Sebenarnya aku sudah lumayan tua, sebab sudah lebih dari lima belas tahun aku menikah. Anakku pun sudah empat. Namun, namanya manusia tetap saja sering lupa Ternyata aku pun perlu belajar dan evaluasi diri tiada henti unutk menjadi orang tua yang baik. Membaca adalah salah satu cara untuk memperbaiki diri.
Baru saja mendapat pembelajaran dari teman FB tentang kesalahan-kesalahan dalam mendidik anak. Temanku menulis keterangan ulang dari Ummu Shofia dalam kitab At-Taqshir Fi Tarbiyatil Aulad, Al-Mazhahir
Subulul Wiqayati Wal Ilaj, Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd]. Berikut ini cukup kuringkas saja; beberapa kesalahan dalam mendidik anak:
Pertama: Menumbuhkan Rasa Takut Dan Minder Pada Anak
Kadang,
ketika anak menangis, kita menakut-nakuti mereka agar berhenti menangis.
Kita takuti mereka dengan gambaran hantu, jin, suara angin dan
lain-lain. Dampaknya, anak akan tumbuh menjadi seorang penakut : Takut
pada bayangannya sendiri, takut pada sesuatu yang sebenarnya tidak perlu
ditakuti. Misalnya takut ke kamar mandi sendiri, takut tidur sendiri
karena seringnya mendengar cerita-cerita tentang hantu, jin dan
lain-lain.
Kedua. Mendidiknya Menjadi Sombong, Panjang Lidah, Congkak Terhadap Orang Lain. Dan Itu Dianggap Sebagai Sikap Pemberani.
Kesalahan
ini merupakan kebalikan point pertama. Yang benar ialah bersikap
tengah-tengah, tidak berlebihan dan tidak dikurang-kurangi. Berani tidak
harus dengan bersikap sombong atau congkak kepada orang lain. Tetapi,
sikap berani yang selaras tempatnya dan rasa takut apabila memang
sesuatu itu harus ditakuti. Misalnya : takut berbohong, karena ia tahu,
jika Allah tidak suka kepada anak yang suka berbohong, atau rasa takut
kepada binatang buas yang membahayakan. Kita didik anak kita untuk
berani dan tidak takut dalam mengamalkan kebenaran.
Ketiga. Membiasakan Anak-Anak Hidup Berfoya-foya, Bermewah-mewah Dan Sombong.
Dengan
kebiasaan ini, sang anak bisa tumbuh menjadi anak yang suka kemewahan,
suka bersenang-senang. Hanya mementingkan dirinya sendiri, tidak peduli
terhadap keadaan orang lain. Mendidik anak seperti ini dapat merusak
fitrah, membunuh sikap istiqomah dalam bersikap zuhud di dunia,
membinasakah muru’ah (harga diri) dan kebenaran.
Keempat. Selalu Memenuhi Permintaan Anak
Sebagian
orang tua ada yang selalu memberi setiap yang diinginkan anaknya, tanpa
memikirkan baik dan buruknya bagi anak. Padahal, tidak setiap yang
diinginkan anaknya itu bermanfaat atau sesuai dengan usia dan
kebutuhannya. Misalnya si anak minta tas baru yang sedang trend, padahal
baru sebulan yang lalu orang tua membelikannya tas baru. Hal ini hanya
akan menghambur-hamburkan uang. Kalau anak terbiasa terpenuhi segala
permintaanya, maka mereka akan tumbuh menjadi anak yang tidak peduli
pada nilai uang dan beratnya mencari nafkah. Serta mereka akan menjadi
orang yang tidak bisa membelanjakan uangnya dengan baik.
Kelima. Terlalu Keras Dan Kaku Dalam Menghadapi Mereka, Melebihi Batas Kewajaran.
Misalnya
dengan memukul mereka hingga memar, memarahinya dengan bentakan dan
cacian, ataupun dengan cara-cara keras lainnya. Ini kadang terjadi
ketika sang anak sengaja berbuat salah. Padahal ia (mungkin) baru sekali
melakukannya.
Keenam. Terlalu Pelit Pada Anak-Anak, Melebihi Batas Kewajaran
Ada
juga orang tua yang terlalu pelit kepada anak-anaknya, hingga
anak-anaknya merasa kurang terpenuhi kebutuhannya. Pada akhirnya
mendorong anak-anak itu untuk mencari uang sendiri dengan bebagai cara.
Misalnya : dengan mencuri, meminta-minta pada orang lain, atau dengan
cara lain. Yang lebih parah lagi, ada orang tua yang tega menitipkan
anaknya ke panti asuhan untuk mengurangi beban dirinya. Bahkan, ada pula
yang tega menjual anaknya, karena merasa tidak mampu membiayai hidup.
Naa’udzubillah mindzalik
Ketujuh. Tidak Mengasihi Dan
Menyayangi Mereka, Sehingga Membuat Mereka Mencari Kasih Sayang Diluar
Rumah Hingga Menemukan Yang Dicarinya.
Fenomena demikian
ini banyak terjadi. Telah menyebabkan anak-anak terjerumus ke dalam
pergaulan bebas –waiyadzubillah-. Seorang anak perempuan misalnya,
karena tidak mendapat perhatian dari keluarganya ia mencari perhatian
dari laki-laki di luar lingkungan keluarganya. Dia merasa senang
mendapatkan perhatian dari laki-laki itu, karena sering memujinya,
merayu dan sebagainya. Hingga ia rela menyerahkan kehormatannya demi
cinta semu.
Kedelapan. Hanya Memperhatikan Kebutuhan Jasmaninya Saja.
Banyak
orang tua yang mengira, bahwa mereka telah memberikan yang terbaik
untuk anak-anaknya. Banyak orang tua merasa telah memberikan pendidikan
yang baik, makanan dan minuman yang bergizi, pakaian yang bagus dan
sekolah yang berkualitas. Sementara itu, tidak ada upaya untuk mendidik
anak-anaknya agar beragama secara benar serta berakhlak mulia. Orang tua
lupa, bahwa anak tidak cukup hanya diberi materi saja. Anak-anak juga
membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Bila kasih sayang tidak di
dapatkan dirumahnya, maka ia akan mencarinya dari orang lain.
Kesembilan. Terlalu Berprasangka Baik Kepada Anak-Anaknya
Ada
sebagian orang tua yang selalu berprasangka baik kepada anak-anaknya.
Menyangka, bila anak-anaknya baik-baik saja dan merasa tidak perlu ada
yang dikhawatirkan, tidak pernah mengecek keadaan anak-anaknya, tidak
mengenal teman dekat anaknya, atau apa saja aktifitasnya. Sangat percaya
kepada anak-anaknya. Ketika tiba-tiba, mendapati anaknya terkena
musibah atau gejala menyimpang, misalnya terkena narkoba, barulah orang
tua tersentak kaget. Berusaha menutup-nutupinya serta segera
memaafkannya. Akhirnya yang tersisa hanyalan penyesalan tak berguna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
berlatih kreatif melaui pembuatan komentar