Tulisan ini diisnpirasi oleh opini Kompas hari ini (Jum’at 19/10/12) oleh Ali
Mustafa Yaqub. Dia menyatakan, “YANG TUA
JADI INTELEKTUAL MALING YANG MUDA JADI PELAJAR PREMAN”
Kalau dipikir-pikir ada benarnya
juga, hancurnya generasi kedepan bersumber dari kesalahan kita sebagai orang
tua (baca: orang tua kandung, guru, atau tokoh). Logikanya bisa beralur dari peribahasa “guru kencing berdiri, murid
kencing berlari”. Para murid atau anak
adalah peniru yang baik. Jika di rumah anak menemukan teladan bermoral buruk,
jika di masyarakat menemukan lingkungan
buruk , apalagi di sekolah mereka menemukan
para intelektual bermental buruk. Bisa dikiraa-kira mau bagaimana
mereka?
Kerusakan moral di kalangan
remaja sudah memprihatinkan dari penyalahgunaan narkoba, pergaulan bebas tanpa
batas, dan tawuran. Lalu dari mana itu
semua bersumber? Ternyata hasil survey yang bisa diandalkan menyatakan
sumbernya dari pelaku generasi
tuanya. Maka bagi kita yang sudah merasa menjadi orang tua, kita tinggal
menunggu generasi kita: bisa siswa kita, anak kandung kita, keponakan kita dll,
mereka akan menjadi generasi yang bejat. Tapi ada perkecualiannya, selain generasi
yang tercerahkan oleh kekuatan Ilahi yang bersumber dari ajaran-ajaran agama.
Pernyataan pentingnya ajaran
agama yang mencerahkan dinyatakan oleh
Ali Mustofa di opini Kompas hari
ini . Dia menambahkan bahwa membentuk
generasi masa depan digambarkan seperti membuat roti. Bahan bakunya jelas, bumbu tambahanya
juga jelas tetapi harusnya jadi roti kok
menjadi bakwan, berarti ada yang salah. Ada bebrapa kesalahan pasti. Yang jelas
biasanya pembuat roti jarang
sekali mau kalau disalahkan.
Demikian juga pelaku pendidik,
tentu pendidik yang utama adalah di rumah tangga. Mereka jarang sekali mau
mengakui kesalahan dalam mendidik anak-anaknyaa. Padahal yang paling
bertanggung jawab terhadap perkembangan anak adalh orang tua.
Kita sebagai orang tua sudah waktunya
merenung dan intropeksi. Bahwa Generasi
bermasa depan cerah adalah harapan kita semua. Kita adalah pemilik tanggung
jawab besar atas keberhasilannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
berlatih kreatif melaui pembuatan komentar