Tidak ada yang bemanfaat bagi kehidupan akhirat kita melainkan ilmu dan amal sholeh.
Allah Ta’ala berfirman,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ
وَلآ أَوْلاَدُكُمْ عَن ذِكْرِ اللهِ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ
هُمُ الْخَاسِرُونَ وَأَنفِقُوا مِن مَّا رَزَقْنَاكُم مِّن قَبْلِ أَن
يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْ لآ أَخَّرْتَنِي إِلَى
أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُن مِّنَ الصَّالِحِينَ وَلَن
يُؤَخِّرَ اللهُ نَفْسًا إِذَا جَآءَ أَجَلُهَا وَاللهُ خَبِيرٌ بِمَا
تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat
Allah. Barangsiapa melakukan demikian, maka mereka itulah orang-orang
yang rugi. Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan
kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu;
lalu ia berkata, ‘Ya Rabbku, mengapa Engkau tidak menangguhkan
(kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat
bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shalih.’ Dan Allah
sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang
waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan.” (Qs. al-Munafiqun: 9-11).
Mas Guru berbagi motivasi terutama untuk siswanya di SMAN 1 Girimarto
Minggu, 12 Agustus 2012
Tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan dari Allah,
“Tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan dari Allah, pada suatu hari yang tidak ada naungan selain naungan tersebut : (pertama) Seorang pemimpin yang adil, (kedua) seorang pemuda yang tumbuh dalam ketaatan ibadah kepada Allah, (ketiga) seorang laki-laki yang hatinya senantiasa terkait dengan masjid, (keempat) dua orang yang saling mencintai karena Allah, berjumpa karena Allah dan berpisah karena Allah, (kelima)
seorang laki-laki yang diajak bermaksiat oleh seorang perempuan yang
memiliki kedudukan dan kecantikan, kemudian laki-laki tersebut berkata: ‘sesungguhnya aku takut kepada Allah’, (keenam)
seorang yang bershadaqah, kemudian dia merahasiakan shadaqah tersebut,
sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dishadaqahkan
oleh tangan kanannya, (ketujuh) seorang yang mengingat Allah dalam keadaan sendirian, kemudian berlinang air matanya.”(HR. Bukhari-Muslim)
Sabtu, 11 Agustus 2012
DUNIA INI ADALAH PERHIASAN
DUNIA INI ADALAH PERHIASAN DAN SEBAIK-BAIK PERHIASAN ADALAH WANITA SHOLIHAH
"The world and all things in it are valuable; but the most valuable thing in the world is a virtuous woman." -Prophet Muhammad (Peace be upon him.)"
"The world and all things in it are valuable; but the most valuable thing in the world is a virtuous woman." -Prophet Muhammad (Peace be upon him.)"
PESANTREN KILAT
VOICE OF
WONOGIRI (VOW) Girimarto. PESANTREN BLEDHEG sebagai ganti istilah PESANTREN
KILAT. Dengan digantinya naman KILAT menjadi BLEDHEG diharapkan efeknya biar
terasa. Kamis sampai Sabtu atau tepatnya dari tanggal 9-11 Agustus 2012. SMA N
1 Girimarto menyelenggarakan agenda rutin tiap tahun yakni pesantrenan.
Diharapkan melalui kegiatan ini para siswa menjadi generasi yang bertaqwa tidak
hanya
di bulan
USUM TAQWA, namun setelah bulan ramadlan benar-benar Taqwa.
MasKatno Giri diberi amanat di hari Jum'at tanggal 10-8-2012, dia baru merenungkan pada saat berita ini ditulis materi apa yang pas untuk generasi yang masih misteri. Generasi Misteri adalah istilah remaja saat ini, karena pada saat ini banyak remaja di beri pengarahan terlihat khusuk dan sholih, namun setelahnya tidak terasa dampak dari nasihat sebelumnya. Apalagi setelah Ramadlan, banyak yang degleng masih asyik dengan kedeglengannya. Inilah PR besar bagi ortu dan guru, kenapa remaja saat ini semakin menunjukkan keanehan di mata orang tua.
Menurut para orang pintar, remaja saat ini memang jauh berbeda dengan generasi sebelumnya karena mereka merupakankan generasi digital, jadi teknik pembelajaran dan pengarahannya harus lebih berhati-hati, lebih mengena, lebih mencerdaskan, lebih mengesankan, dan lebih-lebih yang lain. Yang jelas sebagai guru maupun orang tua tidak boleh lengah apalagi putus asa. Kita akan diberi pahala luar biasa jika mampu mendidik generasi muda untuk lebih bermakna untuk masa depan agama , nusa bangsa dan mereka sendiri
MasKatno Giri diberi amanat di hari Jum'at tanggal 10-8-2012, dia baru merenungkan pada saat berita ini ditulis materi apa yang pas untuk generasi yang masih misteri. Generasi Misteri adalah istilah remaja saat ini, karena pada saat ini banyak remaja di beri pengarahan terlihat khusuk dan sholih, namun setelahnya tidak terasa dampak dari nasihat sebelumnya. Apalagi setelah Ramadlan, banyak yang degleng masih asyik dengan kedeglengannya. Inilah PR besar bagi ortu dan guru, kenapa remaja saat ini semakin menunjukkan keanehan di mata orang tua.
Menurut para orang pintar, remaja saat ini memang jauh berbeda dengan generasi sebelumnya karena mereka merupakankan generasi digital, jadi teknik pembelajaran dan pengarahannya harus lebih berhati-hati, lebih mengena, lebih mencerdaskan, lebih mengesankan, dan lebih-lebih yang lain. Yang jelas sebagai guru maupun orang tua tidak boleh lengah apalagi putus asa. Kita akan diberi pahala luar biasa jika mampu mendidik generasi muda untuk lebih bermakna untuk masa depan agama , nusa bangsa dan mereka sendiri
SEKILAS PENILAIAN KINERJA GURU
SISTEM PENILAIAN KINERJA GURU
Fungsi dan tugas yang melekat pada jabatan fungsional guru dilaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku, maka diperlukan Penilaian Kinerja Guru (PK GURU) yang menjamin terjadinya proses pembelajaran yang berkualitas di semua jenjang pendidikan.
Pelaksanaan PK GURU dimaksudkan bukan untuk menyulitkan guru, tetapi sebaliknya PK GURU dilaksanakan untuk mewujudkan guru yang profesional, karena harkat dan martabat suatu profesi ditentukan oleh kualitas layanan profesi yang bermutu.
Hasil PK GURU dapat dimanfaatkan untuk menyusun profil kinerja guru sebagai input dalam penyusunan program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) dan dasar penetapan perolehan angka kredit guru dalam rangka pengembangan karir guru sesuai Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
Penilai dan guru yang dinilai akan dikenakan sanksi apabila yang bersangkutan terbukti melanggar prinsip-prinsip pelaksanaan PK GURU, sehingga menyebabkan Penetapan Angka Kredit (PAK) diperoleh dengan cara melawan hukum. Sanksi tersebut adalah sebagai berikut:
Fungsi dan tugas yang melekat pada jabatan fungsional guru dilaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku, maka diperlukan Penilaian Kinerja Guru (PK GURU) yang menjamin terjadinya proses pembelajaran yang berkualitas di semua jenjang pendidikan.
Pelaksanaan PK GURU dimaksudkan bukan untuk menyulitkan guru, tetapi sebaliknya PK GURU dilaksanakan untuk mewujudkan guru yang profesional, karena harkat dan martabat suatu profesi ditentukan oleh kualitas layanan profesi yang bermutu.
Hasil PK GURU dapat dimanfaatkan untuk menyusun profil kinerja guru sebagai input dalam penyusunan program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) dan dasar penetapan perolehan angka kredit guru dalam rangka pengembangan karir guru sesuai Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
Penilai dan guru yang dinilai akan dikenakan sanksi apabila yang bersangkutan terbukti melanggar prinsip-prinsip pelaksanaan PK GURU, sehingga menyebabkan Penetapan Angka Kredit (PAK) diperoleh dengan cara melawan hukum. Sanksi tersebut adalah sebagai berikut:
- Diberhentikan sebagai Guru atau Kepala Sekolah dan/atau Pengawas.
- Bagi penilai, wajib mengembalikan seluruh tunjangan profesi, tunjangan fungsional, dan semua penghargaan yang pernah diterima sejak yang bersangkutan melakukan proses PK GURU.
- Bagi guru wajib mengembalikan seluruh tunjangan profesi, tunjangan fungsional, dan semua penghargaan yang pernah diterima sejak yang bersangkutan memperoleh dan mempergunakan PAK yang dihasilkan dari PK GURU.
KISAH BERHIKMAH
PERMOHONAN SIKAYA DAN SIMISKIN
Nabi Musa a.s. memiliki ummat yang jumlahnya sangat
banyak dan umur mereka panjang-panjang. Mereka ada yang kaya
dan juga ada yang miskin. Suatu hari ada seorang yang miskin datang
menghadap Nabi Musa
a.s.. Ia begitu miskinnya pakaiannya compang-camping dan sangat lusuh
berdebu. Si miskin itu kemudian berkata kepada Baginda Musa
a.s., "Ya Nabiullah, Kalamullah, tolong sampaikan kepada Allah
s.w.t. permohonanku ini agar Allah s.w.t.
menjadikan aku orang yang kaya." Nabi Musa a.s. tersenyum dan berkata kepada orang itu,
"Saudaraku, banyak-banyaklah kamu bersyukur kepada Allah
s.w.t.". Si miskin itu agak terkejut dan kesal, lalu ia
berkata,
"Bagaimana aku mau banyak bersyukur, aku makan pun jarang, dan pakaian
yang aku gunakan pun hanya satu lembar ini saja"!. Akhirnya si miskin
itu pulang tanpa mendapatkan apa yang diinginkannya. Beberapa waktu
kemudian seorang kaya datang menghadap Nabi Musa
a.s.. Orang tersebut bersih badannya juga rapi pakaiannya. Ia berkata
kepada Nabi Musa
a.s., "Wahai Nabiullah, tolong sampaikan kepada Allah
s.w.t. permohonanku ini agar dijadikannya aku ini seorang yang miskin, terkadang aku merasa terganggu dengan hartaku
itu." Nabi Musa a.s.pun tersenyum, lalu ia berkata, "Wahai saudaraku, janganlah kamu bersyukur kepada
Allah s.w.t.". "Ya Nabiullah, bagaimana aku tidak bersyukur kepada
Allah s.w.t.?. Allah
s.w.t. telah memberiku mata yang dengannya aku dapat melihat. telinga yang dengannya aku dapat
mendengar. Allah s.w.t. telah
memberiku tangan yang dengannya aku dapat bekerja dan telah memberiku
kaki yang dengannya aku dapat berjalan, bagaimana mungkin aku tidak
mensyukurinya", jawab si kaya itu. Akhirnya si kaya itu pun pulang ke
rumahnya. Kemudian terjadi adalah si kaya itu semakin
Allah s.w.t. tambah kekayaannya kerana ia selalu bersyukur. Dan si miskin menjadi bertambah
miskin. Allah s.w.t. mengambil semua
kenikmatan-Nya sehingga si miskin itu tidak memiliki selembar pakaianpun yang melekat di tubuhnya. Ini semua
kerana ia tidak mau bersyukur kepada Allah s.w.t.
KAMBING DAN ALAT TENUN
Imam Ahmad telah memberitakan dari Humaid bin Hilal, dia
berkata:
"Ada seorang lelaki yang sering berulang-alik di kampung kami, lalu dia
membawa cerita yang aneh-aneh kepada orang-orang kampung. Dia bercerita:
"Suatu ketika aku datang ke Madinah dalam rombongan dagang, lalu aku
menjual semua barang-barang yang aku bawa. Aku berkata kepada diriku:
"Mengapa aku tidak pergi kepada orang lelaki yang membawa ajaran baru
itu, barangkali aku dapat mendengar berita-berita yang aneh untuk aku
bawa kembali bersamaku?! Aku pun pergi kepada
Rasulullah s.a.w. untuk bertanya sesuatu, lalu Rasulullah
s.a.w. menunjuki arah sebuah rumah, katanya: "Ada seorang
wanita yang tinggal di rumah itu . Pernah dia mengikut tentera Islam
berjihad, dan ditinggalkannya 12 ekor kambingnya dan sebuah alat tenunan
yang digunakannya untuk menenun pakaian. Apabila dia kembali dari
berjihad, didapati kambingnya hilang seekor, dan alat tenunannya pun
hilang. Dia merasa sedih atas kehilangannya itu. Maka dia pun mengangkat
kedua belah tangan berdoa kepada Tuhannya dengan penuh kesungguhan,
katanya:
"Ya Tuhanku! Engkau telah berikan jaminan bahwa siapa yang keluar berjihad pada jalanmu, Engkau akan pelihara harta bendanya, dan sekarang aku telah kehilangan seekor kambing, dan alat tenunanku. jadi aku minta ganti kambing yang hilang dan alat tenunanku itu!"
Rasulullah s.a.w. terus menceritakan betapa sungguh-sungguhnya dia berdoa dan memohon kepada Tuhannya, sehingga pada esok harinya dia mendapati di pintu rumahnya kambingnya yang hilang itu dengan seekor kambing lagi bersamanya. Begitu juga dia melihat alat tenunannya ada di situ dengan satu alat tenun yang lain. Itulah ceritanya, kata Rasulullah s.a.w. dan jika engkau mau, pergilah kepadanya di rumah itu, dan tanyalah dia cerita itu! "Tidak", jawabku, "Akan tetapi aku percaya semua yang engkau katakan itu!"
(Majma'uz-Zawaid 5:277)
"Ya Tuhanku! Engkau telah berikan jaminan bahwa siapa yang keluar berjihad pada jalanmu, Engkau akan pelihara harta bendanya, dan sekarang aku telah kehilangan seekor kambing, dan alat tenunanku. jadi aku minta ganti kambing yang hilang dan alat tenunanku itu!"
Rasulullah s.a.w. terus menceritakan betapa sungguh-sungguhnya dia berdoa dan memohon kepada Tuhannya, sehingga pada esok harinya dia mendapati di pintu rumahnya kambingnya yang hilang itu dengan seekor kambing lagi bersamanya. Begitu juga dia melihat alat tenunannya ada di situ dengan satu alat tenun yang lain. Itulah ceritanya, kata Rasulullah s.a.w. dan jika engkau mau, pergilah kepadanya di rumah itu, dan tanyalah dia cerita itu! "Tidak", jawabku, "Akan tetapi aku percaya semua yang engkau katakan itu!"
(Majma'uz-Zawaid 5:277)
Jumat, 10 Agustus 2012
PENDIDIKAN KARAKTER
PENDIDIKAN KARAKTER
Pendidikan karakter berarti pedidikan mental
spiritual. Dalam bahasa Agama pendidikan karakter adalah pendidikan HOLISTIK
yang mencakup akhlaq kepada diri sendiri, orang lain dan kepada Allah Tuahan
Yang Maha Kuasa.Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat
(Ali Ibrahim Akbar, 2000), ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan
semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja,
tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill).
Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen
oleh hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Bahkan
orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung
kemampuan soft skill daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan
bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan.
Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang
berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,
lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,
perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama,
budaya, dan adat istiadat.
Pendidikan karakter adalah
suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi
komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan
nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri,
sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan
kamil. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders)
harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi
kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan
atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas
atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan
ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.
Terlepas dari berbagai kekurangan dalam praktik
pendidikan di Indonesia, apabila dilihat dari standar nasional pendidikan yang
menjadi acuan pengembangan kurikulum (KTSP), dan implementasi pembelajaran dan
penilaian di sekolah, tujuan pendidikan di SMP sebenarnya dapat dicapai dengan
baik. Pembinaan karakter juga termasuk dalam materi yang harus diajarkan dan
dikuasai serta direalisasikan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
Permasalahannya, pendidikan karakter di sekolah selama ini baru menyentuh pada
tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai, dan belum pada tingkatan
internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu
pendidikan karakter, Kementerian Pendidikan Nasional mengembangkan grand
design pendidikan karakter untuk setiap jalur, jenjang, dan jenis
satuan pendidikan. Grand design menjadi rujukan konseptual dan
operasional pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur dan
jenjang pendidikan. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses
psikologis dan sosial-kultural tersebut dikelompokan dalam: Olah Hati (Spiritual
and emotional development), Olah Pikir (intellectual development),
Olah Raga dan Kinestetik (Physical and kinestetic development),
dan Olah Rasa dan Karsa (Affective and Creativity development). Pengembangan
dan implementasi pendidikan karakter perlu dilakukan dengan mengacu pada grand
design tersebut.
Menurut UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional pada Pasal 13 Ayat 1 menyebutkan bahwa Jalur pendidikan terdiri atas
pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan
memperkaya. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan
lingkungan. Pendidikan informal sesungguhnya memiliki peran dan kontribusi yang
sangat besar dalam keberhasilan pendidikan. Peserta didik mengikuti pendidikan
di sekolah hanya sekitar 7 jam per hari, atau kurang dari 30%. Selebihnya
(70%), peserta didik berada dalam keluarga dan lingkungan sekitarnya. Jika
dilihat dari aspek kuantitas waktu, pendidikan di sekolah berkontribusi hanya
sebesar 30% terhadap hasil pendidikan peserta didik.
Selama ini, pendidikan informal terutama dalam
lingkungan keluarga belum memberikan kontribusi berarti dalam mendukung
pencapaian kompetensi dan pembentukan karakter peserta didik. Kesibukan dan
aktivitas kerja orang tua yang relatif tinggi, kurangnya pemahaman orang
tua dalam mendidik anak di lingkungan keluarga, pengaruh pergaulan di lingkungan
sekitar, dan pengaruh media elektronik ditengarai bisa berpengaruh negatif
terhadap perkembangan dan pencapaian hasil belajar peserta didik. Salah satu
alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah melalui pendidikan
karakter terpadu, yaitu memadukan dan mengoptimalkan kegiatan pendidikan
informal lingkungan keluarga dengan pendidikan formal di sekolah.
Dalam hal
ini, waktu belajar peserta didik di sekolah perlu dioptimalkan agar peningkatan
mutu hasil belajar dapat dicapai, terutama dalam pembentukan karakter peserta
didik .
Pendidikan karakter dapat
diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi
pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata
pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks
kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak
hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan
pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.
Kegiatan ekstra kurikuler yang selama ini
diselenggarakan sekolah merupakan salah satu media yang potensial untuk
pembinaan karakter dan peningkatan mutu akademik peserta didik. Kegiatan Ekstra
Kurikuler merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran untuk membantu
pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat
mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan
atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah.
Melalui kegiatan ekstra kurikuler diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dan
rasa tanggung jawab sosial, serta potensi dan prestasi peserta didik.
Pendidikan karakter di sekolah juga sangat terkait
dengan manajemen atau pengelolaan sekolah. Pengelolaan yang dimaksud adalah
bagaimana pendidikan karakter direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan
dalam kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah secara memadai. Pengelolaan
tersebut antara lain meliputi, nilai-nilai yang perlu ditanamkan, muatan
kurikulum, pembelajaran, penilaian, pendidik dan tenaga kependidikan, dan
komponen terkait lainnya. Dengan demikian, manajemen sekolah merupakan salah
satu media yang efektif dalam pendidikan karakter di sekolah.
Menurut Mochtar Buchori (2007), pendidikan karakter
seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif,
penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara
nyata. Permasalahan pendidikan karakter yang selama ini ada di SMP perlu segera
dikaji, dan dicari altenatif-alternatif solusinya, serta perlu dikembangkannya
secara lebih operasional sehingga mudah diimplementasikan di sekolah.
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu
penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian
pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan
seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter
diharapkan peserta didik SMP mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan
pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi
nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku
sehari-hari.
Pendidikan karakter pada tingkatan institusi
mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi
perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan
oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah
merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di mata masyarakat
luas.
Sasaran pendidikan karakter adalah seluruh Sekolah
Menengah Pertama (SMP) di Indonesia negeri maupun swasta. Semua warga
sekolah, meliputi para peserta didik, guru, karyawan administrasi, dan pimpinan
sekolah menjadi sasaran program ini. Sekolah-sekolah yang selama ini telah
berhasil melaksanakan pendidikan karakter dengan baik dijadikan sebagai best
practices, yang menjadi contoh untuk disebarluaskan ke sekolah-sekolah
lainnya.
Melalui program ini diharapkan lulusan SMP memiliki
keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkarakter
mulia, kompetensi akademik yang utuh dan terpadu, sekaligus memiliki
kepribadian yang baik sesuai norma-norma dan budaya Indonesia. Pada tataran
yang lebih luas, pendidikan karakter nantinya diharapkan menjadi budaya
sekolah.
Keberhasilan program pendidikan karakter dapat
diketahui melalui pencapaian indikator oleh peserta didik sebagaimana tercantum
dalam Standar Kompetensi Lulusan SMP, yang antara lain meliputi sebagai
berikut:
- Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja;
- Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri;
- Menunjukkan sikap percaya diri;
- Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas;
- Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup nasional;
- Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif;
- Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif;
- Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya;
- Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari;
- Mendeskripsikan gejala alam dan sosial;
- Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab;
- Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam negara kesatuan Republik Indonesia;
- Menghargai karya seni dan budaya nasional;
- Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya;
- Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang dengan baik;
- Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun;
- Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat; Menghargai adanya perbedaan pendapat;
- Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana;
- Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana;
- Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan menengah;
- Memiliki jiwa kewirausahaan.
Pada tataran sekolah, kriteria pencapaian
pendidikan karakter adalah terbentuknya budaya sekolah, yaitu perilaku,
tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua
warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah harus berlandaskan nilai-nilai
tersebut.
Sumber
Inspirasi:
Kemendiknas. 2010. Pembinaan Pendidikan Karakter di
Sekolah Menengah Pertama . Jakarta
Kamis, 09 Agustus 2012
MERAIH SUKSES
Segala puji
bagi Allah, Rabb semesta alam, tempat bersandar seluruh makhluk, tidak ada
sesembahan yang berhak disembah melainkan Dia. Shalawat dan salam kepada Nabi
kita Muhammad, keluarga, para sahabat, dan orang-orang yang mengikuti mereka
dengan baik hingga hari kiamat.
Jalan meraih
sukses dengan pasti adalah dengan bertakwa dan bertawakkal pada Allah subhanahu
wa ta’ala. Ayat yang bisa menjadi renungan bagi kita bersama adalah firman
Allah Ta’ala,
وَمَنْ يَتَّقِ
اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Barangsiapa
bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar, dan
memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang
bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.”
(QS. Ath Tholaq: 2-3)
Hakekat
Tawakkal
Tawakkal
berasal dari kata “wukul”, artinya menyerahkan/ mempercayakan. Seperti dalam
kalimat disebutkan “وَكَّلْت أَمْرِي إِلَى فُلَان”, aku menyerahkan urusanku pada fulan. Sedangkan yang
dimaksud dengan tawakkal adalah berkaitan dengan keyakinan.
Berdasarkan
keterangan dari Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah, hakekat tawakkal
adalah benarnya penyandaran hati pada Allah ‘Azza wa Jalla untuk meraih
berbagai kemaslahatan dan menghilangkan bahaya baik dalam urusan dunia maupun
akhirat, menyerahkan semua urusan kepada-Nya serta meyakini dengan
sebenar-benarnya bahwa ‘tidak ada yang memberi, menghalangi, mendatangkan
bahaya, dan mendatangkan manfaat kecuali Allah semata’.
Keutamaan
Tawakkal
Pertama: Tawakkal
sebab diperolehnya rizki
Ibnu Rajab
mengatakan, ”Tawakkal adalah seutama-utama sebab untuk memperoleh rizki”. Sebagaimana Allah Ta’ala sebutkan
dalam firman-Nya,
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Dan
barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan) nya.” (QS. Ath Tholaq: 3).
Kedua: Diberi kecukupan oleh Allah
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah membaca surat Ath Tholaq ayat 3 kepada Abu Dzar Al
Ghifariy. Lalu beliau berkata padanya,
لَوْ أَنَّ
النَّاسَ كُلَّهُمْ أَخَذُوْا بِهَا لَكَفَتْهُمْ
“Seandainya
semua manusia mengambil nasehat ini, itu sudah akan mencukupi mereka.”[3] Yaitu seandainya manusia betul-betul bertakwa
dan bertawakkal, maka sungguh Allah akan mencukupi urusan dunia dan agama
mereka.[4]
Ibnu Jarir
Ath Thobari rahimahullah ketika menjelaskan surat Ath Tholaq ayat 3
mengatakan, “Barangsiapa yang bertakwa pada Allah dengan menjalankan
perintah-Nya dan menyandarkan hatinya pada-Nya, maka Allah akan memberi
kecukupan bagi-Nya.”[5]
Al Qurtubhi rahimahullah
menjelaskan pula tentang surat Ath Tholaq ayat 3 dengan mengatakan,
“Barangsiapa yang menyandarkan dirinya pada Allah, maka Allah akan beri
kecukupan pada urusannya.”[6]
Asy Syaukani
rahimahullah menjelaskan, “Barangsiapa menyerahkan urusannya pada Allah,
maka Allah akan berikan kecukupan pada urusannya.”[7]
Syaikh As
Sa’di rahimahullah menjelaskan pula, “Barangsiapa yang menyandarkan diri
pasa Allah dalam urusan dunia maupun agama untuk meraih manfaat dan terlepas
dari kemudhorotan, dan ia pun menyerahkan urusannya pada Allah, maka Allah yang
akan mencukupi urusannya. Jika urusan tersebut diserahkan pada Allah Yang Maha
Mencukupi (Al Ghoni), Yang Maha Kuat (Al Qowi), Yang Maha Perkasa (AL ‘Aziz)
dan Maha Penyayang (Ar Rohim), maka hasilnya pun akan baik dari cara-cara lain.
Namun kadang hasil tidak datang saat itu juga, namun diakhirkan sesuai dengan
waktu yang pas.”[8] Masya Allah suatu keutamaan yang sangat
luar biasa sekali dari orang yang bertawakkal.
Ketiga: Masuk
surga tanpa hisab dan tanpa adzab
Dari Ibnu
‘Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِى سَبْعُونَ أَلْفًا بِغَيْرِ حِسَابٍ ، هُمُ الَّذِينَ لاَ يَسْتَرْقُونَ ، وَلاَ يَتَطَيَّرُونَ ، وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
“Tujuh
puluh ribu orang dari umatku akan masuk surga tanpa hisab. Mereka adalah
orang-orang yang tidak minta diruqyah, tidak beranggapan sial dan mereka selalu
bertawakkal pada Rabbnya.”[9]
Merealisasikan
Tawakkal
“Dalam
merealisasikan tawakkal tidaklah menafikan melakukan usaha dengan melakukan
berbagai sebab yang Allah Ta’ala tentukan. Mengambil sunnah ini sudah
menjadi sunnatullah (ketetapan Allah yang mesti dijalankan). Allah Ta’ala
memerintahkan untuk melakukan usaha disertai dengan bertawakkal pada-Nya,”
demikian penuturan Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah selanjutnya[10].
Jadi
intinya, dari penjelasan beliau ini dalam merealisasikan tawakkal haruslah
terpenuhi dua unsur:
- Bersandarnya hati pada Allah.
- Melakukan usaha.
Inilah cara
merealisasikan tawakkal dengan benar. Tidak sebagaimana anggapan sebagian orang
yang menyangka bahwa tawakkal hanyalah menyandarkan hati pada Allah, tanpa
melakukan usaha atau melakukan usaha namun tidak maksimal. Tawakkal tidaklah
demikian.
Ibnu Rajab
Al Hambali rahimahullah mengatakan, “Usaha dengan anggota badan dalam
melakukan sebab adalah suatu bentuk ketaatan pada Allah. Sedangkan bersandarnya
hati pada Allah adalah termasuk keimanan.”[11]
Tawakkal
Haruslah dengan Usaha
Berikut di
antara dalil yang menunjukkan bahwa tawakkal tidak mesti meninggalkan usaha,
namun haruslah dengan melakukan usaha yang maksimal.
Dari Umar
bin Al Khoththob radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
لَوْ
أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا
يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصاً وَتَرُوحُ بِطَاناً
“Seandainya
kalian betul-betul bertawakkal pada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian
rizki sebagaimana burung mendapatkan rizki. Burung tersebut pergi pada pagi
hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang.”[12]
Al Munawi
mengatakan, ”Burung itu pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali
ketika sore dalam keadaan kenyang. Namun, usaha (sebab) itu bukanlah yang
memberi rizki, yang memberi rizki adalah Allah Ta’ala. Hal ini menunjukkan
bahwa tawakkal tidak harus meninggalkan usaha. Tawakkal haruslah dengan
melakukan berbagai usaha yang akan membawa pada hasil yang diinginkan. Karena
burung saja mendapatkan rizki dengan usaha. Sehingga hal ini menuntunkan pada
kita untuk mencari rizki.”[13]
Ibnu ‘Allan
mengatakan bahwa As Suyuthi mengatakan, “Al Baihaqi mengatakan dalam Syu’abul
Iman:
Hadits ini
bukanlah dalil untuk duduk-duduk santai, enggan melakukan usaha untuk
memperoleh rizki. Bahkan hadits ini merupakan dalil yang memerintahkan untuk
mencari rizki karena burung tersebut pergi di pagi hari untuk mencari rizki.
Jadi, yang dimaksudkan dengan hadits ini –wallahu a’lam-: Seandainya mereka
bertawakkal pada Allah Ta’ala dengan pergi dan melakukan segala aktivitas dalam
mengais rizki, kemudian melihat bahwa setiap kebaikan berada di tangan-Nya dan
dari sisi-Nya, maka mereka akan memperoleh rizki tersebut sebagaimana burung
yang pergi pagi hari dalam keadaan lapar, kemudian kembali dalam keadaan
kenyang. Namun ingatlah bahwa mereka tidak hanya bersandar pada kekuatan,
tubuh, dan usaha mereka saja, atau bahkan mendustakan yang telah ditakdirkan
baginya. Karena ini semua adanya yang menyelisihi tawakkal.”[14]
Imam Ahmad
pernah ditanyakan mengenai seorang yang kerjaannya hanya duduk di rumah atau di
masjid. Orang yang duduk-duduk tersebut pernah berkata, ”Aku tidak
mengerjakan apa-apa. Rizkiku pasti akan datang sendiri.” Imam Ahmad
lantas mengatakan, ”Orang ini sungguh bodoh. Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam sendiri telah bersabda,
إِنَّ اللَّه
جَعَلَ رِزْقِي تَحْت ظِلّ رُمْحِي
”Allah
menjadikan rizkiku di bawah bayangan tombakku.”[15]
Dan beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Seandainya kalian betul-betul
bertawakkal pada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rizki sebagaimana
burung mendapatkan rizki. Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan
lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang”. Disebutkan dalam
hadits ini bahwa burung tersebut pergi pada waktu pagi dan kembali pada waktu
sore dalam rangka mencari rizki. Para sahabat pun berdagang. Mereka pun
mengolah kurma. Yang patut dijadikan qudwah (teladan) adalah mereka (yaitu para
sahabat).[16]
Allah subhanahu
wa ta’ala dalam beberapa ayat juga menyuruh kita agar tidak meninggalkan
usaha sebagaimana firman-Nya,
وَأَعِدُّوا
لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ
”Dan siapkanlah
untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari
kuda-kuda yang ditambat untuk berperang.” (QS. Al Anfaal: 60).
Juga
firman-Nya,
فَإِذَا
قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ
“Apabila
telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah
karunia Allah.” (QS. Al Jumu’ah: 10). Dalam ayat-ayat ini terlihat
jelas bahwa kita dituntut untuk melakukan usaha.
Meraih
Sukses dengan Menempuh Sebab yang Benar
Sahl At
Tusturi rahimahullah mengatakan, ”Barangsiapa mencela usaha
(meninggalkan sebab) maka dia telah mencela sunnatullah (ketentuan yang Allah
tetapkan). Barangsiapa mencela tawakkal (tidak mau bersandar pada Allah) maka
dia telah meninggalkan keimanan.”[17]
Dari
keterangan Sahl At Tusturi ini menunjukkan bahwa jangan sampai kita
meninggalkan sebab. Namun dengan catatan kita tetap bersandar pada Allah ketika
mengambil sebab dan tidak boleh bergantung pada sebab semata.
Oleh karena
itu, perlu diperhatikan bahwa dalam mengambil sebab ada tiga kriteria yang
mesti dipenuhi. Satu kriteria berkaitan dengan sebab yang diambil. Dua kriteria
lainnya berkaitan dengan orang yang mengambil sebab.
Kriteria pertama: Berkaitan
dengan sebab yang diambil. Yaitu sebab yang diambil haruslah terbukti secara
syar’i atau qodari.
Secara
syar’i, maksudnya
adalah benar-benar ditunjukkan dengan dalil Al Qur’an atau hadits Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam.
Contoh:
Dengan minum air zam-zam, seseorang bisa sembuh dari penyakit. Sebab ini
adalah sebab yang terbukti secara syar’i artinya ada dalil yang menunjukkannya
yaitu sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam menyebut air zam-zam,
إِنَّهَا
مُبَارَكَةٌ إِنَّهَا طَعَامُ طُعْمٍ
“Sesungguhnya
air zam-zam adalah air yang diberkahi, air tersebut adalah makanan yang
mengenyangkan.”[18]
Ditambahkan
dalam riwayat Abu Daud (Ath Thoyalisiy) dengan sanad jayyid (bagus) bahwa Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,
وَشِفَاءُ
سُقْمٍ
“Air
zam-zam adalah obat dari rasa sakit (obat penyakit).”[19]
Begitu pula
disebutkan dalam hadits lainnya, dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَاءُ
زَمْزَمَ لِمَا شُرِبَ لَهُ
“Khasiat
air zam-zam sesuai keinginan ornag yang meminumnya.”[20]
Secara
qodari, maksudnya
adalah secara sunnatullah, pengalaman dan penelitian ilmiah itu terbukti
sebagai sebab memperoleh hasil. Dan sebab qodari di sini ada yang merupakan
cara halal dan ada pula yang haram.
Contoh:
Dengan belajar giat seseorang akan berhasil dalam menempuh UAS (Ujian Akhir
Semester). Ini adalah sebab qodari dan dihalalkan.
Namun ada
pula sebab qodari dan ditempuh dengan cara yang haram. Misalnya menjalani ujian
sambil membawa kepekan (contekan). Ini adalah suatu bentuk penipuan. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ غَشَّ
فَلَيْسَ مِنِّى
“Barangsiapa
menipu, maka ia tidak termasuk golonganku.”[21]
Misalnya
lagi, memperoleh harta dengan cara korupsi. Ini adalah cara yang haram. Dari
Abdullah bin Buraidah dari ayahnya, Buraidah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
مَنِ
اسْتَعْمَلْنَاهُ عَلَى عَمَلٍ فَرَزَقْنَاهُ رِزْقًا فَمَا أَخَذَ بَعْدَ ذَلِكَ
فَهُوَ غُلُولٌ
“Siapa
saja yang kami pekerjakan lalu telah kami beri gaji maka semua harta yang dia
dapatkan di luar gaji (dari pekerjaan tersebut, pent) adalah harta yang
berstatus ghulul (baca:korupsi)”.[22]
Kriteria kedua: Berkaitan
dengan orang yang mengambil sebab, yaitu hendaklah ia menyandarkan hatinya
pada Allah dan bukan pada sebab. Hatinya seharusnya merasa tenang dengan
menyandarkan hatinya kepada Allah, dan bukan pada sebab. Di antara tanda
seseorang menyandarkan diri pada sebab adalah di akhir-akhir ketika tidak
berhasil, maka ia pun menyesal.
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
تَعَلَّقَ شَيْئًا وُكِلَ إِلَيْهِ
“Barangsiapa
menggantungkan diri pada sesuatu, niscaya Allah akan menjadikan dia selalu
bergantung pada barang tersebut.”[23] Artinya, jika ia bergantung pada selain Allah,
maka Allah pun akan berlepas diri darinya dan membuat hatinya tergantung pada
selain Allah.
Kriteria ketiga: Berkaitan
dengan orang yang mengambil sebab, yaitu meyakini takdir Allah. Seberapa
pun sebab atau usaha yang ia lakukan maka semua hasilnya tergantung pada takdir
Allah (ketentuan Allah).
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
كَتَبَ
اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ
بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
“Allah
telah mencatat takdir setiap makhluk sebelum 50.000 tahun sebelum penciptaan
langit dan bumi.”[24]
Beriman
kepada takdir, inilah landasan kebaikan dan akan membuat seseorang semakin
ridho dengan setiap cobaan. Ibnul Qayyim mengatakan, “Landasan setiap kebaikan
adalah jika engkau tahu bahwa setiap yang Allah kehendaki pasti terjadi dan
setiap yang tidak Allah kehendaki tidak akan terjadi.” [25] [26]
Tawakkal
yang Keliru
Dari
penjelasan di atas kita dapat merinci beberapa bentuk tawakkal yang keliru:
Pertama:
Menyandarkan hati pada Allah, namun tidak melakukan usaha dan mencari sebab.
Perilaku semacam ini berarti mencela sunnatullah sebagaimana dikatakan oleh
Sahl At Tusturi di atas.
Kedua: Melakukan
usaha, namun enggan menyandarkan diri pada Allah dan menyandarkan diri pada
sebab, maka ini termasuk syirik kecil. Seperti memakai jimat, agar dilancarkan
dalam urusan atau bisnis.
Ketiga: Sebab yang
dilakukan adalah sebab yang haram, maka ini termasuk keharaman. Misalnya,
meraih dengan jalan korupsi.
Keempat: Meyakini
bahwa sebab tersebut memiliki kekuatan sendiri dalam menentukan hasil, maka ini
adalah syirik akbar (syirik besar). Keyakinan semacam ini berarti telah
menyatakan adanya pencipta selain Allah. Misalnya, memakai pensil ajaib yang
diyakini bisa menentukan jawaban yang benar ketika mengerjakan ujian. Jika
diyakini bahwa pensil tersebut yang menentukan hasil, maka ini termasuk syirik
akbar.
Ketika
Mendapat Kegagalan
Ketika itu
sudah berusaha dan menyandarkan diri pada Allah, maka ternyata hasil yang
diperoleh tidak sesuai yang diinginkan maka janganlah terlalu menyesal dan
janganlah berkata “seandainya demikian dan demikian” dalam rangka menentang
takdir.
Dari Abu
Hurairah, Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,
الْمُؤْمِنُ
الْقَوِىُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِى
كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ
وَإِنْ أَصَابَكَ شَىْءٌ فَلاَ تَقُلْ لَوْ أَنِّى فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا.
وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ
الشَّيْطَانِ
“Mukmin yang
kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah. Namun,
keduanya tetap memiliki kebaikan. Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat
bagimu. Minta tolonglah pada Allah, jangan engkau lemah. Jika engkau tertimpa
suatu musibah, maka janganlah engkau katakan: ‘Seandainya aku lakukan demikian
dan demikian.’ Akan tetapi hendaklah kau katakan: ‘Ini sudah jadi takdir Allah.
Setiap apa yang telah Dia kehendaki pasti terjadi.’ Karena perkataan law
(seandainya) dapat membuka pintu syaithon.”[27]
Demikian
sedikit pembahasan kami tentangt tawakkal. Semoga bermanfaat. Segala puji bagi
Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.
Penulis:
Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel
http://rumaysho.com
Langganan:
Postingan (Atom)