Pengalaman waktu anak-anak sulit lepas begitu saja dari ingatan. Benar memang baik ilmu maupun pengalaman di masa anak-anak bagai ukiran di atas batu.
Masa kecilku sampai usia SMP kuhabiskan di desa wilayah kec Baturetno Wonogiri. Pengalaman sekitar 16 tahun hidup di desa benar-benar membawa kesan yang mendalam. Terutama masalah pergaulan dengan teman-teman. Baru saja aku "hunting" nama-nama teman sekelasku melalui FB dan kutemukan sedikit nama-nama tersebut.Padahal sudah beberapa tahun yang lalu aku mencarinya, tapi belum ketemu. Sebagian besar barngkali belum biasa dengan dunia maya.
Bukan bermaksud nyombong. Mungkin saja aku sudah selangkkah lebih maju. Sebagian teman-temanku gelum py FB. Aku mencarinya. Aku kangen sama mereka. Aku adalah salah satu alumni SMPN terfavorit di Baturetno Wonogiri. Sekitar 25 tahun berlalu. Tak pernah kulupakan masa-masa SMP yang sebenarnya sering menyedihkan.
Bukan bermaksud nyombong. Mungkin saja aku sudah selangkkah lebih maju. Sebagian teman-temanku gelum py FB. Aku mencarinya. Aku kangen sama mereka. Aku adalah salah satu alumni SMPN terfavorit di Baturetno Wonogiri. Sekitar 25 tahun berlalu. Tak pernah kulupakan masa-masa SMP yang sebenarnya sering menyedihkan.
Kenapa menyedihkan? Dibesarkan dari keluarga miskin yang tertimpa musibah saat di usiaku SMP. Kakakku mengalami kecelakaan parah dan harus sakit berbulan-bulan baik di RS juga di rumah. Rumah dan tanah dijual. Itupun masih terbelit utang. Bahkan radio satu-satunya pun dijual. Sudah jatuh tersungkur tertimba tangga itulah ibaratnya.
Boro-boro membawa uang saku untuk jajan di kantin. Bayaran seolahpun aku sering telat. Bahkan aku pernah disuruh pulang karena belum membayar SPP. Salah satu guruku di SMP, memang kejam sekali. Aku memang cuma mengandalkan pemberian dana dari kakakku. Sedangkan ortuku bisa untuk mencari makan saja sudah Alhamdulillah. Dalam segala keterbatasan aku pun tidak menyerah utnuk memiliki obsesi tinggi.
Kembali aku bercerita masa di sekolah. Sebelum tertimpa musibah saja. Aku sudah terlihat kurang gizi, tumbuh menjadi anak yang tertinggal secara pisik. Di kelasku ada tiga anak yang kecil-kecil dan kurus di bawah standart teman-teman yang lain. dari kketiga anak tersebut aku. Wajar aku menjadi tidak PD di kelas.
Sudah paling kecil ditambah lagi kurang gizi. Aku tumbuh seperti anak ethiopia waktu dulu. Aku hampir tidak pernah jajan di kantin sekolah karena memang tidakdiberi uang saku. Aku juga heran berjam-jam dari jam 7-13. 30 tanpa makan dan minum, aku kuat menjalaninnya selama tiga tahun.
"Kowe ki opo ora pernah dikombor koyo sapi, gen lemu" Itu salah satu kalimat ejekan merendahkan dari temen sekelasku dan masih banyak ejekan yang lain yang menyakitkan. Kalimat itu kayaknya sulit sekali hilang walau sudah puluhan tahun yang lalu. Saat ini aku baru bisa maklum anak remaja terkadang kurang kendali kalau bicara. Dan aku pun juga mudah tersinggung waktu itu. Dan sampai saat ini pun aku masih teringat nama-nama maupun gambaran wajah temanku yang masa remajanya penuh kesombongan, yang suka merendahkan orang.Sekali lagi itu masa lalu.
Dana untuk jajan tidak ada, apalagi untuk membeli buku.Tapi aku pantang menyerah. Di kelas dua maupun kelas tiga, aku pun termasuk berprestasi aku pernah di rangking 2/3. Salah satu pelajaran andalanku adalah bahasa Inggris, waktu itu aku diajar oleh bu Wahyu dan P.Sanyoto.
Walau aku termasuk anak berprestasi, aku lulus dari SMP dengan nilai UN yang lumayan bagus. Tapi sayang aku tidak bisa langsung meneruskan sekolah ke SMA karena faktor biaya. Singkat cerita aku berhenti dari sekolah "berpetualang di Solo. Sebetulnya kisah seru di saat remajaku di Solo. ................akhirnya aku bisa sekolah di SMA di Solo dan kuliah di S1 dan S2 UNS bahasa Inggris sambil kerja srabutan. Salah satunya menjadi tukang koran.
#########
Puluhan tahun berlalu, itulah cerita sangat singkat di masa remaja. Lebih banyak duka dari sukanya. Kini anakku yang pertama sudah remaja (kelas 1 SMP). Bagi teman SMP yang membaca tulisanku ini aku sudah berdamai dengan masa lalu. Masa lalu adalah masa lalu. Kita hidup di saat ini dan masa yang akan datang. Sebetulnya aku berobsesi menulis kisah nyataku dalam sebuah novel biografi. Atau setidak tidaknya memberikan inspirasi untuk anakku dalam menulis novel. Kini anakku sudah lumayan bagus kemampuannya dalam menulis cerpen dan novel. Setidak-tidaknya tulisanku ini dibaca anakku dan mampu memberikan inspirasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
berlatih kreatif melaui pembuatan komentar