DAFTAR LABELKU (klik saja jangan ragu-ragu)

Jumat, 13 Juni 2014

Andaikan Maskatno Giri Seperti Mbak Raeni (wisudawati terbaik)

Bagi yang suka membaca informasi  pasti tidak bertanya-tanya, tentang siapakah mbak Raeni.

Raeni adalah   muslimah luar biasa.   Raeni (21) tak menyangka bisa berkuliah di Universitas Negeri Semarang (Unnes) dan diwisuda sebagai lulusan terbaik dengan IPK 3,96. Nyaris sempurna. Ayahnya Mugiyono hanya seorang tukang becak .

Raeni berkuliah di jurusan pendidikan akutansi Fakultas Ekonomi Unnes. 3 Tahun 6 bulan 10 hari, Raeni yang menambah uang saku dengan menjadi asisten dosen dan ikut berbagai lomba. Dahulu awal masuk kuliah dia sempat berhutang untuk beli laptop, yang dilunasi ayahnya dengan pesangon dari perusahaan pabrik kayu.

Andaikan  aku  seperti mbak Raeni yang memiliki nilai IPK bagus  tentu beritanya  sangat-sangat-sangat heboh bahkan  mungkin muncul di halaman depan majalah TIME edisi khusus. Tapi sayangnya prestasiku sangat  jauh-jaraknya dibandingkan prestasi Raeni, bagaikan langit dengan sumur. Terlalu jauuuh.

Bagi yang suka membaca blog, tentu juga tidak asing lagi, siapakah aku (Maskatno Giri).

Kalau aku sebetulnya memiliki sejarah tidak kalah heboh dibanding mbak Raeini. Aku bersekolah dari SMA sampai kuliah  dengan biaya sendiri. Waktu sekolah aku belum pernah minta uang ke ortuku. Hebat kan? Weleh-weleh, hebat?. Hebat  ooopooo, ne? Kalau Raeni memang modalnya kehebatan prestasi, ora iso dimereni. Lha yen aku mergo "NEKAT SING PENTING URIP".

Media  massa biasanya memang lebih tertarik pada hal-hal yang besifat prestasi dan menginspirasi. Kayaknya MODAL NEKAT  tidak menarik untuk dibahas di media. Ora popo!.

Namanya Maskatno Giri, urip bermodal wajah pas-pasan, pisik pas-pasan,  cerdas pas-pasan, ekonomi dibawah pas-pasan. Tapi obsesinya sangat besar. Sayangnya obsesinya tidak didukung oleh prestasi yang besar. Saat kuliah nilai kok  gur ngepass terus.

Walau sempoyongan, ternyata Maskatno bisa lulus S1 bahkan samapi  S2 jur. bahasa Inggris UNS walau IPK pas-pasan sudah ALHAMUDLILLAH. Harus bersyukur. Kini maskatno hanya berdoa semoga anak-anaknya dan para siswanya bisa luar biasa seperti Mbak Raeni.

Mendapat Energi Kembali Setelah Direndahkan

Mungkin di antara Anda pernah mengalami pengalaman direndahkan/ "dienyek", dipermalukan dll. No problem!. Dan aku pun  pernah mengalaminya. Spontan, ya  rasanya sakit hati. Mungkin terkadang timbul dendam. Atau mungkin di masa-masa mendatang, jika kita teringat kembali peristiwa   tersebut, muncul rasa dendam kembali. Aku pikir itu wajar. Tapi jika ingin menjadi "ORANG MULIA", inliah kesempatan kita  berlatih memiliki hati mulia. Yaitu "memaafkan" kepada orang yang pernah menyakiti kita.

Memilki jiwa pemaaf memang tidak mudah. Tapi di sinilah Allah mendidik kita  tentang bagaimana  meraih kemuliaan dan kebahagian hidup. Memaafkan adalah ciri keikhlasan. Keikhlasan adalah kunci bahagia. Bahagia adalah kunci sukses.

Ketika di SMP, aku  berkali-kali direndahkan temanku. Ya maklum, mungkin  saja mereka cuma bercanda. Tapi ini bener sampai puluhan tahun,  kata-kata tersebut tidak pernah terlupakan. Ketika lulus SMP, aku juga pernah direndahkan/ dienyek dan bahkan diprediksi tidak akan memiliki masa depan yang baik. Dan yang merendahkanku bukan orang sembarangan, dia orang terpelajar. Sekali lagi kalimatnya tak pernah terlupakan sampai sekarang.

Aku sudah mendapat pencerahan. "MAAFKANLAH MEREKA". Bagaimana reaksiku bila teringat  hal yang menyakitkan itu?. Sabar dan saabar. Inilah justru kesempatanku  mendapat "ENERGI UNTUK BANGKIT".  Aku harus berubah lebih baik. Maksudku aku harus merubah perasaan negatif  menjadi "dendam positif". "POKOKNYA AKU HARUS   BERUSAHA BANGKIT DAN SUKSES".

Saat aku direndahkan orang, aku sempat berpikir memang  mungkin  saja aku layak direndahkan. Atau juga kemungkinan inilah "training dari Allah" untuk mendidikku menjadi pribadi yang kuat, semangat dan nekat. Pokoknya syukuri saja!.

Saat direndahkan, aku memang dalam kondisi tidak menarik secara fisik, dan non fisik. Maka terkadang wajar bagi orang lain merendahkannya. Karena  biasanya sesuatu yang tidak menarik akan bernilai negatif.

Kilas balik. Aku selalu ingat kok. Penampilan fisikku  waktu remaja dulu  memang kumuh,  bukan  penampilan orang terpelajar, dan cukup terlihat sangat miskin. Memang kenyataanya,  aku terlahir dari keluargga miskin.

Walau masih remaja pun sebenarnya aku sudah tahu penyebab kenapa aku direndahkan. Salah satunya aku memang belum bermutu. Saat itu   aku pukul diriku sendiri "Aku harus berilmu, aku harus mampu mandiri,, aku  harus sekolah setinggi-tingginya".

Ini kisah nyata. Ini terjadi beberapa minggu  lalu.  Di antara temanku yang merendahkanku kirim SMS melalui "google search" dan inbox di FBku. Dia menulis kurang lebih ,'aku mohon maaf atas  segala  kesalahanku. Dulu  kita pernah bersama dan di situlah aku membuat kesalahan terhadapmu. Puluhan tahun kita tidak bertemu.  Eeeh ternyata kamu sudah menjadi guru bahasa Inggris ya. Sekali   lagi aku mohon maaf atas  perlakuanku dulu"

"Ya sama-sama!. Tidak usah minta maaf pun aku sudah memaafkanmu, kita memang bukan  manusia sempurna. Semoga kamu sukses selalu". Jawabku