Menjadi manusia gatal tidak masalah, menjadi manusia gagal jangan donk. Setiap manusia punya hak yang sama menjadi manusia sukses baik ruhani maupun jasmani, baik dunia dan akherat. Menjadi manusia sukses jauh lebih bahagia, maka jangan biarkan kita hidup sengsara.
Bulan ramadlan adalah kesempatan awal untuk meraih kesuksesan jangka panjang. Ramadaln berarti kesempatan untuk menjdai brilian. karena ramadlan adalah bulan pembelajaran, agar kita menjadi manusia tangguh, sungguh -sungguh jujur,amanat, peduli, hati-hati, bijak, dan kosisiten dll.. Memang untuk sukses dunia akherat tidak perlu modal uang besar cukup modal yang tertulis tadi.
Untuk menjadi suskses pra atau pasca ramadlan perlu memiliki pemahaman. 20M sangat berpengaruh terhadap ketidakberhasilan seseorang :
20 M tersebut adalah sebagai berikut:
1. Memiliki motivasi rendah dalam menyambut ramadlan
Bulan ramadlan adalah kesempatan awal untuk meraih kesuksesan jangka panjang. Ramadaln berarti kesempatan untuk menjdai brilian. karena ramadlan adalah bulan pembelajaran, agar kita menjadi manusia tangguh, sungguh -sungguh jujur,amanat, peduli, hati-hati, bijak, dan kosisiten dll.. Memang untuk sukses dunia akherat tidak perlu modal uang besar cukup modal yang tertulis tadi.
Untuk menjadi suskses pra atau pasca ramadlan perlu memiliki pemahaman. 20M sangat berpengaruh terhadap ketidakberhasilan seseorang :
20 M tersebut adalah sebagai berikut:
1. Memiliki motivasi rendah dalam menyambut ramadlan
Misalnya
tidak tumbuh keinginan melatih bangun malam dengan shalat tahajjud. Begitupun
tidak melakukan puasa sunnah Syaban, sebagaimana telah disunnahkan Rasulullah
Shallallaahu alaihi wa sallam. Dalam hadits Bukhari dan Muslim, dari Aisyah
Radhiallaahu anha berkata, “Saya tidak pernah melihat Rasulullah berpuasa
sebulan penuh selain di bulan Ramadhan, dan saya tidak pernah melihat beliau
banyak berpuasa selain di bulan Syaban.”
2. Mengulur-ulur shalat fardhu.
“Maka
datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan
memperturutkan hawa nafsunya, maka kelak mereka akan menemui kesesatan kecuali
orang-orang yang bertaubat dan beramal shalih” (Maryam: 59).
Menurut Said
bin Musayyab, yang dimaksud dengan tarkush-shalat (meninggalkan shalat) ialah
tidak segera mendirikan shalat tepat pada waktunya. Misalnya menjalankan shalat
zhuhur menjelang waktu ashar, ashar menjelang maghrib, shalat maghrib menjelang
isya, shalat isya menjelang waktu subuh serta tidak segera shalat subuh hingga
terbit matahari. Orang yang bershiyam Ramadhan sangat disiplin menjaga waktu
shalat, karena nilainya setara dengan 70 kali shalat fardhu di bulan lain.
3. Malas menjalankan ibadah-ibadah sunnah.
Termasuk di
dalamnya menjalankan ibadah shalatul-lail. Mendekatkan diri kepada Allah dengan
melaksanakan ibadah-ibadah sunnah merupakan ciri orang yang shalih.
“Sesungguhnya
mereka adalah orang-orang yang bersegera dalam mengerjakan perbuatan-perbuatan
baik dan mereka berdoa
kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu
kepada Kami” (Al-Anbiya:90).
Dan hamba-Ku
masih mendekatkan diri kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah, sampai Aku
mencintainya. (Hadits Qudsi)
4. Mencintai
gemerlapnya dunia tanpa pertimbangan akhirat.
Cinta
dunia dampaknya terlalu kikir.Takut rugi
jika mengeluarkan banyak infaq dan shadaqah adalah tandanya. Salah satu sasaran
utama shiyam agar manusia mampu mengendalikan sifat rakus pada makan minum
maupun pada harta benda, karena ia termasuk sifat kehewanan (Bahimiyah). Cinta
dunia serta gelimang kemewahan hidup sering membuat manusia
lupa akan tujuan hidup sesungguhnya.
5. Malas membaca Al-Qur’an.
Ramadhan juga disebut Syahrul Qur’an, bulan yang di dalamnya diturunkan
Al-Qur’an. Orang-orang shalih di masa lalu menghabiskan waktunya baik siang
maupun malam Ramadhan untuk membaca Al-Qur’an. Ibadah ummatku yang paling utama
adalah pembacaan Al-Qur’an (HR Baihaqi).
Ramadhan
adalah saat yang tepat untuk menimba dan menggali sebanyak mungkin kemuliaan
Al-Qur’an sebagai petunjuk hidup. Kebiasaan baik ini harus nampak berlanjut
setelah Ramadhan pergi, sebagai tanda keberhasilan latihan di bulan suci.
6. Mudah mengumbar amarah.
Ramadhan adalah bulan kekuatan. Nabi Saw bersabda : “Orang kuat bukanlah
orang yang selalu menang ketika berkelahi. Tapi orang yang kuat adalah orang
yang bisa menguasai diri ketika marah.”
Dalam hadits
lain beliau bersabda : “Puasa itu perisai diri, apabila salah seorang dari kamu
berpuasa maka janganlah ia berkata keji dan jangan membodohkan diri. Jika ada
seseorang memerangimu atau mengumpatmu, maka katakanlah sesesungguhnya saya
sedang berpuasa” (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).
7. Melakukan dusta dan berkata sia-sia
“Barangsiapa
tidak meninggalkan perkataan dusta perbuatan Az-Zur, maka Allah tidak
membutuhkan perbuatan orang yang tidak bersopan santun, maka tiada hajat bagi
Allah padahal dia meninggalkan makan dan minumnya”
(HR Bukhari dari Abu Hurairah).
Kesempatan Ramadhan adalah peluang bagi kita untuk mengatur dan melatih
lidah supaya senantiasa berkata yang baik-baik. Umar ibn Khattab Ra
berkata : Puasa ini bukanlah hanya menahan diri dari makan dan minum saja, akan
tetapi juga dari dusta, dari perbuatan yang salah dan tutur kata yang sia-sia
(Al Muhalla VI: 178).
8. Memutuskan tali silaturrahim.
Ketika
menyambut datangnya Ramadhan Rasulullah Saw bersabda : “Barangsiapa menyambung
tali persaudaraan (silaturrahim) di bulan ini,
Allah akan menghubungkan dia dengan rahmat-Nya. Barang siapa memutuskan
kekeluargaan di bulan ini, Allah akan memutuskan rahmat-Nya pada hari ia
berjumpa dengan-Nya”. Puasa mendidik pribadi-pribadi untuk menumbuhkan jiwa kasih sayang dan tali cinta.
Pelaku shiyam jiwanya dibersihkan dari kekerasan hati dan kesombongan,
diganti dengan perangai yang lembut, halus dan tawadhu. Apabila ada atau tidak
adanya Ramadhan tidak memperkuat hubungan kekeluargaan dan persaudaraan, itu tanda kegagalan.
9. Menyia-nyiakan waktu.
Al-Qur’an mendokumentasikan dialog Allah SWT dengan orang-orang yang menghabiskan
waktu mereka untuk bermain-main. Allah bertanya : “Berapa tahunkan
lamanya kamu tinggal di bumi ?.” Mereka menjawab : “Kami tinggal di bumi sehari
atau setengah hari. Maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.” Allah
berfirman : “Kamu tidak tingal di bumi melainkan sebentar saja, kalau kamu
sesungguhnya mengetahui. “Maka apakah kamu mengira sesungguhnya Kami
menciptakan kamu secara main-main (saja), dan kamu tidak akan dikembalikan
kepada Kami ?. Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang sebenarnya; tidak ada Tuhan
yang berhak disembah selain Dia, Tuhan yang mempunyai Arsy yang mulia”
(Al-Mu’minun: 112-116).
Termasuk gagal dalam ber-Ramadhan orang yang lalai atas karunia waktu
dengan melakukan perbuatan sia-sia, kemaksiatan, dan hura-hura. Disiplin waktu
selama Ramadhan semestinya membekas kuat dalam bentuk cinta ketertiban dan keteraturan.
10. Menjalani hidup dengan keraguan
Labil alias
perasaan gamang, khawatir, risau, serta gelisah dalam menjalani hidup juga
tanda gagal Ramadhan. Pesan Rasulullah SAW : ‘Sesungguhnya telah datang bulan
Ramadhan yang penuh berkah. Allah telah memfardhukan atas kamu berpuasa di
dalamnya. Dibuka semua pintu surga, dikunci semua pintu neraka dan dibelenggu
segala syetan. Di dalamnya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan.
Barangsiapa tiada diberikan kebajikan malam itu, maka sungguh tidak diberikan
kebajikan atasnya’ (HR Ahmad, Nasa’i, Baihaqi dari Abu Hurairah)
Bila
seseorang meraih berkah bulan suci ini, jiwanya mantap, hatinya tenteram,
perasaannya tenang dalam menghadapi keadaan apapun.
11. Mensyiarkan Islam dengan kemalasan
Salah satu
ciri utama alumnus Ramadhan yang berhasil ialah tingkat taqwa yang meroket. Dan
setiap orang yang ketaqwaannya semakin kuat ialah semangat mensyiarkan Islam.
Berbagai kegiatan amar ma’ruf nahiy munkar dilakukannya, karena ia ingin sebanyak
mungkin orang merasakan kelezatan iman sebagaimana dirinya. Jika semangat ini
tak ada, gagal lah Ramadhan seseorang.
12. Mengkhianati amanah.
Shiyam
adalah amanah Allah yang harus dipelihara (dikerjakan) dan selanjutnya
dipertanggung-jawabkan di hadapan-Nya kelak. Shiyam itu ibarat utang yang harus
ditunaikan secara rahasia kepada Allah.
Orang yang
terbiasa memenuhi amanah dalam ibadah sir (rahasia) tentu akan lebih menepati
amanahnya terhadap orang lain, baik yang bersifat rahasia maupun yang nyata.
Sebaliknya orang yang gagal Ramadhan mudah mengkhianati amanah, baik dari Allah
maupun dari manusia.
13. Motivasi hidup rendah dalam
berjama’ah
Frekuensi shalat berjama’ah di masjid meningkat tajam selama Ramadhan.
Selain itu, lapar dan haus menajamkan jiwa sosial dan empati terhadap kesusahan
sesama manusia, khususnya sesama Muslim. Allah mencintai hamba-hamba-Nya yang
berjuang secara berjama’ah, yang saling menguatkan.
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam
saatu barisan yang teratur, seakan-akan mereka seperti bangunan yang tersusun
kokoh” (Ash-Shaf: 4). Ramadhan seharusnya menguatkan
motivasi untuk hidup berjama’ah.
14. Mengandalkan
makhluk dengan pertimbangan nafsu
Hawa nafsu
dan syahwat yang digembleng habis-habisan selama bulan Ramadhan merupakan pintu
utama ketergantungan manusia pada sesama makhluk. Jika jiwa seseorang berhasil
merdeka dari kedua mitra syetan itu setelah Ramadhan, maka yang mengendalikan dirinya
adalah fikrah dan akhlaq. Orang yang tunduk dan taat kepada Allah lebih mulia
dari mereka yang tunduk kepada makhluk.
15. Malas membela dan menegakkan kebenaran.
Sejumlah
peperangan dilakukan kaum Muslimin melawan tentara-tentara kafir berlangsung di
bulan Ramadhan. Kemenangan Badar yang spektakuler itu dan penaklukan Makkah
(Futuh Makkah) terjadi di bulan Ramadhan. Di tengah gelombang kebathilan dan
kemungkaran yang semakin berani unjuk gigi, para alumni akademi Ramadhan
seharusnya semakin gigih dan strategis dalam membela dan menegakkan kebenaran.
Jika bulan suci ini tidak memberi bekal perjuangan baru yang bernilai
spektakuler, maka kemungkinan besar ia telah meninggalkan kita sebagai
pecundang.
16. Menjauhi kaum dluafa’
Kasih sayang
teradap kaum miskin adalh pribadi rasulullah. Ramadlan adalh syahru Rahmah,
Bulan Kasih Sayang adalah nama lain Ramadhan, karena di bulan ini Allah
melimpahi hamba-hamba-Nya dengan kasih sayang ekstra. Shiyam Ramadhan menanam
benih kasih sayang terhadap orang-orang yang paling lemah di kalangan
masyarakat. Faqir miskin, anak-anak yatim dan mereka yang hidup dalam
kemelaratan. Rasa cinta kita terhadap mereka seharusnya bertambah.
17. Memaknai akhir Ramadhan tanpa evaluasi diri dan
mohon ampun kepada Allah s.w.t
Khalifah
Umar ibn Abdul Aziz memerintahkan seluruh rakyatnya supaya mengakhiri puasa
dengan evaluasi diri, memperbanyak
istighfar dan memberikan sadaqah, karena istighfar dan sadaqah dapat menambal
yang robek-robek atau yang pecah-pecah dari puasa. Menginjak hari-hari
berlalunya Ramadhan, mestinya kita semakin sering melakukan muhasabah
(introspeksi) diri.
“Wahai
orang-orang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok dan bertaqwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”
(Al-Hasyr: 18).
18. Menyibukkan
diri pada fokus Lebaran.
Kebanyakan
orang semakin disibukkan oleh urusan lahir dan logistik menjelang Iedul Fitri.
Banyak yang lupa bahwa 10 malam terakhir merupakan saat-saat genting yang
menentukan nilai akhir kita di mata Allah dalam bulan mulia ini. Menjadi
pemenang sejati atau pecundang sejati.
Konsentrasi
pikiran telah bergeser dari semangat beribadah, kepada luapan kesenangan
merayakan Idul Fitri dengan berbagai kegiatan, akibatnya lupa seharusnya sedih
akan berpisah dengan bulan mulia ini.
19. Menganggap
Idul Fitri sebagai hari kebebasan.
Secara
harfiah makna Iedul Fitri berarti ‘hari kembali ke fitrah’. Namun kebanyakan
orang memandang Iedul Fitri laksana hari dibebaskannya mereka dari penjara
Ramadhan. Akibatnya, hanya beberapa saat setelah Ramadhan meninggalkannya,
ucapan dan tindakannya kembali cenderung tak terkendali, syahwat dan birahi
diumbar sebanyak-banyaknya. Mereka lupa bahwa Iedul Fitri seharusnya menjadi
hari di mana tekad baru dipancangkan untuk menjalankan peran khalifah dan abdi
Allah secara lebih profesional.
20. Melakukan banyak kesia-siaan.
Banyak oeang
menghabiskan Lebaran justru untuk kesia-siaan, uang untuk sia-sia, waktu habis tanpa makna,
ibadah di sepelekan hanya untuk sia-sia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
berlatih kreatif melaui pembuatan komentar