DAFTAR LABELKU (klik saja jangan ragu-ragu)

Selasa, 16 Desember 2014

Inovatif dan Kreatif dalam Pembelajaran, Kenapa Tidak?

 Bila Anda seorang pendidik, dan ingin menjadikan pembelajaran Anda tidak membosankan,   ternyata jalan satu-satunya Anda harus berkreatif dan berinovatif. 
Kalimat di atas adalah salah satu  hikmah dari workshop  pembelajaran inovatif yang diselenggarakan di SMAN 1 Girimarto tadi pagi Selasa 16/12/2014. Kebetulan aku menjadi moderator, so aku mendapatkan pencerahan dan berbagai hikmah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Lalu, Anda dan saya mungkin bertanya-tanya bagaimana cara berinovatif. Jawabanya singkat saja. Kita harus belajar menjadi pribadi inovatif. Menjadi inovatif jelas bisa dipelajari. Sedangkan menjadi membosankan dan malas inovatif mudah saja, tentu tidak perlu berlatih dan belajar.

Namun, kita juga perlu jujur  bahwa ada hal-hal yang menghalangi kita untuk menjadi kreatif dan inovatif. Ya tentu sumber utamanya dari kekakuan  dalam pembelajaran adalah kita sendiri.

Berdasar berbagai referensi ada hal-hal yang menghalangi kita berinovatif dan kreatif:

1.  Malas berpikir dan belajar.
Kemalasan  laksana virus. Kalau kita sudah kena  virus malas, jelas  apapun jeniskegiatan pembelajaran akan tak inovatif. Dan kemalasan pun bisa menular ke  teman sesama guru  dan ke para siswa.
2. Mengutamakan materi pembelajaran  daripada kebutuhan siswa
Jika fokusnya kepada materi belajar, maka standar akan dibuat lebih baku dan kaku. Selain itu, materi dan metodenya akan lebih mudah digunakan turun temurun. Bagaimanapun kondisi siswa dari tahun ke tahun, jika fokusnya pada materi, maka isi dan cara penyampaiannya tidak banyak menuntut adanya perubahan.
3.  Menyajikan materi  pembelajaran sama dengan metodenya sama pula
Andai materi  pembelajaran. yang harus disampaikan sama dari tahun ke tahun, paling tidak metode yang digunakan disesuaikan dengan kondisi siswa. Hanya saja, tidak jarang guru mengartikan, jika materi yang harus ia sampaikan sama dengan tahun lalu, maka metode yang digunakan sama pula.
4. Mempertimbangkan  pada metode, tapi melupakan isi
Sebenarnya banyak guru yang  sudah mulai kreatif  dengan  metode yang menyenangkan dalam belajar. Hanya saja, guru terfokus pada desain proses belajarnya, tapi melupakan isinya. Misalnya guru menciptakan metode bermain untuk belajar. Di akhir pertemuan, siswa lebih ingat senang-senangnya daripada memahami apa yang mereka capai.
5. Materi pembelajaran yang terlalu banyak
Guru yang dituntut mempunyai jam mengajar banyak (24 jam bro!) dalam satu minggu, bisa menjadi sumber kejenuhan. Penerapan metode yang sama untuk target waktu mengajar yang banyak, memang masih punya nilai positif, guru semakin ahli materi dan metode yang ia terapkan. Tetapi ada efek negatifnya, yaitu menurunnya daya kreativitas guru.
6. Merasa nyaman dengan metode  praktis
Sehausnya guru  mengajak siswa terbiasa beralih dari zona  nyaman (comfort zone) menuju  zona  belajar (learning zone).

Allahu a'lamu bishawab, and  SALAM SUKSES SEJATI!