DAFTAR LABELKU (klik saja jangan ragu-ragu)

Rabu, 29 Januari 2014

Teman-Temanku Engkau Berhati Mulia

Aku punya bermacam-macam jenis teman. Menurut penilaainku  yang mendominasi di antara  teman-temanku adalah jenis manusia yang baik  dan luar biasa. Ini menurut ukuran subjektifku. Walau ada  sedikit   di antaranya  agak medit, cethil atau kikir.

Kalau teman yang kikir tentu tidak menarik  untuk dibicarakan. Dia hanya menarik bagi mereka yang suka ngrasani. Sebab beberapa bulan lalu di antara temanku yang cethil atau medit dimintai umbruk (infaq kebersamaan) saja  tidak peduli. Memang sebetulnya menyebalkan sudah kaya kok kikir.

Tulisan di  blog ini untuk memotivasi diri, maka yang akan kuceritakan yang  menarik, menginspirasi dan yang baik-baik  saja.

Tadi siang di antara teman-teman: bapak dan ibu guru yang baik hatinya, di kantor menceritakan salah satu siswi yang memakai sepatu JEBOL alias tidak layak pakai. Aku juga heran, kenapa dia PD saja memakai sepatu yang sudah  menkap-mengkap seperti buaya. Sebetulnya aku sudah tahu  seminggu yang lalu  tapi aku lupa untuk kusampaikan ke teman-teman. Eeeh kesempatan hari ini ada yang cerita tentang sepatu milik siswi tersebut.

Spontan dari salah satu temanku:  "Ayo umbruk seikhlasnya kita gotong royong membelikan sepatu".   "Aku juga siap!" Sahutku.   Benar dalam hitungan detik sudah terkumpul seratus ribu. Padahal cuma empat orang sudah bisa memabantunya "Ayo suruh anak! dia dipanggil ke sini!"

Setelah sampai di kantor. Si siswi tersebut ditanyai alamat rumah dan pekerjaan dari ortunya oleh salah satu temanku. Ternyata benar sesuai dugaan, dia hidup dalam kemiskinan. Ortunya petani yang jauh dari hidup layak. Yang menarik bagi guru, siswi tersebut berjiwa penolong. Ada di antara teman dekatnya yang cacat, namun dia  terbiasa menolongnya dengan suka rela.

Di dekat meja bu guru. "Aku ki tertarik  sama kamu. Kamu orangnya baik hati. Rumahmu mana?"....EEh Mbak nanti sore ke toko sepatu dan beli sepatu, ini infaq dari  bapak dan ibu guru" Itulah  pernyataan singkat dari salah satu ibu guru.

"Ada apa to Bu? Aku tadi deg-degan kenapa aku dipanggil, terima kasih bu!" Dengan mata berbinar dia meninggalkan kantor.

Sungguh luar biasa teman-temanku. Rasanya di zaman sekarang agak sulit para guru punya jiwa peduli. Namun, di kantorku masih banyak di antaranya bukan guru yang egois. Selamat berjuang para guru luar biasa.