DAFTAR LABELKU (klik saja jangan ragu-ragu)

Selasa, 17 September 2013

Tidak Enak Menjadi Manusia Bodoh/Miskin Ilmu

Kalau bicara masalah ketidakenakan hidup, aku sudah mengalami puluhan tahun lamanya. Akupun bisa merasakan  bahwa ortuku juga mengalami hidup tidak enak juga. Tidak enak  di sini  adalah  kata  halus dari kemelaratan/ kemiskinan . Menurutku kemelarataan di masa laluku salah satu penyebabnya: kebodohan/ miskin ilmu.

Memang, banyak rumah tangga di desaku yang didominasi oleh  orang-orang miskin. Mereka hidup di daerah tandus.  Mereka adalah penggarap sawah tadahan/ setahun sekali dalam panen. Kami hidup  berlama-lama miskin karena memang sudah terbiasa, hidup miskin bersama  banyak teman dan saudara. Sehingga rasanya tidak begitu berat. Hidup kami dulu itu hidup tanpa perubahan. Di sini kuidentikkan  bahwa hidup kami waktu itu  hidup  tanpa kreativitas, pencerahan  dan inovasi. Penyebabnya adalah  miskin ilmu. Orang tua ku juga bukan orang terpelajar. Ibuku buta huruf,  kalau ayahku  sedikit-sedikit bisa membaca.

Di waktu kecil sekitar kelas dua  SD,  aku sudah bisa membayangkan betapa enaknya menjadi orang yang pintar, kreatif,  berguna, terpelajar  dan tidak miskin. Aku masih ingat di buku -buku bacaan di sekolah  yang bercerita tentang asyiknya menjadi keluarga yang berilmu  dan tidak terlalu miskin.

Memang saat  itu   sempat kuimpikan bahwa aku suatu saat nanti  harus  menjadi orang yang   berilmu. Berilmu di sini  identik dengan keteraturan, kemakmuran, keasyikan, kemanfaatan, keberkahan,  banyak hiburan, kebersihan, kesehatan dll.

Kini aku  sudah berkeluarga lebih dari dua belas tahun. Kehidupanku sudah semakin baik Insya Allah. Aku harus bersyukur, tidak lagi miskin seperti dulu Aku ingin berbagi walau hanya cerita sederhana, walau mungkin dianggap kurang berguna. Tidak apa-apa, aku menulis aku menjadi bahagia.  Akupun senang  memotivasi diri, keluarga dan juga orang lain supaya tidak merasa nyaman  menjadi pribadi yang miskin  ilmu. Miskin ilmu  sangat dekat dengan kesengsaraan hidup. Walau belum sampai posisi ideal, kini aku sudah ada peningkatan dibanding dengan masa laluku. Sayangnya ayahku sudah meninggal beberapa tahun lalu. Kini tinggal ibu yang masih bisa merasakan  dan membandingkan  masa lalu dan masa sekarang. Betapa pahitnya masa lalu kami. TIDAK ENAK MENJADI ORANG BODOH  ATAU MISKIN ILMU.

Melalui tulisan ini, aku memotivasi diri dan keluarga untuk cinta ilmu. Kalau  ilmu sudah didapat banyak rezeki yang bisa diperoleh. Minimal orang yang berilmu tidak menjadikan dirinya beban untuk orang lain. orang berilmu dipastikan lebih mampu berbagi, juga dalam menjemput rezeki.

Namun, bagi orang yang miskin ilmu, apa yang mau dibagikan?  Dia sendiri membutuhkan perhatian. Maka dengan ilmu  nasib, kedudukan, kepercayaan, kemakmuran Insya Allah meningkat. Janji Allah swt.: akan diangkat derajatnya oleh Allah bagi oran-orang yang beriman dan berilmu. (Q. S. Mujadalah ayat 11)

Menuju Kemuliaan Bermodal Rasa Malu

Kita sebenarnya  sudah tahu bahwa menjadi manusia sempurna itu tidak mungkin. Tapi, menjadi manusia yang lebih baik kenapa tidak?. 

Keimanan kita pun juga tidak selamanya dalam kondisi prima. Maksudnya, kita tidak mungkin dalam kondisi kuat/ sempurna imannya secara terus menerus. Terkadang kita juga lupa bahwa Allah  Tuhan Yang MAha Mengetahui selalu mengawasi kita. Maka  kita kadang agak lepas kendali melakukan perbuatan dosa walau kecil tanpa malu-malu.

Aku menggarisbawahi  kata ustadzku yang bersumber dari hadis nabi bahwa "MALU SEBAGIAN DARI Iman". Rasa malu  ternyata bisa dijadikan rem bahwa kemauan bertindak negatif bisa diurungkan karena  kita masih dibekali rasa malu.

Tentu kita bisa hidup lebih mulia kalau berbekal sedikit dosa dan beramal mulia yang banyak. Sekali lagi salah satu cara meraih itu  semua (baca=kemuliaan hidup) kalau kita masih memiliki  rasa malu. Malu kepada diri sendiri, malu kepada ortu kita, malu kepada anak-anak kita dll. Dan lebih jauh lagi kita mesti  memilki rasa malu kepada Dzat yang Maha Kuasa. Tentu rasa malu tersebut   dalam bertindak hal-hal yang negatif.

Penting sebagai evaluasi  diri  kita sendiri bahwa kalau kita belum mampu menjaga  rasa malu kepada  yang Maha Kuasa,  setidak-tidaknya kita malu kepada diri sendiri atas jatuhnya harga diri kita sebagai manusia. Manusia yang berezeki  baik adalah manusia yang perbuatannya baik pula, itulah pelajaran  yang bisa kupetik dari  sang motivator Maro Teguh beberapa waktu lalu.