Percaya boleh, tidak juga boleh. Kehidupan rumah tanggaku sangat membahagiakan, padahal sebelum menikah aku tanpa melewati proses pacaran. Maka saat ini aku masih pada pendirianku, seperti waktu remaja dulu bahwa pacaran justru bisa menuju kenistaan, kebohongan, perzinaan, kehancuran rumah tangga, hilangnya harga diri, saling curiga antar pasangan dll. Sekali lagi, itu keyakinan pribadiku, dan aku tidak bisa memaksakan kehendak kepada orang lain supaya sepertiku.
Baiklah, akan kuceritakan tentang sedikit perjalanku, juga sahabat-sahabatku yang dulu seneng pacaran dan sahabatku yang tanpa berpacaran.
Sejak remaja aku sudah aktif di berbagai bentuk kajian Islam. Kebetulan berbagai kajian tersebut menegaskan bahwa pacaran tidak ada dalam istilah Islam. Akupun meyakini bahwa pacaran adalah berhukum haram. Alhamdulillah aku tidak berniat punya pacar dan tentu aku tidak berpacaran.
Temanku pun sempat bertanya. Bagaimana mungkin bisa mengetahui karakter calon pasangan hidup seseorang bila tanpa berpacaran? Pertanyaan ini menurutku logis juga. Namun, sang ustadz pun menjawabnya bahwa utnuk mengetahui seseorang lebih jauh siapa dia, kita bisa bertanya dengan teman dekatnya, atau bisa juga ke tetangganya. Untuk tahu lebih mendalam lagi kita bisa menyelidiki siapa keluarganya dan siapa orang tuanaya. Dalam ajaran Jawa bisa kita ambil pelajaran "BIBIT, BEBET DAN BOBOT".
BERLANJUT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
berlatih kreatif melaui pembuatan komentar