Tangisan yang tak terhindarkan. Inginnya aku mengupload foto keluargaku. Tapi di semua foto keluarga terdapat foto almarhumah L. Khoirul Amaliah, anakku ini sudah meninggal sekitar sebulan yang lalu. Inginnya membuat album kenangan, namun tangisan tak terhindarkan karena teringat anakku yang kedua, kini dia sudah di syurga Insya Allah.
Rasanya aku belum begitu percaya bahwa anakku telah tiada. Kadang muncul pertanyaan kenapa anakku begtu cepat tinggalkan kami sekeluarga. L Khoirul Amaliah si anak shalihah , cantik dan juara 1 di kelasnya .Ya Allah berilah kesabaran kami sekeluarga walau kami sulit melupakannya.
Kami memang sudah dimotivasi oleh berbagi pihak bahwa kami harus ikhlas dan tabah. Kami pun juga Insya Allah sudah mengiklaskannya, namun kami tidak bisa melupakannya. Bahkan kami masih sering menangis mengenang keluarbiasaan Khoirul Amaliah. Sering kami lupa bahwa dia sudah tiada, kayaknya dia masih hidup. Bacakan Alfatihah untuk pembaca yang baik hatinya demi kebaikan kami sekeluarga. Kini anakku tinggal tiga, semoga menjadi anak-anak yang shalih dan shalihah semua.
Aku menulis, aku belajar. Aku bisa menyimpulkan untuk melupakan anakku yang telah meninggal tidak mungkin. Tapi, menyadarkan diri jauh lebih penting. Kita mesti sadar bahwa setiap yang bejiwa pasti mati, kita harus terbiasa dengan istilah kematian, karena kematian pasti datang. Ketabahan, kesabaran, keistiqomahan dalam berbagai situasi sangat penting, Sebetulnay sakit sekali bila mendengar berita anak meninggal, pikiran kami langsung teringat kembali kepada anakku yang telah meninggalkan kami.
Mengingat kematian berarti mengingat amalan, apakah hidup kita sudah dipenuhi amal kebaikan atau justru kemaksiatan yang mendominasi. Kini akau perlu evaluasi diri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
berlatih kreatif melaui pembuatan komentar