Andai hewan itu bisa bicara, mungkin mereka akan woro-woro bahwa hidup tidak gampaang. Hidup butuh perjuangan. Setelah berjuang mereka harus menerima apapun resikonya secara ikhlas apa adanya. Hewan-hewan saja berjuang bertaruh nyawa untuk carai makan. Semalaman tidak tidur demi kenyang perut. Bahkan merelakan dicemooh manusia, dijebak, dan diracun manusia dsb. Itulah perjuangan tikus-tikus di rumah-rumah.
"Jangan mengeluh, berjuang sampai titik darah penghabisan!" Itulah kurang lebih kata motivasi dari para pemimpin tikus.
Terlebih jauh lagi kita manusia. Tentu kita seharusnya tidak mau kalah dengan perjuangan para tikus. Kita mestinya sadar bahwa kita memiliki harga diri tidak hanya motivasi mencari makan saja. Dengan harga diri kita mau berjuang tanpa kenal lelah. Karena alasan kemuliaan kita pertaruhkan nyawa untuk mengejar cita-cita mulia yakni keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan di akherat.
Kalau kita berjuang berorientasi sekedar kenyang perut dan tersalurnya nafsu syahwat apa bedanya dengan tikus?
Tentu derajat manusia jauh berbeda dengan tikus. Bahkan kalau tikus mati cukup dibuang di kali. Yang lebih parah bagi manusia yang tidak memiliki rasa peduli, tikus dibuang di jalan
Manusia memiliki jiwa dan akal sehat. Itulah perangkat yang telah diciptakan oleh Allah swt. Apa yang telah ditanam akan dimintai pertanggung jawaban oleh Nya. Namun bagi orang yang jauh dari hidayah akan berpikir bahwa hidup ini tidak ada bedanya dengan tikus. Mereka tidak yakin bahwa nanti ada syurga dan neraka.