DAFTAR LABELKU (klik saja jangan ragu-ragu)

Selasa, 23 September 2014

Belajar Kata Bijak dari Pak Muhammad Nuh (mendikbud)

Dalam kolom opini hari ini, Kompas 23/9//2014 bapak mendikbud  kita, Muhammad Nuh  menyatakan bahwa salah satu syarat kebiasaan orang memberikan apresiasi adalah dia sendiri pernah berprestasi atau merasakan betapa beratnya untuk berprestasi.

Menurutku pernyataan Pak Nuh sungguh sarat makna. Dan setiap orang punya kebebasan dan  kemampuan diri untuk mengambil makna dan hikmah dari pernyataan Pak Nuh.

Kalau  aku sendiri sangat setuju dengan pernytaan Pak Nuh. Yang pertama bahwa orang yang mudah mengapresiasi baik karya atau  kebaikan orang lain, minimal orang tersebut adalah orang yang bermutu baik: menghormati, andap asor, pembelajar, peduli, beradab dll.

Sebaliknya bagi orang yang tidak peduli atas karya dan kebaikan orang lain kecenderungan; pencemooh, pendengki, merasa benar, merasa lebih hebat, dll.

Pernyataan Pak Nuh  yang kedua orang bahwa yang suka mengapresiasi orang lain adalah orang yang berprestasi.. Orang yang berprestasi adalah orang yang  "linuwih". Minimal dia adalah berusaha menjadi lebih baik.

Sebaliknya orang yang "rendahan", dia cenderung memandang sesuatu dengan kaca mata negatif.

Yang terakhir, menurut Pak Nuh, untuk menjadi pribadi  berprestasi itu bukan pekerjaan ringan. Aku benar-benar bisa membenarkan dan merasakan. Teringat  tentang  masa  laluku,  sejak remaja aku haus prestasi, jungkir balik  dalam belajar, tapi masih saja prestasi tak bisa  kuraih dengan baik.

Cuma sekedar mengenang masa laluku. Aku mati-matian belajar dari  SD, SMP  sampai SMA, inginnya sih bisa juara satu. Eeeh ternyata  aku belum  pernah merasakan menjadi juara 1. Tapi lumayan juga, di SD  dan di SMP pernah juara dua walau hanya sekali. Sedangkan di SMA terpental  jauh, karena teman sekelasku memang cerdas-cerdas, rajin-rajin, pokoknya mereka sangat luar biasa. Kebetulan kelasku termasuk  kelas ungulan. Bagi yang melanjutkan ke PTN,  hampir seratus persen diterima melalui PTN favorit. Kabar terakhir yang menjadi dokter ada  lima, ada yang menjadi camat (alumni STPDN) dll.

Waktu kuliah? Semakin terpental.  Sobatku ternyata lebih berprestasi dan luar biasa juga. Sabar-sabar-sabar. Yang pentinng ,  aku sudah berusaha keras untuk  berprestasi walau hasilnya masih jauh dari impian. Ora opo-opo, aku harus ikhlas atau legowo  atas kelemahanku. Oh ya walau prestasi  akademikku jelek waktu kuliah, aku bisa mencari biaya sendiri untuk kuliah dari mendaftar  UMPTN sampai wisuda. Ya  cuma itulah  prestasiku.

Maksud tulisanku di bagian akhir, aku cuma menceritakan satu sisi jenis prestasi, yaitu prestasi akademik. Prestasiku yang bersifat akademik memang tak bisa diandalkan, ini memang kusadari sepenuhnya. Tapi aku selalu memotivasi diri sendiri juga kepada anak, istri dan para siswaku, untuk tetap happy walau kemampuan akademik rendah. Tentu masih banyak yang perlu digali  berbagai jenis prestasi , pada setiap insan. Tak  perlu risi dengan satu jenis prestasi yang kurang.