Puasa lagi. Bahagia rasanya. Bagiku dan keluargaku puasa adalah suatu hal yang telah biasa dilakukan selama puluhan tahun. Dan Insya Allah karena doronagn keimanan. Kalau sebagai permulaan hanya ikut-ikutan, saya pikir syah syah saja. Sebab ini suatu proses pembelajaran.
Dorongan ikut-ikutan, itu pengalaman waktu aku masih kecil. Seingatku aku di usia tujuh tahun sudah berpuasa. bahkan di usia delapan tahunan aku sudah mampu berpuasa seharian. Oh ya jujur saja aku mau bercerita, saat aku sekitar berusia 8 tahun sebetulnya aku agak keberatan berpuasa seharian penuh. Tapi waktu itu rasanya keren kalau ditanya "poso ndino" bukan " poso mbedhuk". Saat sendirian aku merasa haus sekali, lha waktu itu aku sengaja berkumur dan kutelan. Pengalaman waktu kecil tak akan pernah kulupakan. Namun, pengalamku itu Insya Allah baru sekali sepanjang hidupku. Mengaku puasa kok nekat minum. Maklum aku masih belum baligh.
Sampai aku dewasa pun, bagiku menahan diri tidak makan -minum biasa saja. Maksudnya saat aku tidak punya uang aku kuat tidak makan selama berjam-jam. Inilah hikmahnya aku digembleng mental berpuasa. Ternyata puasa ternyata mendidikku menjadi orang kuat.
Sampai aku dewasa pun, bagiku menahan diri tidak makan -minum biasa saja. Maksudnya saat aku tidak punya uang aku kuat tidak makan selama berjam-jam. Inilah hikmahnya aku digembleng mental berpuasa. Ternyata puasa ternyata mendidikku menjadi orang kuat.
Memang, kami harus bersyukur karena Allah telah memberikan hidayah keimanan. Hidayah ini ternyata tidak diberikan kepada setiap insan. Hanya kekuatan keimanan banyak manusia diberi kekuatan yang sangat dahzat.
Di mana letak kedahzatan keimanan?. Keimanan yang dijaga dengan istiqomah menjadikan kita selamat, bahagia dan sejahtera. Karena dorongan keimanan orang bisa sehat, kenapa?. Karena orang tersebut menjaga pola makan menjaga kualitas makanan. Maksudnya makanan yang tidak halal tidak akan dimakan. Minimal, seseorang yang sering berpuasa baik wajib dan sunnah yang jelas mendapat pahala, juga tidak mudah terkena penyakit kolesterol tinggi dan penyakit lainnya.
Selanjutnya karena keimanan orang bisa selamat. Dorongan keimanan memberikan benteng kekutaan untuk terhindar dari kemaksiatan. Dan sebagian jenis kemaksiatan balasannya langsung kontan di dunia. Contohnya: korupsi, perzinaan dll. Buktinya mereka kehilangan harga diri, sebagian sudah menikmati tinggal di jeruji besi. So kita mestinya semakin bersyukur kita lebih hidup selamat karena keimanan menjaga kita.
Doronangan keimanan menjadikan kita ringan sekali dalam berbuat baik. Dan hebatnya orang yang beriman tetap berbuat baik walau tidak dilihat oleh orang lain.
Ibadah puasa pun demikian juga. Denan berpuasa kita dididik untuk menjaga diri dari perbuatan nista, maksiat dan keji. Walau sendiri, orang berpuasa tetap menjaga diri agar terhindar dari kemaksiatan.
Orang berpuasa menjaga diri dari kerakusan memenuhi kebutuhan isi perut. Sebab orang berpuasa, menjaga tidak makan dan minum dari fajar sampai magrib. Walau tak ada orang yang melihatnya mereka tidak menelan air walau setetes sebelum waktunya berbuka.
Lain halnya orang yang yang tidak beriman. Hidupnya sering ngawur. Aturannya dibuat sendiri dan pertimbangannya dari aturan manusia.
Orang tak beriman dipastikan malas berpuasa. Mungkin di antarnya bertanya untuk apa berpuasa, menahan diri dari makan dan minum?. Wah hidup sekali kok dibuat berat. Itulah pola pikir orang ingkar / kufur.
Perbedaan orang beriman dan tidak jelas-jelas kentara. Orang yang ingkar (tak beriman) jika berbuat baik hanya ingin dinilai oleh manusia lain. Demikian juga apa saja yang dilakukan tanpa pertimbangan halal dan haram. Sebab halal haram adalah aturan Allah swt. Sedangkan bagi orang yang tak beriman semuanya bisa dibolehkan , termasuk berbagi jenis makanan.
Sekali lagi, kita sebagai orang yang beriman wajib semakin bersyukur bahwa kita memiliki kualitas yang lebih dibandingkan orang yang ingkar.