Saat ini aku sebenarnya malas menulis. Namun, aku teringat perilakuku sendiri. Aku sering memotivasi orang lain bahwa setiap orang bisa menjadi penulis modal nekat. Bahwa tak ada alasan tak ada ide dalam kepenulisan. Pokoknya nekat saja menulis. Ku kencangkan
tekat bahwa aku harus menjadi penulis hebat.
Sebenarnya berkeinginan menjadi suskes sebetulnya ada. Sering kali keinginan itu menjadi kuat setelah teringat masa lalu. Teringat masa kecil
karena tadi siang . Minggu 11/11/2012 sebelum dluhur bertemu dengan para sahabat sekelas ketika SD, mereka berasal dari
desa Gayam Baturetno Wonogiri, yang sekarang tergabung dalam arisan keluarga. Aku diingatkan bahwa hidup tinggal
di desa penuh keasyikan walau dalam keterbatasan dan kemiskinan.
Waktu SD dulu, tepatnya SDN Menerejo 2 Baturetno Wonogiri memang aku dikenal sebagai anak lumayan pintar karena rajin belajar. Setidak tidaknya aku sering bisa di rangking bagus.
“Arep iso pinter piye, aku ndisik kurang gizi, pakanane sego thiwul jangan terong, terus diplethes gaweyan, saben
dino kudu angon karo ngarit” Itulah kalimat mas Mulyono yang terucap di
tengah-tengah arisan.
“Podo wae mas aku yo kurang gizi, ning aku isih gelem sinau” Sahutku.
Yang jelas kita memang senasib hidup dalam kemiskinan dan
keterbelakangan. Orang tua kita semuanya sebagi petani miskin. Tepatnya kita tinggal 15 km dari pusat kec. Baturetno. Saat ini sekolah tersebut nasibnya sudah lenyap, karena kena genangan waduk Wonogiri
Kita (hampir semua satu SD dulu) yang berjumlah 30 an tergabung sebagai anggota arisan
keluarga sudah puluhan tahun tinggal di Solo. Nasib kita berbeda-beda. Aku menjadi guru
bahasa Inggris,Mas Mulyono menjadi penjual bakso keliling, Mas Salmet
kerja sebagai sales, dan Waluyo sebagai
pekerja srabutan. Namun, di antara anggota arisan ini banyakjuga yang karirnya menjadi kapolsek yaitu bp AKBP Widodo, SH beliau kakak kandung Mas Slamet. juga ada yang jadi intel bp Warsino, S.H. Juga Wartanto S.H menjadi pejabat di kepolisian skh. Kita sudah lebih dari sepuluh tahun menjadi satu keluarga arisan keluarga
Baturetno.
Mengenang masa lalu
yang penuh liku-liku dan kemiskinan, menjadikan kita saat ini dituntut lebih bersyukur.
Memang kenyataanya kita lebih makmur
dibanding dulu.
Aku sering ditunjuk
sebagai pembicara di arisan, juga siang tadi. Sedangkan mas Mul sebagi MCnya. Mas Mul sudah biasa menjadi MC di acara mantenan.Mas Mul disamping sebagai MCmerupakan salah satu prajuritnya Joko Wi dalam berbagai kegiatan di kota SOLO.
Kuingatkan dalam
pengisiaan tausiah bahwa yang membedakan
kita sukses dan tidak adalah bagaimana kita menghargai waktu. Bicara
masalah waktu bicara masalah percepatan. Maksudnya orang
yang menghargai waktu dengan melakukan hal-hal positif secara langsung
mereka memiliki percepatan hidup yang lebih. Maka jangan heran bagi yang menghargai waktu mereka bisa lebih sukses dunia dan akherat.