DAFTAR LABELKU (klik saja jangan ragu-ragu)

Sabtu, 29 November 2014

Kami Juga Perlu Belajar Ikhlas Merawat Orang Tua (Tip Damai Bersama Ortu)

Aku anak terakhir dari tujuh bersaudara. Aku dilahirkan saat usia ibuku sudah  tua (mendekati lima puluh tahun). Aku sekeluarga diamanati untuk merawat dan hidup bersama orang tua. Namun, ayahku sudah meninggal sekitar tiga tahun yang lalu di usia 94 tahun. Kini kami hidup bersama ibuku yang usianya sekitar 90 tahun. Alhamdulillah beliau  masih sehat. Walau secara fisik masih energetic, tapi secara pendengaran dan kejiwaanya sudah lemah. Kelemahan   beliaulah yang membuat kami sekeluarga harus berlatih SABAR.

Kesabaran kami diuji setiap hari, karena beliau terkadang salah faham,  dan tersinggung. Saya dan istri dianggap sebagai anak yang masih kecil, sehingga kami sering dihujani kata-kata nasihat dan motivasi  yang kalimatnya diulang-ulang. Jelas membosankan.

Kejadian yang baru saja terjadi kemarin, betapa kami dibuat pusing. Ibuku marah-marah dan kami tidak tahu apa penyebabnya. Kami sudah sepakat bersama istri tidak menanggapi secara serius. Dan kami pun tidak membantah. Membantahkan percuma karena beliau baru emosiaonal,  dan tidak bisa  mendengar  dengan baik. Pokoknya : SABAAAAR, SAAABAAAR DAN SAAABAR.

Sebagai motivasi untuk diriku sendiri, dan seluruh anggota  keluargaku untuk tetap sabar, tegar dan berusaha bahagia  walau hati dan pikiran kita digoncang-goncang. Kami mengingatkan diri: pokoknya  enjoy saja!. Sebab kami memiliki obsesi besar: kami berharap masa tua kami bahagia, karena memiliki anak cucu yang berbakti kepada ortunya.

Melalui tulisan ini, aku memotivasi diri tiada henti. Baru saja membuka berbagi artikel tentang "pencerahan bagi orang yang hidup bersama  (baca: merawat) orang tua  yang sudah jempo".

Yang jelas aku pun juga sering lupa  pada kata motivasi diriku sendiri. Eeeeeh ternyata aku pun  juga perlu  motivasi,  nasihat  dan banyak belajar  menjadi ikhlas untuk merawat ortu. Jelas   kita perlu sadar bahwa kita nantinya juga akan menjadi tua, kini kita memiliki kesempatan dan  kuwajiban berbakti  kepada  ortu kita.

Aku terinspirasi dari berbagai konselor dan motivator  salah satunya dari  ibu Ainy Fauziyah  yang pernah  dimuat dalam  Tempo.com. Biar aku lebih mudah memahami, aku meramu dan merangkum  tulisan "motivasi  damai bersama ortu"  kuberi  rumus  7 M.  Ini bisa menjadi kiat agar kita rumah  tangga bisa tentram dan damai bersama ortu kita.

1. Memerlukan pengendalian emosi yang baik, kita tidak perlu  panik bila orang tua "rewel", diam membisu, atau marah-marah. Hal tersebut merupakan siklus alami perubahan sikap kembali seperti anak kecil. Dan ortu pun terkadang juga CAPER. Pokoknya : Don't be so serious!

2. Menghadapi sikap “aneh” para orang tua dengan sikap tenang, sabar, dan legawa. Sikap-sikap tersebut meminimalkan sikap negatif mereka. Pokoknya santai saja menghadapi ortu!

3. Menumbuhkan perasaan bahwa orang tuanya masih ingin dianggap penting, mampu melakukan apa saja, dan berguna. Jadi, orang tua akan nyaman. Pokoknya jangan merendahkan beliau!

4. Membiasakan memberi pujian terhadap apa pun yang dilakukan orang tua, sekalipun hal kecil. Misalnya: "Wah, ibu masih cantik.". Pokoknya puji saja beliau!

5. Menjadi pendengar yang baik untuk segala cerita masa lalu ataupun berbagai keluhan orang tua. Dengan begini, para orang tua akan merasa diperhatikan dan masih dianggap penting. Intinya, Jangan sepelekan beliau!

6. Merawat atau melayani orang tua dan  meminta waktu sebentar dengan baik-baik, supaya mereka mau mendengarkan kita untuk mendapatkan solusi terbaik bila mereka menginginkan sesuatu.

7. Menciptakan sebuah rutinitas berupa pertemuan atau kegiatan yang menjalin sebuah komunikasi intim.  Salah satu cara keluarga kami mengajak beliau sholat berjamaah bersama anak dan istri.

Semoga bermanfaat dan SALAM SUKSES SEJATI!