DAFTAR LABELKU (klik saja jangan ragu-ragu)

Minggu, 02 Desember 2012

METODE PEMBELAJARAN BESERTA PROSEDURNYA ditulis kembali oleh Maskatno Giri (Mas Guru SMAN 1 Girimarto, Wonogiri)


Idealnya, seorang guru harus kaya pengalaman, pengetahuan, inovasi,  kreativitas, dan kaya hati. Namun, setidak-tidaknya seorang guru memiliki niat positif dalam meningkatkan kualitas dir dll.

Memahami metode-metode pembelajaran merupakan tuntutan seoarng guru agar pembelajarannya lebih  bermakna, berikut ini contoh contoh metode pembelajaran yang ditulis kembali oleh Maskatno Giri yang berusaha baik hati,  dan tidak sombong.Yen ora bolo ora tak kandani.:

1. Role Play
a. Pengertian
Role play (bermain peran) adalah teknik pembelajaran bahasa yang meminta siswa memainkan peran tertentu dalam situasi yang ditentukan, dengan menggunakan bahasa target, yaitu bahasa yang sedang dipelajari (seperti bahasa Inggris, misalnya). Untuk berlatih mengekspresikan complaints and apologies dalam bahasa Inggris, misalnya, siswa bermain peran sebagai pembeli dan penjual di suatu toko. Pembeli mengembalikan barang yang telah dibelinya dari toko tersebut karena barang itu rusak.

b. Kompetensi yang dikembangkan
Keterampilan berbahasa yang dapat dikembangkan dengan role play adalah speaking, terutama interpersonal dan transactional dialogues.

c. Prosedur
1)      Mengajak siswa mengidentifikasi situasi untuk role play, seperti apakah role play akan dilaksanakan antara guru dengan siswa, dokter dengan pasien, atau tamu hotel dengan resepsionais;
2)      Mengajak siswa merancang role play, seperti apakah role play bersifat terstruktur, semi terstruktur, atau bebas. Juga, apakah role play akan dilaksanakan oleh dua orang, tiga orang, atau lebih;
3)      Memfasilitasi siswa untuk mengidentifikasi language function yang diperkirakan muncul dalam percakapan/role play;
4)      Mengajak siswa mengidentifikasi pilihan-pilihan bentuk bahasa (language forms) untuk masing-masing language function;
5)      Mengarahkan siswa untuk melakukan drilling terhadap beberapa language forms yang telah teridentifikasi;
6)      Memfasilitasi siswa melakukan latihan role play dalam kelompok kecil;
7)      Memfasilitasi siswa melakukan performance role play di depan kelas;
8)      Mengajak para siswa melakukan evaluasi terhadap hasil performance siswa.

2. Process Approach
a. Pengertian
Process approach adalah metode pembelajaran bahasa, khusunya writing, yang memberi kesempatan kepada siswa untuk mengalami, menghayati, menilai, dan merefleksi sendiri  langkah-langkah penulisan suatu teks,  mulai dari perencanaan hingga penulisan akhir teks tersebut. Di sini yang menjadi fokus adalah proses penulisan, bukan hasil tulisan.

b. Kompetensi yang dikembangkan
Keterampilan bahasa yang dikembangkan dengan process approach ini adalah writing, khususnya free writing.

c. Prosedur
1)      Planning. Pada tahap ini guru membimbing siswa untuk memilih dan menentukan topik, membatasi topik, dan menuliskan topic sentence atau thesis.
2)      Outlining. Pada tahap ini guru meminta siswa untuk menuliskan pointer-pointer isi informasi yang dapat mengembangkan topik.
3)      Drafting. Pada tahap ini guru memfasilitasi siswa untuk mengembangkan sertiap pointer informasi menjadi kalimat atau paragraf.
4)      Revising/Editing. Pada tahap ini guru meminta siswa menilai draf yang telah dibuatnya, kemudian melakukan revisi atau editing agar draf tersebut menjadi lebih baik. Revisi meliputi isi, organisasi, grammar, vocabulary, spelling, dan lain sebagainya.
5)      Rewriting. Pada tahap ini guru meminta siswa menuliskan kembali draf yang telah direvisi. Ini menjadi produk atau tulisan akhir siswa.

3. Inquiry-based Teaching
a. Pengertian
Inquiry-based Teaching (IBT)  adalah suatu metode pembelajaran  yang melibatkan siswa secara intensif untuk  untuk mengajukan pertanyaan atau permasalahan, mengajukan hipotesis, melakukan observasi atau investigasi, menganalisis data, dan menarik simpulan, serta menjelaskan temuannya itu kepada orang lain. Jawaban yang diharapkan atas pertanyaan tersebut tidak bersifat tunggal tetapi jamak. Yang penting adalah bahwa dalam mencari jawaban, siswa bekerja dengan menggunakan prosedur dan standar tertentu yang jelas sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, dimungkinkan mereka mengintegrasikan dan mensinergikan berbagai metode dan disiplin ilmu yang berbeda.

b. Kompetensi yang dikembangkan
Kompetensi yang dapat dikembangkan oleh IBT adalah semua keterampilan berbahasa dan elemen bahasa.

c. Prosedur
1)      Asking. Siswa mengajukan pertanyaan atau pemasalahan yang terkait dengan topik yang sedang dikaji;
2)      Investigating. Siswa melakukan investigasi dengan berbagai teknik seperti pengamatan, wawancara, atau analisis dokumen untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan pertanyaan yang telah diajukan;
3)      Creating. Berdasarkan hasil investigasi siswa mengkonstruksi pengetahuan baru yang berbeda dari pengetahuan sebelumnya;
4)      Discussing. Siswa menyampaikan temuannya (new knowledge) kepada teman sekelasnya, dan membandingkannya apakah pengetahuan yang ia konstruksi sama atau berbeda dari teman-teman lainnya;
5)      Reflecting. Setelah diskusi selesai, siswa memiliki kesempatan untuk melakukan refleksi atas apa yang telah dilakukan dan ditemukan.

4. Diskusi
a. Pengertian
Metode diskusi adalah suatu metode pembelajaran yang melibatkan siswa atau kelompok siswa secara intensif untuk melakukan pembicaraan ilmiah guna mengumpulkan pendapat atas suatu persoalan, kemudian membuat simpulan atau menyusun alternatif pemecahan masalah tersebut.
b. Kompetensi yang dikembangkan
Kompetensi yang dapat dikembangkan oleh metode diskusi adalah semua keterampilan berbahasa dan elemen bahasa.

c. Prosedur
1)      Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara pemecahannya;
2)      Para siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi, memilih ketua, sekretaris, dan bila perlu juga juru bicara kelompok;
3)      Para siswa melakukan diskusi di kelompoknya masing-masing secara aktif, demokratis, dan saling menghargai; sementara itu, guru berkeliling  di antara kelompok-kelompok diskusi untuk meyakinkan bahwa semua kelompok bekerja dengan baik;
4)      Masing-masing kelompok (melalui juru bicaranya) melaporkan hasil diskusinya, yang kemudian ditanggapi oleh kelompok-kelompok lainnya;
5)      Guru dan siswa melakukan evaluasi dan refleksi atas proses dan hasil diskusi untuk memperoleh hasil terbaik;
6)      Masing-masing kelompok mengumpulkan laporan hasil diskusinya (hasil diskusi kelompok yang telah diberi masukan oleh kelompok lain dan guru), untuk dinilai atau dijadikan arsip kegiatan kelas.

5. Probel-based Learning
a. Pengertian
Problem based learning (PBL) adalah metode pembelajaran yang didasarkan pada masalah dalam kehidupan nyata. Siswa diminta dan dibimbing untuk mempelajari masalah itu berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka miliki sebelumnya sehingga akan terbentuk pengetahuan baru.

b. Kompetensi yang dikembangkan
Kompetensi yang dapat dikembangkan melalui PBL ini adalah semua keterampilan berbahasa dan elemen bahasa.
c. Prosedur
1)      Guru mengenalkan siswa pada masalah, atau masalah tersebut diidentifikasi dan ditentukan secara bersama-sama antara guru dan siswa;
2)      Guru mengorganisasikan pelaksanaan pembelajaran, misalnya apakah siswa bekerja secara perorangan, berpasangan, atau kelompok kecil;
3)      Guru membimbing siswa untuk melakukan investigasi dengan cara-cara yang relevan, seperti apakah bisa hanya melalui library research, uji coba, atau sampai pada eksperimen;
4)      Guru memfasilitasi siswa untuk menyajikan hasil investigasinya di depan teman-teman sekelas untuk kemudian ditannggapi;
5)      Dengan bimbingan guru siswa menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah dan hasil investigasi yang dicapainya;
6)      Siswa membuat laporan tertulis dengan format yang telah disepakati, untuk dinilai oleh guru atau untuk arsip kegiatan kelas.

6. Games.
a. Pengertian:
Permainan adalah kegiatan yang mempunyai peraturan, tujuan dan unsur kesenangan. Dalam lingkup pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing, terdapat dua  jenis permainan,  yaitu permainan komunikatif yang dibedakan dengan permainan jenis kebahasaan (lingusitic). Permainan juga dapat juga dibagi menjadi permainan yang bersifat kompetitif dan permainan yang bersifat kooperatif. Selain sifatnya yang menyenangkan, permainan yang bersifat komunikatif mempunyai potensi untuk menciptakan kegiatan komunikasi.
b. Kompetensi yang dikembangkan:
Biasanya permainan yang bersifat komunikatif  digunakan untuk mengembangkan keterampilan berbicara, sedangkan permainan yang bersifat kebahasaan dapat digunakan untuk mengembangkan penguasaan aspek bahasa seperti kosakata dan gramatika. Yang diterangkan di bawah ini hanya jenis permaianan komunikatif.
c. Prosedur:
Pre. Games:
1)      Menjelaskan keterampilan dan kompetensi yang akan dikembangkan.
2)      Melakukan pembahasan dan drilling tentang kosakata dan ungkapan-ungkapan yang akan digunakan dalam permainan. (jika diperlukan)
3)      Menjelaskan prosedur permainan.
4)      Memberikan contoh pelaksanaan permainan

Games:
Tahap ini digunakan untuk melaksanakan permainan

Post-Games:
Tahap ini digunakan untuk memberikan masukan terkait kesalahan siswa yang dicatat oleh guru.
7. Jigsaw.
a.       Pengertian.
Jigsaw adalah salah satu bentuk pembelajaran kooperatif, yang dimaknai sebagai pembelajaran yang menciptakan interaksi kelas yang bermakna dalam lingkungan yang mendukung sehingga mengarah pada pencapaian belajar yang lebih baik, peningkatan motivasi belajar siswa, dan secara keseluruhan pada perubahan kondisi psikologis siswa.
b.  Kompetensi yang dikembangkan.
Jigsaw dapat digunakan untuk pengembangan keterampilan listening atau reading dan listening secara bersama-sama .
c.  Prosedur
Berikut langkah-langkah pembelajaran untuk pembelajaran listening dan reading:
Listening:
1)      Guru memperdengarkan rekaman di mana tiga orang dengan pendapat yang berbeda mendiskusikan pendapat mereka tentang suatu topik.
2)      Guru menyiapkan tiga tugas, setiap tugas memfokuskan satu dari ketiga pendapat yang berbeda tadi
3)      Siswa kemudian dibagi menjadi tiga kelompok A, B, dan C dan setiap kelompok  mendengarkan rekaman sambil mengerjakan tugas yang sudah disiapkan tersebut  dan yang terfokus pada  satu pendapat yang berbeda tersebut.
4)      Kelompok siswa kemudian disusun kembali menjadi kelompok yang terdiri satu siswa berbeda dari  kelompok A, B, dan C.
5)      Kelompok baru ini kemudian bermain peran mendiskusikan topik yang sama menggunkan informasi yang sudah mereka dapatkan dari kegiatan mendengarkan tadi. 
6)      Guru memberikan  masukan atas kinerja siswa.

Reading dan listening:
1)      Guru mengambi teks tulis narrative dan memotongnya menjadi beberapa bagian sesuai jumlah siswa.
2)      Setiap siswa mendapatkan satu bagian dari cerita tersebut.
3)      Setelah membaca bagian tersebut, siswa kemudian berkeliling ruang kelas  dan sambil mendengarkan setiap bagian bagian teks yang dibaca keras oleh teman lainnya.
4)      Sambil mendengarkan bagian teks yang dibaca teman lainnya, siswa menentukan posisi bagiannya dalam cerita tersebut.
5)      Akhirnya siswa harus menyusun secara urut bagian-bagian tadi menjadi teks yang utuh.      

8. Split Information
 a. Pengertian.
Kegiatan ini adalah salah satu bentuk dari banyak kegiatan komunikatif.  Nation (1988) menyebutnya sebagai information gap activities . Kegiatan pembelajaran ini melibatkan minimal satu siswa yang mempunyai informasi  dan yang siswa  lainnya tidak mempunyainya tetapi memerlukannya. Untuk mendapatkan informasi tersebut siswa yang tidak mempunyainya harus melakukan komunikasi dalam bentuk tertentu.
b. Kompetensi yang dikembangkan.
Keterampilan yang dapat dikembangkan dengan kegiatan ini adalah keterampilan berbicara.
c. Prosedur 
1) Guru menentukan kompetensi dan topik yang akan dikembangkan, contohnya mendiskripsikan bentuk seperti bulatan, segitiga, garis, empat persegi panjang dan posisi benda.
2) Guru menyiapkan dua lembar kertas dengan gambar yang mirip, umpamanya satu berisi sejumlah gambar bentuk dua dimensi dengan posisi tertentu, dan kertas yang lain berisi gambar bentuk dimensi yang sama tetapi mempunyai posisi yang berbeda.
3)  Guru membagi siswa menjadi berpasangan, tiap siswa mendapat gambar yang berbeda dari gambar pasangannya.
4)  Guru menjelaskan posedur kegiatan dimana tiap pasangan harus saling tanya jawab untuk mencari perbedaan dan persamaan.
5)   Guru memberikan contoh
6)   Setelah selesai salah satu anggota pasangan diminta untuk melaporkan hasil tanya jawabnya.
7)  Guru mendiskusikan dan memberikan masukan terkait kesalahan siswa.

Catatan: apabila diperlukan (tergantung tingkat kompetensi siswa dan kesiapannya), guru dapat melakukan pengenalan kosakata terkait beserta makna dan pelafalannya.

9. Problem Solving  
a. Pengertian
 Kegaiatan pembelajaran ini juga salah satu bentuk kegiatan pembelajaran komunikatif dimana siswa diminta untuk memecahkan suatu masalah secara berkelompok Untuk memecahkan masalah tersebut siswa harus menggunakan sumber daya bahasanya (languge resource) untuk saling melakukan komunikasi.
b. Kompetensi yang  dikembangkan.
Problem solving biasanya digunakan untuk mengembangkan kegiatan berbicara dan sangat memungkinkan menggabungkannya dengan kegiatan komunikasi lainnya seperti menulis, mendengar dan membaca (terpadu).
c. Prosedur
Berikut adalah langkah pembelajaran metode problem solving
1) Guru menentukan kompetensi yang akan dikembangkan.
2) Guru menentukan persoalan yang akan dipecahkan oleh siswa. Umpamanya bagaimana memilih sejumlah barang yang tersedia berdasarkan urutan keguanaannya  yang akan digunakan untuk menyelamatkan diri dari kondisi darurat. Situasi ini dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan mengutarakan dan menaggapi pendapat,  persetujuan dan ketidaksetujuan.
3) Guru menerangkan pada siswa tujuan dan prosedur kegiatan .
4) Apabila dianggap perlu guru  menerangkan kosa-kata dan ungkapan-ungkapan yang diperlukan dan melakukan drilling.
5)  Guru membagi siswa menjadi bebarapa kelompok dan tiap kelompok diminta untuk mendiskusikan masalah tersebut dan menentukan pilihan kelompok.
6) Setelah selesai guru meminta setiap kelompok melaporkan hasil diskusi kelompok dalam diskusi kelas.
7)   Guru memberikan komentar dan masukan terhadap  hasil diskusi.

10. Number Heads Together
a. Pengertian
Kegiatan pembelajaran ini adalah salah satu bentuk kegiatan pembelajaran kooperatif. Tehnik yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992) ini bersifat komunikatif karena  memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka.

b. Kompetensi yang  dikembangkan.
 Keterampilan yang dapat dikembangakan dengan number heads  together adalah reading dan listening .

d.      Prosedur.
Berikut adalah contoh langkah-langkah pembelajaran untuk pengembanagan keterampilan reading.
1)      Guru menetapkan kompetensi yang akan dikembangkan dan bahan bacaan yang sesuai.
2)      Siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor urut.
3)      Guru membagikan teks beserta tugas yang terkait dengan kompetensi dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
4)      Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban ini.
5)      Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka.
6)      Tanggapan dari kelompok yang lain
7)      Teknik Kepala Bernomor ini juga dapat dilanjutkan untuk mengubah komposisi kelompok yang biasanya dan bergabung dengan siswa-siswa lain yang bernomor sama dari kelompok lain.

11. Project-based Learning

a. Pengertian
Pembelajaran berbasis proyek adalah sebuah pembelajaran yang melibatkan proyek perseorangan atau grup yang dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu. Hasil proyek ini kemudian akan ditampilkan atau dipresentasikan di depan kelas. Pembelajaran berbasis proyek ini berpusat pada siswa dan komunikatif karena siswa harus berkomunikasi sebagai bagian dari penyelesaian proyek ini. Disamping itu, pembelajaran semacam ini sangat kontekstual dan mengembangkan juga softskills siswa.
b. Kompetensi  yang dikembangkan.
  Pada dasarnya pembelajaran berbasis proyek ini dapat digunakan untuk mengembangkan satu keterampilan berbahasa atau lebih dari satu secara terpadu. Bahkan  metode ini dapat dignakan untuk mengajar kosa kata.
c.  Prosedur.
Berikut adalah contoh langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek yang terpadu dengan fokus pada pengembangan kosakata yang dikembangkan dengan keterampilan berbicara.
1)      Guru menentukan kompetensi yang akan dikembangkan.
2)      Guru menerangkan pada siswa jenis kosa kata yang akan dikembangkan, sebagai contohnya,  prepositional phrasal verbs seperti go up, look for,  dan take away  
3)      Guru menerangkan  pola  prepotional phrasal  verbs,  makna  dan contoh penggunaannya dalam kalimat.
4)      Guru menerangkan proyek yang harus dikerjakan siswa secara individu, yaitu umpamanya, sebagai pekerjaan rumah mencari dua prepositional phrasal verbs dengan contoh penggunaannya dalam kalimat yang hasilnya nanti dipresentasikan di muka kelas.     
5)      Siswa mempresentasikan hasil proyeknya di muka kelas.
6)      Guru membagi siswa menjadi pasangan dan setiap pasang harus menyusun bersama secara tertulis percakapan yang menggunakan prepositional phrasal verbs yang sudah dipresentasikan.
7)      Setiap pasang memperagakan percakapan yang sudah disusun di muka kelas.
8)      Secara klasikal guru memberi masukan atas presentasi dan peragaan percakapan siswa.

13. Task-based Learning
a. Pengertian
Task-based Learning  adalah pembelajaran berbasis tugas. Tugas disini diartikan sebagai  pekerjaan yang dibuat sedemikian rupa oleh guru untuk  dikerjakan oleh siswa, dan dalam menyelesaikan tugas tersebut siswa harus menggunakan sumber daya bahasanya (language resources)  untuk berkomunikasi.
Task-based learning mempunyai beberapa keuntungan utama:
1.   mampu menciptakan kesempatan pada siswa untuk melakukan komunikasi yang alamiah di dalam kelas.
2.   lebih menekankan pada makna daripada bentuk kebahasaan, dan oleh karenanya
3.   lebih mampu menumbuhkan motivasi belajar karena terpusat pada siswa.
Richards (2002) menyebutkan bahwa Task-based learning  dapat dipakai sebagai satu-satunya kerangka kerja, atau hanya sebagai salah satu komponen dalam pengajaran bahasa Inggris, dan disamping itu, task dapat dipakai sebagai tehnik atau metode mengajar. Dalam kurikulum sekolah dasar dan menengah di Indonesia pembelajaran berbasis tugas ini lebih mengacu  pada tehnik atau metode.  

b. Kompetensi yang dikembangkan
Pada dasarnya semua keterampilan berbahasa dapat dikembangkan dengan pembelajaran berbasis tugas. Kita dapat mengembangkannya semua keterampilan secara terpadu dengan fokus pada salah satu keterampilan. Dalam konteks Pendekatan Komunikatif  pengembangan keterampilan berbahasa dengan pembelajran berbasis tugas lebih tepat dilakukan secara terpadu.

c.  Prosedur
 Langkah pembelajaran dalam pembelajaran berbasis tugas dibagi menjadi tahap sebelum tugas, tahap tugas, dan tahap setelah tugas.
Tahap sebelum tugas:
1)      Guru menentukan kompetensi yang akan dikembangkan dan memilih jenis tugas yang sesuai. Sebagai contoh, kompetensi yang akan dikembangkan adalah mendiskripsikan  tempat (keterampilan berbicara) dan tugasnya adalah mendesain dua dimensi tata letak  rumah idaman. 
2)      Guru menerangkan pada siswa kompetensi dan tugas yang akan mereka kerjakan.
3)      Jika diperlukan, guru menerangkan dan melakukan drilling  komponen bahasa tugas seperti  kosa-kata, ungkapan dan struktur kalimat.
4)      Guru memberi model  bagaimana tugas tersebut dilaksanakan.
5)      Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok  sesuai kebutuhan

Tahap tugas:
1)      Siswa secara berkelompok melaksanakan tugas dan guru memonitor proses pelaksanaan tugas di tiap kelompok.
2)      Setiap kelompok  melaporkan hasil tugas. Ketika kelompok menyajikan hasil tugas guru disarankan membimbing komunikasi  kelas, antara siswa dengan siswa dan antara guru dan siswa untuk tujuan klarifikasi  atas informasi yang diberikan oleh penyaji.
3)      Kalau diperlukan sebagai pekerjaan rumah , siswa menulis hasil tugas untuk dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya. 
 Tahap setelah tugas:
1)      Guru memberi masukan  atas sajian siswa.
2)      Guru melaksanakan refleksi