DAFTAR LABELKU (klik saja jangan ragu-ragu)

Kamis, 10 Juli 2014

Pengalamanku Ditunjuk Menjadi Imam Sholat Janazah

Saat aku menulis di blogku ini, jam menunjukkan hampir tengah malam. Inginnya aku bisa tidur nyenyak dan bisa bangun jam tiga pagi untuk sia-siap makan sahur. Tapi sayang, aku kok belum mengantuk. padahal tadi siang aku  cuma  tidur sebentar. Sebab pas sudah hampir nyenyak tidur, aku terganggu dengan suara  deruman mesin sepeda motor  sangat keras dari banyak  orang yang berpesta atas kemengan sementara Jokowi JK sebagai presidaen.

Kini sebelum tidur  daripada melamun, menulis saja. Sebenarnya aku memiliki kemauan untuk menulis setiap hari. Cuma terkadang aku blank tak  punya ide. 

Ya aku mau bercerita acara ta'ziah tadi siang. Tetanggaku, orang tua anggota jama'ah masjid dekat rumahku meninggal  tadi malam. Dan siang tadi dimakamkan sebelum  dhuhur. Sebelum dimakamkan jenazah disholatkan  dii Masjid  Attaqwa Lawu Telukan. 

Alhamdulillah hampir seratusan orang  siap dan bersedia mensholatkannya. Dan aku juga berada tepat di shaf  kedua. EEEh ternyata aku didekati oleh si tuan rumah supaya menjadi Imam Sholat Janazah. Sebetulnya di Masjid ini aku belum pernah menjadi Imam Sholat Janazah, tapi kalau pengalaman  mensholatkan janazah  dan menjadi am'mum sudah sering. Ini suatu resiko kebaikan, karena aku termasuk pengurus ta'mir masjid. Harus bersedia dengan ikhlas.

Ditunjuk menjadi  imam sholat janazah? Ya  aku dengan  senang hati, jelas harus  bersedia dan langsung  menuju ke dapan sendiri di hadapan para jama'ah. Inilah pengalaman pertamaku menjadi Imam Sholat janazah di Masjid Besar dengan seratusan orang. Alhamdulillah aku diberi kesempatan untuk  beramal. Harus ikhlas.

Aku mulai berpikir lebih jauh, kok aku yang ditunjuk menjadi Imam ya?. Padahal aku masih muda, banyak yang sudah senior diandingkan aku. Lha mau siapa lagi.  Sebetulnya yang sering menjadi imam rawatib di masjid ini bukan aku. Aku cuma imam kedua. Imam kesatu baru ada keperluan, katanya menjadi saksi pilpres. Barangkali ini aku ditunjukkan jalan supaya  aku bersedia menjadi aktif  di masyarakat dan mungkin inilah pengkaderan aku menjadi calon tokoh. Maksudnya  aku harus bersedia beramal untuk masyarakat tidak  perlu  nunggu-nunggu atau iren untuk berbuat baik di masyarakat.

Memang  kenyataanya jumlah para sesepuh di kampungku  sudah mulai berkurang. Inilah kesempatan para orang muda  sepertiku  harus ringan tangan,  aktif beramal  untuk  masyarakat.