“LIFE IS TOO SHORT”. Aku masih ingat nasihat guruku , “Hidup ini
terlalu singkat untuk dijalani, kalau bisa membuatnya lebih indah, kenapa harus
dijalani dengan kemalasan, kemaksiatan dan sia-sia. Kalau bisa
menasihati /memotivasi diri dan orang lain dengan pujian, mengapa
kita harus menyampaikannya dengan merendahkan, dan kita merasa selalu benar?”
“LIFE IS TOO SHORT”. Seperti kemarin sore. Aku benar-benar masih ingat. Waktu
itu di desa kluthuk jauh dari peradaban kota. Di musim penghujan aku masih kecil bersama-sama teman mencari jangkrik di dekat sungai hilir bengawan solo. Bener aku masih
ingat teman-temanku, bahkan aku masih
ingat lekuk wajahnya. Tapi puluhan tahun kami tidak bertemu.
Singkat cerita, rumahnku terkena genangan waduk Gajah Mungkur akhirnya sebagian
teman-temannya ke luar Jawa. Dan aku pindah. Singkat cerita aku bersekolah
dari SMA sampai kuliah di SOLO. Kini aku ternyata sudah tua dengan empat anak.
Kemarin baru anak-anak sekarang sudah
punya anak empat. “LIFE IS TOO SHORT.
Doaku,
semoga aku tidak
terjebak dalam pusaran kemaksiatan. Mungkin Allah telah memilihkan jalan yang
selamat untuk menjadi guru biasa saja. Semoga kita semua diberi ke istiqomahan, dengan niat positif menjadikan suatau pekerjaaan sebagai sarana peribadahan.
LIFE IS TOO SHORT. Fisik kita boleh tua, tapi menjalani hidup penuh semangat lebih utama.Pada akhirnya kita juga akan meninggalkan dunia. Namun, kematian pada hakikatnya itu hanya kematian fisik kita. Sedangkan, jiwa kita tidak akan pernah mati. Kita tinggal menanti masa pembalasan sejati dengan hakim yang Maha Adil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
berlatih kreatif melaui pembuatan komentar