Tidak bijak jika menyepelekan kebaikan walau kecil. Alkisah yang bersumber dari sebuah buku yang kubaca beberapa tahun lalu. Ada seorang yang kekayaanya sudah luar biasa, karena dia seorang konglomerat. Namun, di usia mendekati ajalnya dia baru menyadari apa arti kebaikan. Sebelumnya karena terlalu sibuk, dia tidak peduli arti silaturahim dan berbagi. Kebetulan dia tidak dikaruniai anak.Saudara kandungnya pun cuma satu. Dia pun juga konglomerat yang super sibuk. Istrinya adalah anak tunggal. Dia semakin tua semakin mampu berpikir untuk apa harta yang melimpah, akhirnya setiap manusia juga akan mati.
Singkat cerita si kaya sakit-sakitan. Penyakit komplikasi berat menggerogoti tubuhnya. Dia sadar bahwa dia tidak akan panjang umur. Suatu kesempatan dia menulis surat wasiat yang bersifat rahasia. Surat wasiatnya dititipkan dan disaksikan pengacaranya.
"Setengah dari hartaku akan kuberikan bagi tetanggaku yang baik hati yang mau menjengukku dan sekaligus yang mau melayat di urutan pertama, sednagkan hartaku yang lain untuk kepentingan masyarakat. " Itulah inti kalimat wasiatnya.
Si Kaya tinggal di daerah yang didominasi para orang kaya yang sibuk. Kebetulan, si kaya yang sedang sakit berat tersebut memilki tetangga yang miskin dan berwajah jelek. Tetangga inipun tidak pernah mendapat santunan dari tetanga yang kaya tadi. Tapi si miskin ini berhati mulia. Dia menjenguk di urutan pertama. Singkat cerita tetangganya yang kaya tadi meninggal karena penyakitnya yang semakin parah. Si miskin pun di urutan pertama dalam melayat.
"Selamat paK! bapak akan mendapat hadiah luar biasa.Tolong ditanda tangani surat ini.Ini wasiat dari si kaya yang baru saja meninggal" itulah kalimat ucapan selamt dari pengacara si kaya.Si miskin terkaget-kaget tidak percaya. Setelah si pengacara menjelaskannya, bahwa ini fakta. Si miskin mau menerimanya.
Si miskin menjadi kaya mendadak, karena mendapat warisan/ hibah dari si kaya, alah satu penyebabnya adalah DIA TIDAK MENYEPELEKAN KEBAIKAN WALAU KECIL DIPANDANG ORANG. "MENJENGUK ORANG SAKIT DAN MELAYAT KEPADA TETANGGA"
Kejadian nyata pernah juga terjadi di keluargaku. Aku dan istri melayat ke suatu keluarga kaya tapi baik hati. Kami berniat melayat tanpa bersama anak-anakku. Tapi, anakku yang nomer 3 merengek mau ikut. Akhirnya kita bertiga melayat. Sudah menjadi adat, kita menyediakan dana tidak seberapa dimasukkan ke kotak bela sungkawa.
Karena kami meninggalkan anak yang ke 4 yang masih bayi. Kami mohon pamit, sebelum acara selesai.
"Dik ini untuk jajan!" itulah kalimat si tuan rumah kepada anakkku. Dalam perjalaan uang dibuka oleh istriku. Istrikui kaget. "Kenapa untuk jajan saja harus beratus-ratus ribu?'.Inilah rezeki langsung di dunia karena kemauan berbuat kebaikan. Allahu a'lamu bisahwab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
berlatih kreatif melaui pembuatan komentar