MENJADI SEHAT BERKAT JIWA POSITIF Oleh MasKatnoGiriDimuat di Majalah Respon edisi Juli 2012
Adakah hubungan antara kesehatan jiwa dengan kebugaran fisik?. Jelas
ada. Jiwa yang sehat sangat berpengaruh terhadap kesehatan badan atau fisik. Menurut para peneliti kesehatan jiwa menyatakan bahwa vitalitas emosi (baca: emosi positif) yang
mencakup rasa antusias, berpengharapan dan berprasangka baik (khusnudzan), kegairahan dalam hidup (optimisme)
dan kemampuan menghadapi tekanan kehidupan (ketangguhan) terbukti menurunnya
risiko penyakit jantung koroner. Efek protektifnya amat nyata dan dapat diukur,
kendati sudah memperhitungkan variabel perilaku, seperti tidak merokok dan
melakukan olah raga secara teratur.
Demikian
juga jiwa negatif memancarkan emosi negatif. Ciri-ciri seseorang yang memiliki emosi
negatif antara lain bersemayamnya perasaan iri, dengki, dendam, minder, kemarahan,
ketakutan, kekerasan, ketidaksabaran, kecemasan, kesedihan, prasangka buruk,
kesombongan dsb. Perasaan-perasaan dari emosi negatif akan mempengaruhi kerja
organ-organ tubuh. Ahli kesehatan Michael Blumenfield
(2006) yang disampaikan ulang oleh
psikiater sosial dr. Nalini Muhdi SPKJ dari Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga, (kompas.com 2 Februari 2011), menyatakan bahwa sudah banyak kepustakaan dan publikasi ilmiah tentang
kaitan antara emosi negatif dan kesehatan.
Masih
menurut Michael Blumenfield bahwa stress dapat meningkatkan kadar C-reactive protein (CRP) dalam aliran
darah yang berkiatan dengan inflamasi atau penggumpalan atau koagulasi darah.
Amarah selain meningkatkan tekanan darah juga diidentifikasi sebagai salah satu
pemicu yang paling lazim dan paling menentukan bagi munculnya myocardial ischemia (berkurangnya suplai
darah ke otot jantung) dalam aktivitas harian.
Demikian
juga rasa waswas yang kronis dapat memengaruhi sistem biologi dalam tubuh
sehingga menjadi pemicu banyak penyakit
seperti, stroke, maag, diabetes dsb. Seseorang yang mengalami was-was serius terbukti cenderung mengalami peningkatan kadar
kolesterol dan gula darah. Bukti ilmiah yang disampaikan dr Nalini menyatakan
bahwa pasien yang menghadapi operasi
besar yang tegang dan cemas membawa
dampak munculnya penyakit yang lain.
Pengolahan Jiwa
Jiwa
laksana otot, maksudnya jiwa bisa dilatih agar lentur dan teratur menuju jiwa
sehat. Beberapa teknik pengolahan
jiwa dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara kesehatan
jiwa dan kesehatan fisik. Intinya seseorang yang menginginkan lebih sehat
jiwanya, seharusnya lebih aktif bermunajad dengan yang di atas (Allah
S.W.T) juga lebih aktif bersosialisasi
dengan sesama manusia dalam batas yang positif, misalnya lebih aktif kegiatan
keagamaan juga aktif dalam kegiatan sosial. Dari kegiatan tersebut seseorang akan terhibur dan terkurangi kecemasannya dan perasaan-perasaan negatif lainnya. Tidak
kalah penting pengendalian diri pribadi harus diperhatikan, misalnya berusaha menghibur diri dengan selalu
berfikir positif, menurunkan harapan
yang terlalu tinggi dan yang tak realistis, berorientasi pada saat ini bukan
terpaku pada kehidupan masa lalu, menjadi diri sendiri, lebih teratur dalam
hidup, menyukai humor dan tidak keberatan untuk menebar senyum dan tawa.
Senyuman
dan tawa merupakan ungkapan dari kenetralan jiwa, para ahli menyatakan bahwa humor, senyum dan tawa
terbukti dapat meningkatkan antibodi Immunoglobulin A (IgA) yang membantu
melawan infeksi, meningkatkan jumlah sel-sel T yang berguna untuk melawan
penyakit, dan dapat menurunkan tekanan darah.
Nabi
Muhammad s.a.w. berabad-abad yang lalu telah menekankan betapa pentingnya
senyum, seperti dalam hadisnya. Dari Jabir ra., ia berkata, “Sejak aku masuk Islam,
Rasulullah saw tidak pernah menghindar dariku. Dan beliau tidak melihatku
kecuali beliau pasti tersenyum kepadaku.” (HR. Bukhari dan Muslim). Beliau menambahkan, “Senyummu di depan saudaramu adalah sedekah.”
Hadits Riwayat At Tirmidzi dalam sahihnya. Tentunya
senyum seperti yang dicontohkan rasulullah s.a.w. adalah senyuman yang sesuai
dengan situasi dan kondisi yang pas, bukan banyak tersenyum pada saat
sendirian.
Modal Menuju Jiwa Sehat
Setelah
mengetahui peranan kesehatan jiwa
terhadap kesehatan fisik, setiap muslim harus memiliki modal untuk menjadi
pribadi-pribadi yang sehat lahir dan
batin. Modal yang dibahas di sini adalah modal gratis yang bersifat non materi. Dipastikan setiap manusia mampu
untuk memilikinya. Modal tersebut adalah
TAQWA, ini merupakan akronim dari Taqarrub, Qona’ah, dan Wara’.
Taqarrub. Istilah taqarrub
berasal dari nash-nash syara' yang membicarakan upaya pendekatan diri kepada
Allah S.W.T. Ada hadis qudsi dari Nabi
sholallohu 'alaihi wasallam bahwa Allah berfirman,"Tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang
lebih aku cintai daripada melaksanakan apa yang Aku wajibkan kepadanya, dan
tidaklah hamba-Ku terus mendekatkan diri kepada-Ku dengan nafilah-nafilah
(nawafil) hingga aku mencintainya." (HR Bukhari & Muslim). Dari
frase "mendekatkan diri kepada-Ku"
inilah kemudian lahir istilah taqarrub. Doa dan dzikir merupakan upaya
dekat dengan Allah S.W.T., prasangka baik kita kepadaNya akan menghantarkan
kita unuk memiliki jiwa yang bersih yang senantiasa diberi cahaya dari Allah
S.W.T.
QANA’AH. Istilah
Qana’ah mengandung pengertian merasa
cukup dengan yang ada dan cukup atas pemberian rizki atau nikmat
dari Allah s.w.t. Lawan dari Qana,ah
adalah Tamak. Hendaknya setiap muslim selalu menghiasi diri dengan
sikap qana’ah (menerima apa adanya yang diberikan oleh Allah Ta’ala).
Mengenai
sikap qana’ah, dalam Shahih Muslim
dan yang lainnya, dari Amr bin Al-Ash Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Beruntunglah orang yang memasrahkan
diri, dilimpahi rizki yang sekedar mencukupi dan diberi kepuasan oleh Allah
terhadap apa yang diberikan kepadanya.” (Diriwayatkan Muslim, At
Tirmidzi,
dan Ahmad ).
Dengan memiliki sifat qana’ah akan mendidik jiwa manusia
senantiasa tenteram dan syukur atas
pemberian Allah s.w.t.
WARA’. Istilah wara’ mengandung pengertian menjaga diri atau sikap hati-hati dari hal yang
syubhat dan meninggalkan yang haram. Lawan dari Wara’ adalah syubhat yg berarti tidak jelas apakah hal tersebut
halal atau haram.
"Sesungguhnya yang halal itu jelas & yg haram
itu jelas. Di antara keduanya ada yg syubhat, manusia tidak banyak mengetahui. Siapa yg menjaga dari syubhat, maka
selamatlah agama & kehormatannya. Dan siapa yang jatuh pada syubhat,
maka jatuh pada yg haram." (HR Bukhari & Muslim). "Sesungguhnya
yang halal itu jelas & yg haram itu jelas. Di antara keduanya ada yg
syubhat, manusia tidak banyak mengetahui. Siapa yang menjaga dari syubhat, maka selamatlah agama &
kehormatannya. Dan siapa yang jatuh pada syubhat, maka jatuh pada yg
haram." (HR Bukhari & Muslim).
Dengan memiliki sifat wara’, manusia dididik untuk selalu
berhati-hati dalam segala aspek kehidupan.
Uraian sederhana
mengenai kesehatan jiwa di atas setidak-tidaknya berperan membantu kita
menuju kehidupan yang lebih bermakna, sejahtera, sehat lahir batin. Allahu a'lamu bishawaf.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
berlatih kreatif melaui pembuatan komentar