DAFTAR LABELKU (klik saja jangan ragu-ragu)

Senin, 16 Juni 2014

Resep Hidup Bahagia dan Panjang Usia dari Ortuku

Merebaknya berbagai macam jenis penyakit  memudahkan orang untuk cepat meninggal.  Tentu di luar penyebab yang  lain seperti  kecelakaan. Inilah peringatan bagi kita bahwa kematian raga pasti dialami oleh siapa saja.

"Ya Allah berilah kami panjang usia. Usia yang barokah. Berilah kami kebahagiaan di dunia dan di akherat" Itulah di antara doa yang dipanjatkan oleh banyak manusia.

Di antara orang yang paling panjang usianya di desaku dan  dikabulkan doa  seperti doa di atas adalah doa orang tuaku. Usia  ayahku mencapai 94 tahun. Alhamdulillah tidak pikun. Tapi, beliau sudah meninggal beberapa tahun yang lalu.

Sedangkan usia ibuku sudah hampir 90 tahun. Beliau masih sehat, kuat dan jarang sakit. Dan kini beliau  juga tinggal bersamaku. Tentu ini ladang pahala luar biasa untuk keluargaku. Ibuku juga manusia luar biasa.  Di antara resep panjang usia ibuku adalah "ora ngangsa banda" ( tidak  terlalu ambisius tentang harta benda). Beliau sudah tahu terlalu ambisius adalah penyakit jiwa. Penyakit jiwa sumber utama dari penyakit raga.

Kebiasaan baik dari ibuku adalah bangun pagi dan tidak malas-malasan  dalam ibadah, berbagi, dan kerja fisik (tentu fisik yang ringan-ringan). 

Ooh ya aku  tadi  siang ingat.  Ada banyak anak (teman anakku)  main ke tempatku. Kebetulan di rumahku ada ayunan di dekat pohon jambu.  Maka  sering banyak anak senang ke rumahku. Tadi,  semua anak  diberi roti satu-satu. Padahal roti kering satu plastik itu tadi  malam diantarkan  oleh kakakku untuk ibu dan anak-anakku biar bisa untuk beberapa hari. Eeeeeh  dasar ibu yang luar biasa, dia mengalah dan diberikan ke anak-anak  teman anakku.  Dan ini sering dilakukan ibuku  puluhan tahun yang lalu, maksudnya  beliau mengalah untuk dirinya sendiri tapi dibagikan untuk orang lain. Semangat berbagi inilah barang kali salah satu resp bahagia ibuku. Kebahagiaan   memanjangkan usia. Itulah kurang lebih nasihat ibuku.

Oooh  ya  ada tambahan cerita. Salah satu kebahagiaan ibuku adalah  memiliki anak yang rukun-rukun, biar banyak anak asal rukun,  daripada sedikit anak tidak rukun!. Aku adalah anak terakhir dari tujuh bersaudara. Aku dilahirkan, saat ibuku berusia sekitar lebih dari 45 tahun. Bagi ibuku banyak anak banyak rezeki. Maksudnya rezeki anak banyak. Anaknya banyak  biar rezekinya juga banyak. Itulah pikiran sederhananya.

Memperpanjang SIM di Sukoharjo Dengan Waktu Singkat dan Memuaskan

Kurang lebih tiga hari yang lalu, ada operasi  dari Polantas di  lokasi dekat perbukitan arah menuju ke tempat kerjaku. Tepatnya di jalan sebelum Jatipuro  Karang Anyar. Operasi oleh POLANTAS digelar kurang lebih untuk meminimalkan angka kejahatan curanmor, ugal-ugalan dll.

"Waduh kujur ki. SIM ku sudah mati". Dipastikan aku akan bermasalah. Ternyata benar aku  ditilang ditempat dengan denda Rp. 50.000.  Bagiku uang itu cukup besar juga. Maklum aku baru krisis, dana tunjangan  sertifikasi tahap kedua belum cair.

Sebetulnya  aku bisa terhindar dari denda bila aku taat peraturan Maksudku, sebelum SIM masa berlakunya habis  langsung diperbarui. Tidak boleh menunda-nunda. "Kapan-kapan saja aku memperpanjang SIM ini baru sibuk". Itulah pikirku.  Aku  dipaksa harus ikhlas kehilanagn Rp. 50.000.

Setelah aku terkena musibah, aku baru sadar. Pokoknya secepatnya aku harus memperpanjang SIM. Akhirnya kuputuskan hari ini Senin 16/6/ 2014 aku pergi ke kantor polisi untuk memperpanjang SIM.

Dasar aku masih buta  prosedur mencari SIM. Setelah pulang dari kerja, aku langsung keparkiran kantor polisi Sukoharjo. Dan aku bertanya, " Pak  ini aku mau memperpanjang SIM, caranya bagaimana?

"Sudah KIR dokter?. 
"Belum, pak di mana tempatnya?
"Ke Jombor sekitar satu km dari sini".

Akhirnya aku langsung  ke alamat  kantor KIR SIM. Eeeeh tenyata tidak antri, karena  sudah siang. Dan aku cuma  membayar Rp. 25 ribu. Dan langsung saja aku kembali lagi  ke kantor Polisi. Lagi aku bertanya petugas parkir, dia mengarahkan aku ke BRI dan ternyata cuma membayar Rp. 75. 000 untuk perpanjangan SIM.

Lalu aku bertanya  kepada seseorang di antrian yang panjang  bagaimana langkah selanjutnya setelah membayar. Dan aku diberitahu dengan lengkap ke loket 2 dan 3. 

Eeeeeh ternyata aku hanya antri 10 menit. Aku langsung dipanggil untuk diambil fotonya.

Lagi, sekitar 10 menit berlalu. Aku dipanggil supaya ambil SIM. Ternyata SIM sudah jadi, waktu kurang dari setengah jam. 

Singkat dan sederhana. Perpanjangan SIM ternyat mudah  dan cepat. Padahal aku sebelumnya  diberitahu bahwa SIM terlambat,  terhitung tidak punya SIM dan prosedurnya seperti  mencari SIM baru. Dan juga prosedurnya berbelit-belit. Itu semua tidak terbukti. Aku dilayani dengan cepat dan memuaskan.

Aku sebelumnya diberitahu sobatku kalau mau cari SIM pakai baju yang sopan. Sebab  baju yang baik dan sopan mempercepat pelayanan.Katanya "ajining raga saka busana".

Berikutnya, kita tidak usah memakai calo SIM baik  melalui pegawai kantor polisi  atau broker. Pokoknya jalan sendiri saja. Terus  jangan malu-malu bertanya dengan peserta yang lain bila masih bingung.

Pelayanan perpanjangan SIM di Sukoharjo cepat  dan memuaskan. Tidak sesuai dengan yang kuduga.


Motivasi Bersukur (Belajar dari kisah P. Man)

Baru saja aku bezuk tetangga dekatku yang sakit komplikasi akut (paru2, jantung dan maag). Namanya pak Suparman (78th). Sudah menikah dua kali namun tidak dikaruniai  anak.

Kita  mestinya tambah bersyukur, karena saat ini kita dalam kondisi sehat. Apalagi  jika kita  mau belajar dari kisah P.Parman. Kita wajib bertambah syukur kepadaNya. Salah satu pemicu penyakit P Man adalah    selama  puluhan tahun  dia sebagai perokok berat. Akibatnya  penyakit bawaannya  (paru-paru_) semakin akut. Sekitar lima tahun terakhir ini, dia sudah dua kali ke RS, dan berkali-kali ke dokter.

P. Parman  semakin tambah parah (kumat) jika kondisi jiwanya "kemrungsung". Salah satu penyebab kemrungsungnya adalah jika ia teringat anak angkatnya yang  kurang berbakti kepadanya. Sebut saja Mas X.  dia adalah putra angkatnya yang dibiayai dari kecil hingga dewasa, disekolahkan dan dinikahkan. Namun saat-saat sakit, anaknya tidak peduli. Saat sehatpun dia juga kurang peduli. 

Istri pertama p.Man sudah meninggal. Rumah istri keduanya berhadapan  dengan rumahku. Istrinya   sering curhat kepadaku  dan  ke istriku , bahwa jika P Man merindukan kedatangan Mas X, dan ternyata MasX tak mau datang, P Man terlahat  sangat  murung dan tidak bisa tidur.

Segi positif bagi keluargaku memang ada. Keluarga P, Man adalah ajang bagi keluargaku  untuk mencari pahala. Keluarga P. Man tidak hanya  diberi cobaan  tanpa putra sama sekali, tapi juga cobaan kemiskinan. Sudah sekitar lima tahun, p Man tidak memiliki penghasilan sama sekali. Untuk makan, istri P. Man mengandalkan dari kerja sebagai tukang momong anak di perumahan Grogol Indah Solo baru. Juga kadang tetangga yang dekat menyantuninya. Tidak bermaksud merendahkan tetangga yang lain. Kayaknya agak jarang  tetangga yang lain  yang peduli.  Sekali lagi, walau ini kesempatan bagi keluargaku untuk beramal, tapi kemampuan kami juga terbatas. Kami juga harus menghidupi  keluarga besar ditambah satu ibuku yang sudah tua juga bersamaku.

Pembaca yang budiman,  melalui  kisah singkat tentang keluarga P. Man kita bisa belajar tentang arti cobaan hidup, keikhlasan,  kesabaran, pengorbanan dan reziki.  Sekali lagi, kita wajib bersyukur, bersyukur pengundang rezeki dan kebahagian.

Melalui tulisan ini aku memotivasi  diri dan berbagi: mari kita  tingkatkan  rasa syukur, kalau mau bersedekah ke P. Man mari doakan keluarganya, mari kita  berdoa untuk menjadi orang kaya dan dari kekayaan kita bisa berbagi  dengan sesama,  mari kita memuliakan tetangga. Ini kuwajiban-sebab kita akan dimulyakan  oleh Allah swt.