Dilahirkan di daerah tandus, yang dihuni kebanyakan keluarga miskin. Kebanyakan di desaku memang sebagi petani tadah hujan. Namun, kebanyakan dari kita bukan miskin hati. Kita cuma miskin harta saja. Karena miskinnya, dan tidak ada yang memotivasi. Akhirnya kebanyakan dari kita tumbuh menjadi pribadi rendah diri. Dan ternyata aku bisa merasakan tidak enak menjadi orang rendah diri.
Kacaunya lagi, sebagian dari kami yang tinggal di desa tersebut di samping miskin harta ditambah miskin ilmu dan pengalaman. Kita tidak punya modal untuk membeli buku-buku. Kadang aku berpikir apakah memang mmenjadi orang miskin itu harus miskin di banyak hal, terutama miskin ilmu dan pengalaman.
Minder karena miskin ilmu dan miskin harta, ternyata bisa dijadikan power. Aku sejak muda senantiasa berdoa supaya menjadi orang yang berguna.Juga aku tidak ingin hidup menjadi miskin, terlebih menjadi beban orang lain. Belajar baik lewat jalur pendidikan maupun membaca adalh cara efektif untuk merubah nasib.
Walau aku lahir dari keluarga miskin dari pasangan petani dan buruh, aku bisa berubah. Dan terbukti sekolah , kuliah, bergaul denagn orang pintar adalh jalan mulia untuk berubah nasibnya. Terbukti aku bukan menjadi beban orang lain. Menjadi penjual jasa mengajar dan sesekali menjadi motivator, pembicara di tingkat lokal dll, kini nasibku benar-benar sudah berubah. SELAMAT TINGGAL KEMISKINAN.MINIMAL AKU DAN KELUARGAKU BUKAN MENJADI BEBAN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
berlatih kreatif melaui pembuatan komentar