Aku anak terakhir dari tujuh bersaudara. Aku dilahirkan saat usia ibuku sudah tua (mendekati lima puluh tahun). Aku sekeluarga diamanati untuk merawat dan hidup bersama orang tua. Namun, ayahku sudah meninggal sekitar tiga tahun yang lalu di usia 94 tahun. Kini kami hidup bersama ibuku yang usianya sekitar 90 tahun. Alhamdulillah beliau masih sehat. Walau secara fisik masih energetic, tapi secara pendengaran dan kejiwaanya sudah lemah. Kelemahan beliaulah yang membuat kami sekeluarga harus berlatih SABAR.
Kesabaran kami diuji setiap hari, karena beliau terkadang salah faham, dan tersinggung. Saya dan istri dianggap sebagai anak yang masih kecil, sehingga kami sering dihujani kata-kata nasihat dan motivasi yang kalimatnya diulang-ulang. Jelas membosankan.
Kejadian yang baru saja terjadi kemarin, betapa kami dibuat pusing. Ibuku marah-marah dan kami tidak tahu apa penyebabnya. Kami sudah sepakat bersama istri tidak menanggapi secara serius. Dan kami pun tidak membantah. Membantahkan percuma karena beliau baru emosiaonal, dan tidak bisa mendengar dengan baik. Pokoknya : SABAAAAR, SAAABAAAR DAN SAAABAR.
Sebagai motivasi untuk diriku sendiri, dan seluruh anggota keluargaku untuk tetap sabar, tegar dan berusaha bahagia walau hati dan pikiran kita digoncang-goncang. Kami mengingatkan diri: pokoknya enjoy saja!. Sebab kami memiliki obsesi besar: kami berharap masa tua kami bahagia, karena memiliki anak cucu yang berbakti kepada ortunya.
Melalui tulisan ini, aku memotivasi diri tiada henti. Baru saja membuka berbagi artikel tentang "pencerahan bagi orang yang hidup bersama (baca: merawat) orang tua yang sudah jempo".
Yang jelas aku pun juga sering lupa pada kata motivasi diriku sendiri. Eeeeeh ternyata aku pun juga perlu motivasi, nasihat dan banyak belajar menjadi ikhlas untuk merawat ortu. Jelas kita perlu sadar bahwa kita nantinya juga akan menjadi tua, kini kita memiliki kesempatan dan kuwajiban berbakti kepada ortu kita.
Yang jelas aku pun juga sering lupa pada kata motivasi diriku sendiri. Eeeeeh ternyata aku pun juga perlu motivasi, nasihat dan banyak belajar menjadi ikhlas untuk merawat ortu. Jelas kita perlu sadar bahwa kita nantinya juga akan menjadi tua, kini kita memiliki kesempatan dan kuwajiban berbakti kepada ortu kita.
Aku terinspirasi dari berbagai konselor dan motivator salah satunya dari ibu Ainy Fauziyah yang pernah dimuat dalam Tempo.com. Biar aku lebih mudah memahami, aku meramu dan merangkum tulisan "motivasi damai bersama ortu" kuberi rumus 7 M. Ini bisa menjadi kiat agar kita rumah tangga bisa tentram dan damai bersama ortu kita.
1. Memerlukan pengendalian emosi yang baik, kita tidak perlu panik bila orang tua "rewel", diam membisu, atau marah-marah. Hal tersebut merupakan siklus alami perubahan sikap kembali seperti anak kecil. Dan ortu pun terkadang juga CAPER. Pokoknya : Don't be so serious!
2. Menghadapi sikap “aneh” para orang tua dengan sikap tenang, sabar, dan legawa. Sikap-sikap tersebut meminimalkan sikap negatif mereka. Pokoknya santai saja menghadapi ortu!
3. Menumbuhkan perasaan bahwa orang tuanya masih ingin dianggap penting, mampu melakukan apa saja, dan berguna. Jadi, orang tua akan nyaman. Pokoknya jangan merendahkan beliau!
4. Membiasakan memberi pujian terhadap apa pun yang dilakukan orang tua, sekalipun hal kecil. Misalnya: "Wah, ibu masih cantik.". Pokoknya puji saja beliau!
5. Menjadi pendengar yang baik untuk segala cerita masa lalu ataupun berbagai keluhan orang tua. Dengan begini, para orang tua akan merasa diperhatikan dan masih dianggap penting. Intinya, Jangan sepelekan beliau!
6. Merawat atau melayani orang tua dan meminta waktu sebentar dengan baik-baik, supaya mereka mau mendengarkan kita untuk mendapatkan solusi terbaik bila mereka menginginkan sesuatu.
7. Menciptakan sebuah rutinitas berupa pertemuan atau kegiatan yang menjalin sebuah komunikasi intim. Salah satu cara keluarga kami mengajak beliau sholat berjamaah bersama anak dan istri.
1. Memerlukan pengendalian emosi yang baik, kita tidak perlu panik bila orang tua "rewel", diam membisu, atau marah-marah. Hal tersebut merupakan siklus alami perubahan sikap kembali seperti anak kecil. Dan ortu pun terkadang juga CAPER. Pokoknya : Don't be so serious!
2. Menghadapi sikap “aneh” para orang tua dengan sikap tenang, sabar, dan legawa. Sikap-sikap tersebut meminimalkan sikap negatif mereka. Pokoknya santai saja menghadapi ortu!
3. Menumbuhkan perasaan bahwa orang tuanya masih ingin dianggap penting, mampu melakukan apa saja, dan berguna. Jadi, orang tua akan nyaman. Pokoknya jangan merendahkan beliau!
4. Membiasakan memberi pujian terhadap apa pun yang dilakukan orang tua, sekalipun hal kecil. Misalnya: "Wah, ibu masih cantik.". Pokoknya puji saja beliau!
5. Menjadi pendengar yang baik untuk segala cerita masa lalu ataupun berbagai keluhan orang tua. Dengan begini, para orang tua akan merasa diperhatikan dan masih dianggap penting. Intinya, Jangan sepelekan beliau!
6. Merawat atau melayani orang tua dan meminta waktu sebentar dengan baik-baik, supaya mereka mau mendengarkan kita untuk mendapatkan solusi terbaik bila mereka menginginkan sesuatu.
7. Menciptakan sebuah rutinitas berupa pertemuan atau kegiatan yang menjalin sebuah komunikasi intim. Salah satu cara keluarga kami mengajak beliau sholat berjamaah bersama anak dan istri.
Semoga bermanfaat dan SALAM SUKSES SEJATI!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
berlatih kreatif melaui pembuatan komentar