MENJADI GURU SEJATI
Ical menjadi manusia berhasil berkat jasa The Inspiring Teacher, beliau adalah Ibu guru Muslimah, sehingga Ical tumbuh menjadi
pribadi yang tangguh, ulet, pantang menyerah dalam belajar dan bekerja.
Akhirnya dengan bermodalkan mimpi Ical tidak hanya berhasil dalam meraih apa yang dicita-citakan namun berhasil
dalam memberikan pencerahan hidup (enlightenment) bagi orang lain terutama bagi pribadi lemah dan pesimis. Itulah sekelumit inti cerita dari novel “Laskar Pelangi” dan “Sang
Pemimpi” karya Andrea
Hirata yang diilhami dari kisah nyata berseting di Bangka Belitung.
Bagaimana ibu Muslimah mampu
mengubah si kecil Ical sedemikian tangguh dalam meraih mimpinya? Mungkin tidak
terbayangkan oleh bu Mus, bahwa dari kesederhanaanya dalam mendidik peserta
didiknya bisa menghasilkan daya gugah dan prestasi luar biasa.
Benar memang dari kesederhanaan bu
Mus dalam pembelajaran, telah tersimpan model pembelajaran efektif yaitu model
pembelajaran konstekstual. Terbukti
bahwa model pembelajaran konstektual menjadi efektif karena peserta didik diajak belajar melalui
pengalaman nyata atau dengan kata lain
siswa diajak mampu mengkait-kaitkan pengalaman belajarnya dengan kehidupan
nyata, mereka tidak hanya dijejali sekadar teori.
PERAN PENTING GURU SEJATI
Guru berasal dari bahasa Sanskerta
secara harfiahnya
diartikan
seorang pengajar suatu ilmu.
Dalam definisi bahasa
Indonesia, guru umumnya merujuk pada pendidik profesional, tugas utamanya adalah 7 M yaitu: mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik.
Peran guru sangat
berpengaruh terhadap masa depan peserta didik. Maka kehadiran guru idealnya
akan selalu dinanti oleh peserta didik
yang sadar terhadap masa depannya. Guru yang
dirindukan kehadirannya dipastikan
memiliki daya linuwih, dia adalah guru sejatining guru atau dikenal dengan “the real teacher” (guru sejati).
Disebut guru sejati, karena memiliki keunggulan yang bisa dijadikan modal motivasi diri dan mendidik
peserta didik, tidak sekedar nato (no action talk only).
Keunggulan guru sejati yang diandalkan dalam dunia pendidikan mencakup keunggulan di bidang intelektual
emosional dan spiritual. Keunggulan
intelektualitas guru sejati dibuktikan bagaimana dia terus menggali potensi
dengan terus belajar, keunggulan emosional dibuktikan guru memiliki sifat
sabar, tekun dan memiliki daya penngendalian diri yang baik dalam bersosialisasi dengan peserta didik.
Sedangkan keunggulan spiritualitas guru sejati ditunjukkan bahwa dia harus terlebih
dulu menjadi insan yang sadar menjadi pribadi taqwa kepada sang pencipta, dan mampu menunjukkan
kualitas hubungan baik terhadap sesama
manusia dan alam sekitarnya.
Peran guru sejati yang sangat dinanti oleh penduduk
negeri ini adalah kesanggupannya
untuk dijadikan sosok digugu
lan ditiru atau dalam bahasa ilmiah pendidikan disebut modelling. Modelling atau keteladanan diyakini
oleh para pakar pendidikan merupakan
cara ampuh untuk melahirkan generasi unggul.
Penduduk negeri ini
sebetulnya masih miskin keteladanan,
mereka butuh bimbingan guru kehidupan. Masyarakat sudah muak dengan
perilaku politisi busuk, mereka hanya memikirkan kepentingan pragmatis demi mengejar harta dan jabatan. Disinilah
peran guru menjadi sangat vital, dia akan mempunyai tempat mulia di hati
masyarakat, karena masyarakat merindukan sosok yang sanggup dijadikan patuladan, dialah guru sejati.
Jaman sudah berubah,
perilaku masyarakat juga berubah. Khususnya perilaku peserta didik (baca : anak
sekolah), mereka sudah terkena imbas
arus informasi dan pengetahuan dari
sumber yang bisa diakses secara cepat,
bahkan lebih cepat dari yang telah diterima dari orang tua maupun gurunya.
Jadi keberadaan guru, lambat laun tidak
dianggap penting, bisa lebih parah lagi guru akan ditinggalkan oleh peserta didik. Mereka
berpikir bahwa tanpa gurupun mereka bisa lebih baik. Namun beda halnya dengan
kehadiran guru sejati, mereka akan selalu dinanti. Guru sejati adalah guru yang
sanggup membekali peserta didik untuk menjadi generasi mandiri dan berarti
dalam kehidupan.
Guru sejati adalah aset
bangsa yang sangat berharga. Mereka menjadi tumpuan harapan untuk meraih
cita-cita. Merekalah tokoh agent of change (agen perubahan)
di dunia pendidikan. Guru sejati adalah guru yang memiliki jiwa membelajarkan, arif, aktif, inovatif,
kreatif menyenangkan/menggembirakan dan
berbobot yang disingkat dengan maikem menggembrot. Jiwa guru
sejati adalah jiwa mulia , tujuannya jelas untuk menuju masa depan lebih baik.
Anak-anak unggul akan
lahir berkat jasa guru-guru sejati, salah satu nilai tambah (added value) adalah berkreasi
dan berinovasi tiada henti. Berkenaan
dengan dengan kreatifitas, Tony Buzan
(1989) dalam buku The Power of Creative Intelligence, menyatakan bahwa
kreatifitas adalah kemampuan untuk memunculkan ide-ide baru, menyelesaikan
masalah dengan cara yang khas, dan untuk lebih meningkatkan imajinasi,
perilaku, dan produktivitas. Kreatifitas melibatkan sejumlah faktor dimana
faktor-faktor tersebut bisa dipelajari dan dikembangkan. Salah satu faktornya adalah
fleksibilitas. Fleksibilitas yaitu kemampuan untuk memproduksi berbagai
gagasan, kemudian beralih dari satu cara ke cara lain dengan menggunakan
berbagai strategi. Cara mencapai fleksibilitas berpikir yakni dengan cara
mengubah sudut pandang, maka guru sejati adalah guru yang memiliki sudut
pandang jauh kedepan, dia adalah sosok pendidik yang kaya cara atau inovasi.
Melalui kreatifitas dalam pembelajaran
para peserta didik tidak akan pernah bosan, karena di sanalah sumber pengalaman yang tak pernah
habisnya laksana ”sumur kang lumaku
tinimba”, yang berarti sumber
mata air yang tak pernah habis.
Guru sejati adalah sosok
yang tidak pernah berhenti belajar.
Guru yang dirindu adalah guru sejati yang selau
dinanti, karena dia tidak hanya mengajar
namun memberikan inspirasi (inspiring)
sehingga peserta didik secara sadar mau
berubah menjadi lebih baik . Penjelasan sederhana di atas, mestinya mendorong para guru untuk semangat lebih maju dalam menjalankan
tugas mulianya. Guru sejati merupakan tokoh penting di dunia pendidikan, mutu
pendidikan yang baik dipastikan menentukan keunggulan suatu bangsa. Demikian
juga keterpurukan bangsa diawali dari kebobrokan di bidang pendidikan.
Penulis yang berprofesi sebagai
guru setidak-tidaknya bisa berinstropeksi
melalui tulisan ini, apakah sudah pada track yang benar atau
belum dalam menyumbangkan tanggung jawab profesi, atau setidak-tidaknya penulis
bisa memberikan sedikit gambaran bahwa kebutuhan terhadap pentingnya mencetak generasi unggul (excellent) merupakan
kebutuhan yang urgent.
*Guru SMANI Girimarto
Wonogiri alumni Pasca Sarjana Pend Bahasa Inggris UNS Surakarta .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
berlatih kreatif melaui pembuatan komentar