pendidikan. So, modalnya adalah kebingungan juga. Bingung biaya sekolah,
bingung sebaiknya anaknya mau diapakan.
Namun, waktu yang berjalan menghantarkanku bahwa aku tidak boleh menjadi manusia rendahan, aku harus menjadi manusia yang mampu mandiri. Akhirnya kutemukan jalan untuk menjadi manusia hebat yaitu menjadi manusia yang menghargai waktu, ya aku selalu ingat masa remajaku. Saat itu aku sudah kenal ayat Al Qur'an bahwa aku harus menghargai waktu "wal 'asri innal insaana lafii husrinn". Kuberi semangat diriku sendiri bahwa AKU HARUS BELAJAR GIAT. BELAJAR GIAT MEMANG KUCI HEBAT" Mulai saat itu aku sudah tumbuh lumayan hebat, minimal di kelas 1 SMP aku di rangking 20 namun saat kelas 2 aku bsa rangking 2.
Puluhan tahun berlalu kini aku telah memiliki anak remaja. Hebatnya aku masih seperti remaja yang masih memiliki cita-cita yang banyak. Aku ingiin menjdi penulis dan motivator. Akan kubuktikan AKU BISA.
Aku tak akan pernah lupa ortuku saja petani, tapi menghasilkan aku bisa menjadi guru . Suatu hari nanti akau akan menjadi motivator untuk petani, pasti Allah akan semakin kasihan padaku, karena memang Allah Maha Pengasih.
Kini aku semakin sadar bahwa aku perlu belajar, salah satunya kucari dan kukejar kata-kata motivasi sebagai penyegar. Dan kata-kata penyegar tersebut sebagai berikut
Namun, waktu yang berjalan menghantarkanku bahwa aku tidak boleh menjadi manusia rendahan, aku harus menjadi manusia yang mampu mandiri. Akhirnya kutemukan jalan untuk menjadi manusia hebat yaitu menjadi manusia yang menghargai waktu, ya aku selalu ingat masa remajaku. Saat itu aku sudah kenal ayat Al Qur'an bahwa aku harus menghargai waktu "wal 'asri innal insaana lafii husrinn". Kuberi semangat diriku sendiri bahwa AKU HARUS BELAJAR GIAT. BELAJAR GIAT MEMANG KUCI HEBAT" Mulai saat itu aku sudah tumbuh lumayan hebat, minimal di kelas 1 SMP aku di rangking 20 namun saat kelas 2 aku bsa rangking 2.
Puluhan tahun berlalu kini aku telah memiliki anak remaja. Hebatnya aku masih seperti remaja yang masih memiliki cita-cita yang banyak. Aku ingiin menjdi penulis dan motivator. Akan kubuktikan AKU BISA.
Aku tak akan pernah lupa ortuku saja petani, tapi menghasilkan aku bisa menjadi guru . Suatu hari nanti akau akan menjadi motivator untuk petani, pasti Allah akan semakin kasihan padaku, karena memang Allah Maha Pengasih.
Kini aku semakin sadar bahwa aku perlu belajar, salah satunya kucari dan kukejar kata-kata motivasi sebagai penyegar. Dan kata-kata penyegar tersebut sebagai berikut
- “Menulis merangsang pemikiran, jadi saat anda tidak bisa memikirkan sesuatu untuk di tulis, tetaplah mencoba untuk menulis”. [Barbara]
- “Menulis adalah mencipta, dalam suatu penciptaan seseorang mengarahkan tidak hanya semua pengetahuan, daya, dan kemampuannya saja, tetapi ia sertakan seluruh jiwa dan nafas hidupnya.” [Stephen King]
- “Ketika seorang penulis hanya menunggu, maka sebenarnya ia belum menjadi dirinya sendiri”. [Stephen King]
- “Kita tidak harus menunggu datangnya inspirasi itu kita sendirilah yang menciptakannya”. [Stephen King]
- “Membaca adalah pusat yang tidak bisa dihindari oleh seorang penulis”. [Stephen King]
- “Penulis yang baik, karena ia menjadi pembaca yang baik”. [Hernowo]
- “Untuk menjadi penulis, yang dibutuhkan hanyalah kemauan keras untuk menulis dan kemudian mempraktekkannya, orang yang hanya mempunyai kemauan untuk menulis namun tidak pernah melakukannya maka ia sama saja dengan bermimpi untuk memiliki mobil, tanpa ada usaha dan kerja keras untuk memilikinya”. [Stephen King]
- “Mulailah dengan menuliskan hal-hal yang kau ketahui. Tulislah tentang pengalaman dan perasaanmu sendiri”. [J.K. Rowling]
- “Syarat untuk menjadi penulis ada tip, yaitu: menulis, menulis, menulis”. [Kuntowijoyo]
- Kawan, Hernowo itu baru meulai menulis pas udah usia 44 tahun lho!! tau tak. nah, sekarang ini kita semua tau bahwa beliau adalah salah satu orang yang produktif membuat buku dan tulisan. usia dikau berapa sekarang? jikalau lebih muda, bukankah itu satu hal yang memotivasi dikau.
Rabu, 04 Juli 2012
SYUKUR MENUJU MUJUR Oleh MasKatnoGiri
WONOGIRI .VOICE OF MARON (VOM)Mendapatkan kemujuran melalui bersyukur adalah pernyataan yang tidak mengada-ada. Allah berjanji barang siapa bersyukur pasti akan ditambah nikmatnya. Mari kita secara serentak bertahmid kepada Allah s.w.t seraya berucap Al Hamdulillah. Itulah syukur yang sangat sederhana. Tahukah kawan, bahwa kita diberkati oleh Allah berbagai kenikmatan, dengan berbagai indera , akal pikiran serta perasaan yang bisa digunakan untuk senantiasa bersyukur kepada Nya.
Sunngguh keterlaluan kita kalau kita tidak bisa menggunakan potensi kita menjadi hamba yang mau bersyukur. mari kita perhatikan gambar di atas. Salah satu contoh bagaimana kekuatan diri untuk bangkit sebagai salah satu wujud bahwa, orang harus berkarya tanpa putus asa walau bebekal keterbasan. Terkadang kita jumpai banyak orang yang punya indera lebih sempurna namun tanpa rasa syukur.Lebih parah lagi hidup tanpa karya dan mudah putus asa.
Tidaklah kita punya akal yang lebih waras?. Bahwa kita harus berssyukur. Salah satu wujud bersyukur adalah kemauan untuk berkarya. Karya luar biasa akan timbul dari pribadi-pribadi yang mau bersyukur karena rasa syukur pembangkit energi positif.
Membakar semangat membara, me nghilangkan kemalasan yang selalui menghantui adalah wujud dari pribadi yang bersyukur.
Selasa, 03 Juli 2012
SEKILAS TENTANG PEMBELAJARAN BAHASA
Maskatno Giri ingin berbagi tentang materi pembelajaran bahasa. Materi ini diperoleh dari para profesornya yang baik hati. Karena materi ini sangat penting Maskatno mau berbagi dengan memosting untuk pembeaca yang budiman. Semoga bermanfaat.
Bab ini berisi tujuh bagian, yaitu (1) makna belajar bahasa, (2) makna mengajar bahasa, (3) tujuan pembelajaran bahasa, (4) pembelajaran sebagai suatu sistem (5) kedudukan metode dalam pembelajaran bahasa, dan (6) pembelajaran yang efektif, dan (7) macam-macam metode pembelajaran bahasa yang direkomendasikan untuk digunakan dalam pembelajaran bahasa di sekolah. Bahasa yang dimaksud dalam modul ini adalah bahasa Inggris sebagai bahasa asing. Pembahasan tentang pembelajaran bahasa Inggris tersebut didasarkan pada pendekatan komunikatif.
Bab ini berisi tujuh bagian, yaitu (1) makna belajar bahasa, (2) makna mengajar bahasa, (3) tujuan pembelajaran bahasa, (4) pembelajaran sebagai suatu sistem (5) kedudukan metode dalam pembelajaran bahasa, dan (6) pembelajaran yang efektif, dan (7) macam-macam metode pembelajaran bahasa yang direkomendasikan untuk digunakan dalam pembelajaran bahasa di sekolah. Bahasa yang dimaksud dalam modul ini adalah bahasa Inggris sebagai bahasa asing. Pembahasan tentang pembelajaran bahasa Inggris tersebut didasarkan pada pendekatan komunikatif.
A. Makna Belajar Bahasa
1. Belajar
suatu bahasa berarti belajar menggunakan
bahasa (language use) itu untuk
tujuan komunikatif, baik secara reseptif (listening
dan reading) maupun produktif (speaking dan writing), baik secara lisan (listening
dan speaking) maupun secara
tertulis (reading dan writing).
2.
Mempelajari elemen-elemen bahasa (language usage) seperti grammar, vocabulary, pronunciation, dan spelling juga penting dalam pembelajaran
bahasa, tetapi hal itu bukan menjadi tujuan utama. Elemen-elemen bahasa
tersebut hanya mendukung terbentuk dan berkembangnya keterampilan berbahasa (listening, speaking, reading, dan writing).
3. Dalam
prakteknya, penggunaan bahasa tersebut dilakukan secara terpadu (integrated), yaitu penggunaan
keterampilan berbahasa lebih dari satu. Sebagai contoh, dalam situasi normal
orang tidak akan berbicara (speaking)
tanpa ada orang yang mendengarnya (listening);
demikian juga, tidak ada orang yang menulis (writing) tanpa ada orang yang
membaca tulisan tersebut (reading).
4. Dalam
konteks pembelajaran di sekolah, belajar bahasa dapat berupa kegiatan-kegiatan
sebagai berikut: (a) Siswa mendengarkan guru pada saat guru tersebut
mengucapkan greeting kepada siswa;
(b) Siswa menjawab greeting yang
disampaikan oleh guru; (c) Siswa membaca teks bacaan yang berupa advertisement, kemudian siswa meresponya
dengan cara menulis a letter of
application; (d) Siswa menceritakan pengalamannya saat liburan kepada
teman-teman sekelas; dan (e) Siswa melihat video pendek tentang suatu fragmen,
kemudian menceritakan kembali isi fragmen tersebut, baik secara lisan maupun
tulis.
5. Jenis
kegiatan dan materi pembelajaran bahasa harus disesuaikan dengan kurikulum
(Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi), di samping harus juga
disesuaikan dengan karakteristik siswa dengan latar belakang sosial ekonomi,
bakat, minat, dan kompetensi yang beraneka ragam.
B. Makna Mengajar bahasa
1. Mengajar
suatu bahasa berarti memfasilitasi dan membimbing siswa agar mereka mau dan
mampu menggunakan bahasa itu secara komunikatif. Dengan demikian, mengajar
bahasa tidak sama dengan menjelaskan kaidah bahasa (language usage) atau mentransfer pengetahuan kepada siswa.
2. Memfasilitasi
pembelajaran berarti menciptakan situasi yang memungkinkan siswa berlatih
menggunakan bahasa, seperti memberi pertanyaan lisan untuk dijawab, memberi
teks bacaan untuk dibaca dan dipahami isinya, meminta siswa untuk menulis
undangan pesta ulang tahuan untuk teman sekelas, meminta siswa mendengarkan
pengumuman untuk dipahami isinya, dan lain sebagainya.
3. Membimbing
pembelajaran berarti memberikan bantuan kepada siswa apabila siswa tersebut
mengalami kesulitan dalam pembelajaran. Misalnya dalam pelajaran writing, guru dapat membantu siswa bagaimana
cara menuliskan topic sentence dari
judul yang telah ditentukan. Dalam pelajaran reading, misalnya, guru dapat membantu bagaimana cara mencari main idea suatu teks.
4. Di
samping sebagai fasilitator dan pembimbing, guru juga perlu menjadi motivator,
yaitu memberi motivasi atau dorongan agar siswa mau belajar dengan baik. Hal
itu karena tidak semua siswa memiliki kesadaran untuk belajar, apalagi belajar
bahasa Inggris yang oleh sebagian siswa dianggap sebagai pelajaran yang sulit.
5. Beberapa
pendekatan atau metode yang direkomendasikan untuk digunakan dalam pembelajaran
bahasa Inggris di sekolah adalah question
and answer, discussion, role play and simulation, discovery learning,
problem-based learning, project-based learning, dan lain sebagainya. Secara
rinci hal ini akan dibahas di bagian G bab ini.
C. Tujuan Pembelajaran
Bahasa
1. Tujuan
akhir pembelajaran bahasa adalah terbentuk dan berkembangnya kemampuan
komunikatif (communicative competence)
siswa. Kemampuan komunikatif adalah kemampuan menguasai kaidah bahasa (grammar, vocabulary, pronunciation, spelling,
dll.) suatu bahasa agar siswa dapat memahami dan/atau mengkonstruksi kalimat
atau ungkapan bahasa itu secara akurat (accurately)
serta kemampuan menggunakan kalimat dan/atau ungkapan tersebut untuk berkomunikasi
secara tepat (appropriately) sesuai
dengan konteksnya. Dengan demikian, kemampuan komunikatif menggabungkan language usage dan language use sekaligus.
2. Konteks
sebagaimana dimaksud dalam C.1 di atas
adalah unsur di luar bahasa yang menentukan pemilihan dan penggunaan
bentuk bahasa (language form).
Konteks meliputi enam unsur, yaitu setting
(tempat dan waktu), participants (siapa
berbicara dengan siapa), topic (isi
pembicaraan), purpose (tujuan
pembicaraan), key (nada bicara), dan channel (media pembicaraan). Contoh,
apabila seorang guru akan mengucapkan terima kasih kepada siswanya, ia dapat
hanya mengatakan Thanks; tetapi
apabila siswa yang mengucapkan terima kasih kepada guru tersebut, tidak
selayaknya ia menggunakan bentuk yang
sama (Thanks); setidaknya ia harus
mengatakan Thank you, sir.
3. Dalam
berkomunikasi dengan menggunakan bahasa, di samping dimensi bentuk (language form) kita juga harus
memperhatikan dimensi isi (language
meaning); kita tidak boleh meningglkan salah satu di antaranya. Dimensi bentuk adalah seperti yang telah
dijelaskan pada butir (C.2) di atas. Dimensi isi menyangkut apa yang pantas untuk diungkapkan dalam
situasi tertentu. Contoh, ketika menjenguk orang sakit di rumah sakit, yang pantas
ditanyakan atau disampaikan antara lain adalah apa sakitnya, sudah berapa lama
sakitnya, siapa dokter yang menangani, dan mendoakan agar orang tersebut lekas
sembuh. Alangkah tidak pantas apabila yang disampaikan saat itu adalah,
misalnya, “Bu/Pak, hati-hati lho; tempo hari tetangga saya meninggal gara-gara
sakit seperti ini”.
4.
Menurut Celce-Murcia (2007)
kemampuan komunikatif terbentuk dari enam kompetensi, yaitu (a) linguistic competence, (b) sociocultural competence, (c) interactional competence, (d) formulaic competence, (e) discourse competence, dan (f) strategic competence.
5. Dari
enam kompetensi pembentuk kemampuan komunikatif tersebut, discourse competence menduduki posisi sentral, sedangkan lima
kompetensi lainnya bersifat mendukung. Asumsi yang melandasi hal ini adalah
bahwa dalam berkomunikasi orang berbahasa pada level teks (discourse), bukan pada tataran kalimat-kalimat lepas (tanpa
konteks).
D. Pembelajaran sebagai
suatu Sistem
1.
Pembelajaran merupakan aktivitas yang
kompleks yang melibatkan banyak faktor yang terkait satu sama lain secara
sistemik. Terdapat empat faktor utama dalam pembelajaran, yang masing-masing
meliputi beberapa subfaktor yang lebih rinci. Keempat faktor
tersebut adalah (a) sekolah, (b) guru, (c) proses pembelajaran, dan (d)
siswa.
2.
Faktor sekolah meliputi tiga hal.
Pertama adalah budaya organisasi sekolah, yaitu etos dan lingkungan yang ada di
sekolah, jenis komunikasi dan proses pengambilan
keputusan, serta pengelolaan dan struktur staf. Citra budaya
organisasi sekolah tercermin dari jawaban atas sejumlah pertanyaan, seperti (a) Apa visi, misi, dan tujuan sekolah? (b)
Bagaimana gaya pengelolaan sekolah? dan (c)
Bagaimana sikap sekolah terhadap inovasi? Kedua adalah indikator kualitas
sekolah, yaitu sejauh mana sekolah memperhatikan hal-hal yang membuat sekolah
tersebut berkualitas, yang antara lain meliputi (a)
kurikulum yang baik, (b) guru yang berkualitas, dan (c) tersedianya fasilitas pembelajaran secara memadai. Ketiga adalah konteks
lembaga, yang antara lain meliputi (a)
struktur staf, (b) ruang referensi guru, dan (c) ukuran kelas.
3.
Faktor
kedua adalah guru. Guru yang baik dapat mengkompensasi kekuarangan yang
ada, seperti materi ajar dan sumber belajar. Oleh karena itu guru bahasa perlu
memiliki kualifikasi profesi, yang antara lain meliputi (a) pengetahuan
praktis, yaitu pengetahuan tentang teknik dan strategi mengajar di dalam kelas,
(b) pengetaguan bidang studi, yaitu pemahaman guru atas materi kajian, (c)
pengetahuan kontekstual, yaitu pemahaman guru atas konteks dan budaya sekolah,
(d) pengetahuan pedagogis, yaitu kemampuan merestrukturisasi pengetahuan bidang
studi untuk keperluan pembelajaran, (e) pengetahuan personal, yaitu keyakinan
dan pandangan guru terhadap aktivitas mengajar, dan (f) pengetahuan reflektif,
yaitu kemauan dan kemampuan guru melakukan refleksi dan evaluasi atas praktik
mengajar yang dilakukanya.
4.
Faktor proses pembelajaran meliputi tiga
hal, yaitu pemilihan model mengajar, pengembangan kualitas pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Model pembelajaran
yang berbeda membuat asumsi yang berbeda tentang hakikat bahasa dan belajar
bahasa, peran guru, peran siswa, dan peran materi ajar, serta asumsi yang
berbeda pula tentang proses belajar dan mengajar bahasa. Pengembangan kualitas
pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan secara aktif dan terus menerus oleh
guru dan administrator untuk menjamin terwujudnya praktek-praktek pengajaran
yang baik. Evaluasi pembelajaran dimaksudkan untuk menilai
kinerja guru secara teratur; dan oleh karena itu, perlu dikembangkan sistem
penilaian berdasarkan kriteria tertentu.
5.
Faktor
terakhir adalah siswa. Keberhasilan pengajaran (teaching) juga
ditentukan oleh keberhasilan pemelajaran (learning). Faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan pembelajaran antara lain adalah: (a) pemahaman siswa
atas kegiatan pembelajaran, yang meliputi tujuan pembelajaran, ruang lingkup
dan organisasi materi pembelajaran; (b) pandangan siswa tentang belajar, yang
antara lain meliputi perasaan mereka terhadap hafalan, kerja kelompok, dan
pengajaran gramatika; (c) gaya belajar, yang melahirkan empat tipe siswa: concrete
learners, analytical learners, communicatiave learners, dan
authority-oriented learners; (d) motivasi, yaitu alasan yang
melatarbelakangi siswa belajar; dan (e) dukungan belajar yang berkenaan tidak
saja dengan fasilitas belajar secara fisik tetapi juga dengan dukungan yang
berupa balikan.
E. Metode dalam Pembelajaran Bahasa
1. Abad
ke-20 ditandai dengan pencarian cara-cara mengajar yang dianggap efektif. Salah
satu hasilnya adalah muncul dan berkembangnya berbagai metode pembelajaran
bahasa, seperti Direct Method, Audiolingual
Method, Silent Way, Community Language Learning, dan Communicative
Language Teaching. Metode-metode
tersebut datang dan pergi silih berganti. Metode baru lahir menggantikan metode
yang lama. Lahirnya metode baru tersebut dipicu antara lain oleh kelemahan
metode lama, meskipun kadang-kadang metode baru itu masih memanfaatkan sisi
positif metode lama yang digantikannya.
2. Salah
satu karakteristik yang menonjol dari suatu metode pembelajaran bahasa adalah
sifatnya yang priskriptif. Dalam kaitan ini Richards dan Rodgers (2001: 247)
mengatakan bahwa:
… methods typically prescribe for
teachers what and how to teach. Teachers have to accept on faith the claims or
theory underlying the method and apply them to their own practice. Good
teaching is regarded as correct use of the method and its prescribed principles
and techniques. Roles of teachers and learners, as well as the type of
activities and teaching techniques to be used in the classroom, are generally
prescribed. The role of the teacher is marginalized; his or her role is to
understand the method and apply its principles correctly.
3.
Sifat
preskriptif metode tersebut mengisyaratkan bahwa pembelajaran bahasa menjadi
aktivitas yang statis. Hal ini tidak sejalan dengan hakikat pembelajaran yang
merupakan suatu proses yang dinamis dan interaktif yang memandatkan guru
menggunakan “metode”nya sendiri yang dibanguan berdasarkan pada proses
interaksi antara guru, siswa, tugas pembelajaran, dan kegiatan kelas. Sifat
preskriptif tersebut juga mengecilkan peran guru sebagai manager pembelajaran
yang secara adaptif, kreatif, dan inovatif mengelola sumber daya (siswa, materi
ajar, sarana dan prasarana pembelajaran, lingkungan, dan lain-lain) menjadi
aktivitas yang produktif.
4.
Dalam
sistem kegiatan belajar-mengajar, metode mengajar merupakan salah satu
subfaktor dari faktor proses pengajaran. Dengan posisinya itu metode tidak
dapat dianggap sebagai faktor dominan yang menentukan keefektifan pembelajaran. Namun demikian, guru harus menguasai berbagai
metode menagajar agar mereka dapat memilih dan menggunakan metode tersebut
secara tepat sesuai dengan kondisi kelas dan kompetensi siswa yang dihadapi.
F. Pembelajaran yang Efektif
1.
Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran
yang mampu melahirkan proses belajar yang berkualitas, yaitu proses belajar
yang melibatkan partisipasi dan penghayatan siswa secara intensif. Makin
intensif partisipasi dan penghayatan siswa terhadap pengalaman belajarnya,
makin tinggilah kualitas proses belajar itu. Tingkat partisipasi dan
penghayatan siswa yang tinggi dapat dicapai apabila mereka memiliki kesempatan
untuk secara langsung (a) melakukan berbagai bentuk pengkajian untuk memperoleh
pengetahuan dan pemahaman, (b) berlatih berbagai keterampilan kognitif,
personal-sosial, dan psikomotorik, baik yang terbentuk sebagai efek langsung
pengajaran maupun sebagai dampak pengiring pelaksanaan berbagai kegiatan
belajar yang memiliki sasaran pembentukan utama lain, dan (c) menghayati
berbagai peristiwa sarat nilai baik secara pasif dalam bentuk pengamatan dan
pengkajian maupun secara aktif melalui keterlibatan langsung di dalam berbagai
kegiatan serta peristiwa sarat nilai.
2.
Berdasarkan pada penelitian yang komprehensif,
Blum (1984) menyimpulkan bahwa pembelajaran yang efektif memiliki 12
karakteristik, yaitu (1) pembelajaran dibimbing oleh kurikulum yang terencana;
(2) terdapat harapan yang tinggi bagi terjadinya pembelajaran; (3) para siswa
diorientasikan pada pelajaran; (4) arah pembelajaran jelas dan terfokus; (5)
kemajuan belajar dimonitor secara cermat; (6) dilakukan remidiasi bagi yang
memerlukan; (7) waktu belajar benar-benar digunakan untuk belajar; (8) tugas
rutin kelas dilakukan secara efisien; (9) pembentukan kelompok belajar di dalam
kelas didasarkan pada kebutuhan pembelajaran; (10) terdapat standar yang tinggi
bagi perilaku kelas; (11) hubungan pribadi yang positif antara guru dan siswa;
dan (12) pemberian hadiah kepada siswa dimaksudkan untuk mengembangkan
pembelajaran.
3.
Dalam kaitannya dengan pembelajaran
bahasa dinyatakan bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang
memungkinkan siswa memperoleh tiga kemampuan sebagai berikut. Pertama,
kemampuan partisipatif, yaitu kemampuan untuk secara tepat merespon tugas-tugas
kelas dan aturan prosedural untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut. Kedua,
kemampuan interaksional, yaitu kemampuan untuk merespon aturan-aturan wacana
ruang kelas dan aturan-aturan wacana sosial, serta berinteraksi dengan sesama
teman ketika menyelesaikan tugas-tugas kelas. Ketiga, kemampuan akademik, yaitu
kemampuan memperoleh keterampilan baru, mengasimilasikan informasi baru, dan
membangun konsep baru.
4.
Sementara itu, Richards (2001)
mengidentifikasi sejumlah dimensi yang dapat membedakan antara pembelajaran yang
efektif dan yang tidak. Dimensi-dimensi tersebut meliputi penggunaan waktu
untuk belajar (time-on-task), pengajaran terstruktur (structuring),
penggunaan pertanyaan oleh guru (the teacher’s use of questions), pemberian balikan (feedback),
pembentukan kelompok belajar (grouping), dan pengelolaan kelas (classroom
management).
Langganan:
Postingan (Atom)