Seperti kemarin sore, masa remajaku
berlalu. Tak terasa, kini aku sudah tua. Memang, setiap manusia pasti akan
mengalami ketuaan. Idealnya manusai itu merasakan keindahan di waktu muda
sampai tua. Namun, tidak ada manusia yang merasakan keindahan seumur hidup.
Setahuku, orang merasakan keindahan dan kebahagiaan itu dari hasil pembandingan
pernah merasakan kesengsaraan. Bahagia dan sengsara itu ada karena sebagai Sunatullah. Jadi, kayaknya hampir tidak
mungkin selama hidup bahagia terus. Guruku
pernah berkata bahwa berakit-rakit kehulu berenang-renang kemudian.
Guruku menambahkan bahwa masa muda
yang dihabiskan untuk sia-sia,berfoya-foya berarti tinggal menunggu masa tua
sengsara. Masa muda yang digunakan untuk
belajar, bekerja, berkarya, hidup bermakana, mereka tinggal memetik hasil jerih
payahnya di masa tua.
Kini, nasihat guruku kutularkan
untuk para siswa dan anak-anakku tercinta.
Hidup adalah belajar.
Belajar bersyukur.. Meski belum cukup,
Belajar ikhlas.. Meski tidak rela,
Belajar taat.. Meski berat
Belajar memahami.. Meski tidak
sehati,
Belajar sabar.. Meski terbebani,
Belajar setia.. Meski tergoda,
Belajar memberi.. Meski tak
seberapa,
Belajar mengasihi.. Meski disakiti,
Belajar tenang.. Meski gelisah,
Belajar percaya keberadaanAllah..
Meski ragu,
Belajar menahan.. Meski bernafsu,
Hidup plus belajar, tinggal
memanen kebahagiaan, sebaliknya hidup dengan kemalasan tinggal menunggu
kesengsaraan.Namanya belajar bisa bermakna luas, bisa melalui guru kita, dari
buku, dari pengalaman diri sendiri da juga dari orang lain.Betapa indahnya bila
kita bisa mudah menemukan sumber belajar. Maksudnya di lingkungan belajar yang
mendukung kebaikan. Mari kita dekat-dekat dengan sumber pembelajaran yang baik,
bukan lingkungan yang buruk.
Allahu a’lamu bisahwab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
berlatih kreatif melaui pembuatan komentar