Bersantai ria di malam Minggu, mau tidur belum mengantuk. Ini justru kesempatan berharga untuk berkarya. Aku bisa menulis apa adanya. Minimal aku bisa evaluasi diri bahwa karya hidupku di dunia kepenulisan belum seideal yang diharapkan.
Namun, segala sesuatu membutuhkan proses. Kebetulan prosesku lumayan lambat. Lambat tidak jadi soal yang penting telah memulai berkarya. Sebetulnya, salah satu hal yang memotivasi aku berkarya lewat tulisan berangkat dari rasa iri yang positif. Sering aku bertanya-tanya kenapa ada benyak orang berlatar belakang biasa saja tapi karyanya bisa luar biasa.?
Keirianku ternyata ada manfaatnya, aku termotivasi bahwa orang biasa yang berlatar belakang biasa saja sepertiku ternyata masih bisa dioptimalkan. Tentu, asal mau. Ya aku mendapat motivasi dari guruku bahwa pengharapan adalah modal untuk luar biasa, pengharapan bisa diartikan optimisme kedepan bahwa kita bisa melakukan dan berkarya lebih baik.
Prestasiku dalam kepenulisan baru bersifat kedaerahan, padahal pernah membayangkan menjadi juara tingkat nasional. Untuk memotivasi orang lain dan anak-anakku, kutunjukkan bahwa aku memiliki tekat dan nekat. Kenekatanku, aku pernah ikut lomba di antaranya menulis karya ilmiahsekitar 15 kali. Walau pernah juara di tingkat propinsi dan kabupaten, aku merasa belum ada apa-apanya. Aku merasa kualitas tulisanku biasa saja. Kenapa biasa juara ? Yang sering baru tingkat kabupaten. Karena daya saing di kabupaten atau provinsi tidak begitu berat.
Kata seorang penulis Afifah, dia menyatakan kita bisa menjadi juara sepanjang masa jika kita menjadi hamba Allah yang bersyukur secara maksimal. Kok bisa? Ya bisa, dengan bersyukur orang akan menggunakan waktunya secara maksimal, dengan bersyukur dia bisa efektif dalam bekerja dll. Prestasi hidup erat hubungannya dengan penggunaan waktu secara maksimal.
Mari kita menjadi juara sepanjang masa denagn bersyukur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
berlatih kreatif melaui pembuatan komentar