Banyak orang dan mungkin salah satunya aku sendiri berpeluang hidup bahagia sekali, sukses sejati sekali dan bermakna sekali. Namun sayang kesempatan emas lenyap dan hilang begitu saja.
Indahnya masa depan dan atau masa tua ternyata berbuntut kurang membahagiakan. Salah satu penyebabnya ternyata menyianyiakan peluang atau kehilangan momen untuk berbuat kebaikan.
Bulan puasa dan idul fitri sudah berlalu. Ada di antara kita yang merasa lega, kecewa dan biasa-biasa saja setelah momen-momen peningkatan kualitas diri di bulan suci berlalu. Salah satu penyebab timbulnya kesan yang beragam dalam mensikapi kesempatan baik tersebut adalah perbedaan kita dalam bersikap.
Aku ingin berbagi kisah, ada seorang tetangga dulunya sih kaya raya. Sayangnya kesempatan bisa berbagi tidak digunakan dengan baik. Kesempatan di bulan puasa dan idul fitripun: bersedekah, berinfaq peduli dengan si miskin , fitrah untuk anak-anak kecil. Semunya tiak digunakan secara baik.
Si anak kecil keponakan tetanggaku yang kaya tadi dulu sangat miskin. Si keponakan tersebut tidak pernah terjamah kedermawanan si kaya yang merupakan adik dari ayahnya. Padahal kesempatan si kaya sangat besar untuk membantu uang jajan dan keperluan sekolahnya. Sedangkan si keponakan bukan jenis peminta-peminta belas kasihan.
Dua puluh tahun berlalu. Si kaya kini sudah tua dan sakit-sakitan. Sedangkan si keponakanya sudah dewasa dan menjadi orang kaya. Dulu si anak kecil tersebut tak menampakkan tanda-tanda menjadi orang besar atau kaya. Kekuatan Allah sungguh luar biasa. Allah telah mengubah segalanya.
Walau kini dia sudah menjadi orang berada, dia tidak meniru tabiat si pamannya. Hebatnya lagi, si keponakan kaya tidak memiliki sifat pendedam mengingat masa lalunya, juga tidak dendam terhadap si pamannya yang dulu kaya tapi kikir. Walau kini pamannya sering sakit-sakitan. Dia tidak segan-segan menjenguk pamannya dan menyantuninya.
"Wolak waliking zaman". Dulu si keponakan hidup sengara kini dia kaya raya. Dulu paman yang gagah, kaya dan sehat telah berubah menjadi lemah, tua dan sakit sakitan.
Akhirnya kita bisa belajar mana yang lebih mulia si keponakan yang luar biasa atau si paman yang kikir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
berlatih kreatif melaui pembuatan komentar