Hidup dalam kesulitan masa lalu bukan untuk disesali, justru harus disyukuri, Kesulitan di masa lalu bisa sebagai trigger dan sumber energi yang tak akan pernah habis untuk menatap masa depan.
Sekitar dua puluh tahun yang lalu, seperti baru dua hari yang lalu. Aku tinggal di asrama Surakarta. Tak akan pernah terlupa, banyak certia lucu , mengecewakan dan kadang menyenangkan. Benar, aku dan kawan-kawan semuanya pemuda bujangan yang rata-rata anaknya orang yang kurang mampu ( istilah halus dari melarat). Namun, kalau dihitung-hitung banyak cerita yang menyedihkan tapi mengasyikkan. Hal-hal yang menyedihkakan sebetulnya bukan karena beratnya permasalahan, tapi saat itu aku masih bodoh dalam menyikapi penderitaan. Ditambah lagi, saat itu aku kesulitan mendapat guru yang mencerahkan dan menghibur.
Tidak percaya diri, penuh kekuatiran, keragu-raguan itulah indikasi orang-orang yang salah pendidikan. Salah didikan ini disebabkan oleh minimnya sumber belajar dan minimnya jumlah guru yang berkualitas. Dan itu suatu kenyataan yang aku alami. Saking tidak percaya diri, merasa berat dalam menjalani kehidupan, aku sering mengeluh dan sering terlintas menyimpulkan bahwa Allah itu tidak adil terhadapku. Secara kebetulan, aku merasa paling malang hidupnya di antara yang lain dalam banyak hal. Mohon maaf, kemalanganku tidak usah kuceritakan lebih detail di blogku ini. Biar kemalanganku kupendam dalam-dalam. Kalau aku bercerita tentang kemalanganku, tanpa sengaja air mataku mengalir deras.
Apakah anda ingin tahu apa yang membuat sedih, gembira, menyakitkan hati dll. Tulisan ini bukan untuk mengekploitasi mas lalu atau juga bukan tujuan negatif. Tapi, aku ingin berlatih menulis kilas balik, aku mengingatkan aku sendiri SIAPAKAH AKU INI? Aku tidak layak untuk sombong, Karena aku sendiri yang lebih tahu banyak tentang latar belakang diriku sendiri. Modal hidupnya cuma modal nekat.
Tahukah kamu, bahwa setelah lulus SMP aku pergi ke Solo untuk HUNTING, hunting dalam artian yang sangat luas: mendapat kenyamanan, uang, ilmu, harga diri , kesuksesan hidup dll.
Kalau diambil hikmahnya ada banyak, tentu diambil yang positif-positif saja. Di masa usia sekitar enam belasan tahun, aku tinggal di asrama semacam Islamic boarding house, semua penghuni adalah laki-laki yang berjumlah sekitar 20 orang, kami dituntut saling kerja sama baik dalam suka dan duka. Rata-rata kami mampu memasak dengan berbagai menu. Karena, kami sering tanya kepada penjual sayur tentang bumbu-bumbu.
Sering, kami kehabisan uang untuk membeli sayur atau beras. Bukan hal yang aneh aku bersama kawan-kawan, salah satunya mas Khoirul Anam keliling kota Solo untuk mencari beras yang paling murah alias beras jatahnya PNS. Sedangkan untuk lauk cukup membeli sayur beberapa bungkus saja lalu ditambahi garam, salah satu sahabat yang sering menambahi garam adalah Mas Taufiq Triwidodo. Kabar terakhir, Mas Taufiq sekarang sudah sukses. hidup dalam kecukupan.
Sebatas penilaian subjektifku, senior dan sahabatku yang paling baik, dewasa, melindungi,penuh pengertian adalah Mas Khoirul Anam. Dia asli kelahiran Kediri kota yang lekat dengan kegiatan kesantrian. Allah Maha Kuasa atas hambanya. Waktu berlalu dengan cepat. MASIH BERLANJUT (ALIAS BELUM BELUM SELESAI)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
berlatih kreatif melaui pembuatan komentar