DAFTAR LABELKU (klik saja jangan ragu-ragu)

Sabtu, 05 Maret 2016

Belajar Sabar Melalui Si Syakir

Karena pertimbangan kesyukuran, kami harus belajar sabar dalam  menghadapi Syakir. Pembaca masih penasaran siapakah Syakir itu. (Foto Syakir saat menguap- krn bangun tidur langsung ke rumahku)

Syakir ( 4 thn)  adalah teman anakku. Dia anak angkat dari tetanggaku. Tapi kini ortu angkatnya  (pasangan marinir) sudah merelakan anak angkatnya dititipkan kepada  kakek neneknya. Sedangkan kakek-neneknya bertetanggaan dengan rumahku. Berjarak sekitar seratus meter dari rumahku.

Mungkin pembaca juga pingin tahu kenapa pasangan marinir itu mengangkat Syakir? Dan kenapa dia  dianggap sebagai anak legal:  tercatat  melalui  notaris?

Alasan pengangkatan anak, karena pasangan marinir  tersebut  belum  dikaruniai anak selama bertahun-tahun. Syakir dijadikan pancingan. Benar, setelah usia Syakir lebih dari satu tahun,  ibu angkat Syakir dinyatakan positif hamil. Dan sampai saat ini mereka telah dikaruniai dua anak.

Ceritanya akhirnya berubah. Syakir awalnya diharapkan tinggal bersama ortu angkatnya sebagai  anak kesayangan. Kini berhubung  si marinir sudah memiliki  anak kandung, Syakir diputuskan untuk tinggal di kampungku. Sedangkan marinir tersebut tinggal di Jakarta.

Syakir tidak saja menjadi beban bagi kakek-nenek angkatnya, namun Syakir sebenarnya telah menjadi beban juga buat kelurgaku. Kenapa?

Anakku Hasan  berumur hampir sama dengan Syakir, merupakan teman baik dan akrab bagi Syakir. Anakku Hasan tipe anak yang bisa menjadi sahabat yang akrab, tidak nakal dan teman bermain yang mengasyikkan. Sebenarnya, Syakir mempunyai tetangga yang memiliki anak kecil, bersebelahan dengan rumahnya. Tapi rumahku menjadi pilihannya,    rumahku menjadi  rumah kedua baginya. Aku dan istriku pun dipanggilnya bapak dan ibu.

Sebenarnya ini kesempatan beramal. Andai tidak ada pertimbangan  kesyukuran, keimanan dan hormat dengan tetangga, inginya Syakir akan diusir oleh istriku dan aku sendiri. Syakir sering menggannggu, dia masuk nylonong ke rumahku tanpa kenal waktu. Sering juga ambil makanan, minuman, dan mainan anakku tanpa izin. Jika tidak diizinkan akan menangis sekeras-kerasnya. Bila Syakir diajak pulang sering tidak mau, kalau neneknya nekat mengajak pulang, Syakir  akan mengamuk sambil melempar benda apa saja di dekatnya.

Sebenarnya maklum juga, karena masih kecil. Namun, karena Syakir sering menggangu akhirnya terkadang membuat jengkel. Senjatanya berterikajala keras dan menangis. Sabar-sabar, ini kesempatan untuk beramal. Itulah kalimat penghibur untuk keluargaku. Mau bagaimana lagi?

Gangguan Syakir sebenarnya masih banyak lagi, mau kutulis boros waktu. Ini kesempatan kami  untuk belajar ikhlas. Semoga keluargaku semakin barokah. Belum lagi kalau  Syakir kencing sembarangan. Pernah juga BAB di rumahku, dan istriku terpaksa harus mebersihkannya. Yaa Allah semoga istriku juga semakin shabar dengan ulah Syakir. Dia memang anak malang. Kini dia bagaikan dilempar dari ortu angkatnya. Bagaimana ya sikap  ibu kandungnya, kalau beliau tahu sebenarnya Syakir sudah tidak bersama ortu angkatnya, dan sering dibiarkan lari kesana-kemari? 

Menurut cerita, Syakir diambil dari keluarga miskin dan diganti dengan sejumlah uang. Bingung aku mau menutup cerita. Yang jelas kini Syakir kehilangan kurang kasih sayang dari dari ortu kandung dan ortu angkatnya., dan kurang   didikan yang benar.  Lebih parah lagi yang momong tidak mengenal penddikan agama. Setahuku, pengasuhnya beragama Islam, tapi  tidak menjalankan sholat.

Akhirnya ada hikmah disetiap kejadian,  pesan  penting untuk pembaca,: 1) yang bener dalam mendidik anak, 2) jangan mudah percaya dengan didikan orang lain model pendidik tanpa ilmu dan agama,  dan jangan sia-siakan anak!