Ba'da Asar tadi, aku bersama anak-anakku meluncur ke Gramedia SOLO. Memang kami sudah sekitar dua minggu tidak berkunjung (walau sekedar baca-baca) di toko buku tersebut. Maklum baru musim penghujan.
Lalu lintas padat. Kayaknya jumlah mobil yang menuju ke Solo semakin membludak.
Astaghwirullaahal 'adzim!. Kami melihat pemandangan yang bikin miris. Di barat pasar kembang Solo tergeletak di pinggir jalan, pria paruh baya dengan bercak-bercak darah di pipinya. Kayaknya kurban tabrakan beberapa jam yang lalu. Dan kayaknya lagi sudah tak bernyawa.
Aku terheran-heran juga. Kenapa, sebelumnya tidak ada orang yang membawa ke rumah sakit atau menolongnya. Dan di biarkan tergeletak begitu saja? Aku tidak mau turun. Aku berboncengan dengan beberapa anak kecil.
Ternyata bukan cerita isapan jempol. Sekarang banyak kasus tabarakan, atau tabrak lari. Si kurban sering ditinggal dan dibiarkan begitu saja. Karena tidak ada yang peduli, akhirnya si kurban meninggal. Tentu kehabisan darah. Akhirnya aku menemukan jawaban. Orang-orang tidak mau menjadi kurban urusan dengan polisi. Menurut mereka kalau dengan menolong justru masalah menjadi ruwet. Mungkin menjadi saksi atau justru tertuduh.
Astaghwirullahal 'adzim. Ya Allah berilah hidayah bagi kami manusia . Kayaknya, manusia jaman sekarang terasa sangat kejam, tidak peduli dan tidak manusiawi. Coba kalau si kurban tabrakan anak kita atau kita sendiri?
*******
Sampailah kami di Toko buku Gramedia. Begitu masuk ke toko, langsung aku menuju deretan buku-buku best seller. Saat aku melihat-lihat buku-buku best seller, novel-novel berkualitas dan buku-buku new arrival rasanya mata ini mau menangis. Betapa bodohnya dan kurang berpotensinya aku!
Oooh Mas Gito!, Sama siapa mas? Sapaku kaget.
Tahukah sobat. Mas Gito itu temenku. Dia lulusan SMAN 1 Girimarto, dan kini telah menjadi guru SD. Dia bersama-sama temennya dari Girimarto dengan perjalanan sekitar 60km demi buku. Hebat! Penuh semangat. Memang mas Gito ini salah satu sobatku yang luar biasa semangat hidupnya.
Sehari yang lalu dia menulis status di FBnya: bukan valentine yang kutunggu tapi pelaminan.
Memang mas Gito sebenatnya sudah saatnya menikah. Usianya sudah lumayan tua. Dia sudah PNS. Namun, Allah SWT belum menghadirkan jodoh yang tepat buatnya.
Di suatu waktu, mas Gito bercerita kepadaku bahwa dia sudah ingin menikah. Tapi sering kali dia menyatakan keseriusannya untuk menjalin hubungan dan berlanjut ke pernikahan, berkali-kali si wanita menolaknya dengan halus.
"Sabar yo mas! Pokoknya berdoa saja. Insya Allah mas Gito akan mendapatkan yang mutakhir".
Manusia memang tak boleh putus asa. Ternyata sudah terbukti yang Maha Penentu dan Maha Kuasa hanyalah Allah SWT. Manusia diwajibkan untuk berdoa dan berusaha. Buat Mas Gito dan senasib dengannya semoga tetap semangat dan istiqomah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
berlatih kreatif melaui pembuatan komentar