Kita jelas butuh spiritualias, tentu tujuaan kita adalah meraih sukses tanpa batas. Sukses tanpa batas yang kumaksud di sini kesuksesan yang tidak hanya dibatasi pada kesuksesan duniawi atau hidup dengan bergelimang harta benda. Namun, kesuksesan yang dilandasi pada tujuan yang lebih luas, lebih bermakna, lebih berjangka panjang dan membahagiakan.
Beberapa pakar telah menympulkan betapa pentingnya spiritualias. Namun di sini saya mengarsibawahi salah satu pendapat dari Burkhardt (1993). Spiritualitas meliputi aspek-aspek :1).Berhubungan dengan sesuatau yang
tidak diketahui atau ketidakpastian dalam kehidupan, 2).Menemukan arti
dan tujuan hidup, 3).Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan
kekuatan dalam diri sendiri, dan 4).Mempunyai perasaan keterikatan
dengan diri sendiri dan dengan yang Maha Tinggi.
Dari tulisan Burkhardt jelas bisa disimpulkan bahwa spiritualitas erat dengan Maha Kuasanya Allah SWT. Lalu lebih jauh apakah Kecerdasan Spiritualitas itu ?
Mujib & Mudzakir (2002) menjelaskan bahwa
kecerdasan spiritual adalah kecerdasan
kalbu yang berhubungan dengan kualitas batin seseorang. Kecerdasan ini
mengarahkan seseorang untuk lebih berbuat secara manusiawi sehingga bisa menjangkau nilai-nilai luhur yang belum
tersentuh oleh akal pikiran manusia. Sedangkan Zohar & Marshall (2001)
memaparkan bahwa SQ adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan masalah
makna dan nilai menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yang
lebih luas dan kaya; menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih
bermakna dibandingkan dengan yang lain.
Kita-kita yang tidak memiliki
kecerdasan spiritual akan mudah terjangkit krisis spiritual (spiritual crisis),
keterasingan spiritual (spiritual alienation) dan patologi spiritual (spiritual
patology). Hal ini akan meningkat seiring perkembangan dan perubahan peradaban
karena kemajuan teknologi di abad globalisasi seperti sekarang ini. Hal ini
tentunya harus menjadi perhatian bagi orang tua yang menjadi titik awal
membentuk pribadi dan karakter kita
karena kita awalnya pada dasarnya adalah
kertas kosong. Jadi hasil gambarnya akan seperti apa, itu adalah karya dari
kedua orang tua /keluarga yang membesarkan kita. Jangan sampai kita dibiarkan
mencari kebutuhan-kebutuhan dasarnya seperti kebutuhan akan spiritualitas di
luar, karena kondisi di luar rumah sangatlah beranekaragam karena sekarang ini
budaya konsumerisme, hedonisme dan sekulerisme sudah mulai menggila,
lebih-lebih dikota besar seperti Jakarta. Oleh karena itu, perlu adanya
penerapan pola asuh yang tepat guna membentengi kita dan membentuk kita menjadi
pribadi yang tangguh, tidak mudah terombang-ambing oleh perubahan hidup.
Orang tua merupakan role model
bagi kita sebagai anak di dalam
lingkungan keluarga . Jika orang tua jauh dari nilai-nilai spiritualitas, maka kitapun
juga akan mengikuti jejak ayah bundanya. Seperti kata pepatah, buah jatuh tidak
jauh dari pohonnya. Kita yang cerdas spiritual sebagian besar dilahirkan dari
orang tua yang cerdas secara spiritual, begitu juga sebaliknya.
Kenapa perlu mengembang kesadaran
spiritual pada kita? Kita merupakan periode kehidupan yang sangat penting.
Dalam hal ini, Freud menyakini bahwa usia keemasan kita pada rentang waktu 1
sampai 5 tahun. Dimana otak berkembang pesat karena stimulasi dari lingkungan.
Jika kita mulai sejak dini, stimulasi baik itu yang mengasah kognitif, afektif
dan psikomotorik, maka kita akan tumbuh menjadi buah hati yang saling
terintegrasi diantara ketiga komponen itu. Namun, yang perlu di pahami adalah
bagaimana stimulasi yang tepat sesuai dengan perkembangan si kita.
Kesadaran spiritualitas yang
ditekankan oleh orang tua akan membentuk pemahaman akan spiritualitas kita
dan tidak terjadi kekosongan spiritualitas dalam hati dan hidup. Dengan
pemahaman, tentunya kita akan memaknai dan mengahayati akan pentingnya sebuah
nilai spiritualitas sehingga hidup kita akan merasa lebih bermakna. Begitu itu
semua dilakukan, insya Allah akan membentuk kecerdasan spiritual bagi kita sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
berlatih kreatif melaui pembuatan komentar