DAFTAR LABELKU (klik saja jangan ragu-ragu)

Senin, 09 Juli 2012

BELAJAR DARI KISAH DAHLAN ISKAN


BELAJAR DARI KISAH DAHLAN ISKAN

Wonogiri VOICE of MARON (VoM).Berkaca dari  kisah hidup Dahlan Iskan, akhirnya ada seorang novelis cerdas yang mengangkatnya menjadi novel inspiratif  “SEPATU DAHLAN”, saya MasKatnoGiri berkeyakinan bahwa novel karya Khrisna Pabihara  akan menjadi novel  “super mega best seller”. Karena sampai saat  ini orang-orang Indonesia merindukan  novel yang inspiratif, edukatif dan menkayakan. Kita masih ingat kejayaan novel Laskar Pelangi, Ketika Cinta Berasbih dll. Walaupun demikian kita juga prihatin atas terbitnya novel-novel yang  tidak mendidik, contohnya cari sendiri.

“HIDUP, bagi orang miskin, harus dijalani apa adanya." Kalimat itu ditulis oleh Dahlan Iskan sebagai pengantar sebuah novel . Sebenarnya banyak cerita-cerita inspiratif yang bisa dijadikan sumber bahan penulisan sebuah novel, namun di negeri ini masih minim para penulis. Termasuk MasKatnoGiri sendiri mengalami kebingungan bagaimana memulai, meracik supaya cerita sebenarnya  memberikan motivasi dan edukasi  menjadi novel yang apik. PR besar bagi para orang tua dan guru pendidik, supaya mereka memotivasi pada anak-anaknya agar mampu menulis atu setidak-tidaknya membentuk cerita sederhana yang berguna bagi orang lain.

Sosok Dahlan kecil yang digambarkan oleh penulis dalam novel itu bukanlah orang yang pasrah terhadap keadaannya. Dahlan kecil dalam novel itu adalah seorang pejuang, pejuang bagi masa depannya tak peduli jalan berliku. Kisah  Dahlan ini sebenarnya agak mirip den gan kisah MasKatnoGiri dan pasti banyak juga yang memiliki kemiripan dengan kisah ini.
Dahlan, bocah asal Kebon Dalem, Jawa Timur, berpeluh untuk mewujudkan mimpinya, yang semula sangat sederhana untuk ukuran sebagian besar anak Indonesia saat ini, yaitu sepasang sepatu dan sepeda.

 Tapi dia tidak menyerah. Dari Kebon Dalem, kampung yang dilukiskan sebagai hanya memiliki enam buah gubuk yang letaknya saling berjauhan, Dahlan tekun menyusun langkah hingga akhirnya kini tertambat di salah satu kursi Kabinet Indonesia Bersatu II sebagai Menteri BUMN.
Sebuah lompatan yang sangat mengagumkan jika merujuk pada novel "Sepatu Dahlan" yang menyebutkan bahwa nyaris seluruh lelaki dewasa di Kebon Dalem bekerja sebagai buruh .

 Berkat kerja kerasnya, Dahlan berhasil mengumpulkan uang untuk membeli sepeda secara mencicil dan kemudian dia bahkan mampu membeli dua pasang sepatu untuk dirinya dan adiknya. Sekalipun semua itu baru dapat diwujudkannya ketika ia duduk di kelas tiga SMA (Aliyah). Suatu jalan yang panjang untuk sepasang sepatu. Sepasang sepatu yang kemudian lebih banyak ditenteng oleh Dahlan karena ia merasa sayang menggunakannya.
 Di tengah tengah kehidupan yang manja dari para pemuda dan kemanjaan para pejabat yang korup. Novel "Sepatu Dahlan" adalah satu bentuk teguran dan motivasi  bagi pemuda dan  pejabat  untuk tidak bermanja-manja. Dahlan sanggup menjadi contoh. Dahlan kemudian mengawali Gerakan Sepatu untuk Anak Indonesia dengan membagikan sekitar 1.000 sepatu untuk anak-anak Sekolah Dasar di seluruh sudut Jakarta.

Aksi "bagi-bagi" sepatu itu memperoleh rekor dari Museum Rekor Indonesia sebagai gerakan berbagi sepatu terbanyak karena ditargetkan akan memberikan lebih dari 3.600 pasang sepatu bagi anak-anak Indonesia. Kisah ini mestinya menjadi teladan untuk kita.