DAFTAR LABELKU (klik saja jangan ragu-ragu)

Jumat, 25 Desember 2015

Sedekah Ekstrem Atau Sedekah Istiqomah? Sedekah Pemancing Rezeki atau Sedekah Sebagai Rasa Syukur?



Beruhubungan dengan sedekah, kita mesti yakin bahwa sedekah adalah pengundang barokah. Hidup barokah adalah hidup yang membahagiakan.

Namun, kadang saya salah niat  bahwa sedekah disimpulkan sebagai pengundang rezeki. Dan saya pu terkadang salah menyimpulkan bahwa rezeki adalah harta atau yang bersifat kebendaan.

Kini aku telah mendapat pencerahan hidup. Salah satunya dari Cak Nun. Aku harus mengucapkan rasa terima kasih luar biasa kepada Cak Nun, terutama yang berhubungan dengan keajaiban  sedekah.  Ya, aku memang perlu kaya wawasan akar hidup ini penuh kebahagiaan.

Sebetulnya  benakku masih menympan tanda tanya. Apakah urgensi dari sedekah ekstrem? Ini yang sering disamapaikan oleh salah seorang motivator. Masalahnya, sependek akau tahu sedekah yang istiqomah itu lebih dicintai oleh Allah SWT. Aku juga masih menympan pertanyaan: Apakah kita dituntunkan oleh Allah SWT untuk bersedekah sebagai sarana pemancing rezeki? Atau sedekah seharusnya menjadi kuwajiban bagi si kaya , sebagai rasa syukur?

Alhamdulillah Cak Nun telah bergerak dan mau memulai pencerahannya apa arti sedekah dan syukur, tulisan beliau kurang lebih sbb: ini penting! khususnya untuk para GENTHO (begundal) aitau bag mereka yang sedang berproses mencari kebenaran Allah SWT.
BEBERAPA tahun belakangan marak 'SEDEKAH AJAIB' yang sering digiatkan oleh itu, Si Ustad 'nganu'. Cak Nun hanya mengingatkan, "SEDEKAH itu dalam rangka BERSYUKUR, berbagi rejeki & kebahagiaan, BUKAN dalam rangka MENCARI REJEKI. Ingat itu!

Kalau Anda mengharapkan kembalian berlipat-lipat dari sedekah, itu bukan sedekah, tapi dagang! Paham?"
Beliau tidak mengecam juga, lha wong taraf imannya masih segitu kok.
Kalau menyedekahkan uang, sepeda motor, mobil, rumah, helikopter atau apa pun, ya wis, kasihkan saja, titik! Setelah itu Jangan Berharap Apa-apa. Walau kita yakin akan dibalas dengan berlipat ganda, tapi ketidaktepatan dalam niat menjadikan sedekah bukan lagi sedekah, melainkan sekedar jual beli. Sedekahnya sudah bagus, tapi janji Allah SWT jangan pernah dijanjikan oleh manusia, nggak boleh! 

Banyak orang beribadah yang masih salah niat gara-gara manut omongan si motivator sedekah. Naik haji/umroh biar dagangannya lebih laris. Sholat Duha biar diterima jadi PNS, biar duit banyak, biar jadi milyarder biar dihormati orang. Ibadah itu dalam rangka bersyukur, titik! Menangislah pada Allah SWT tapi bukan berarti jadi cengeng. Nabi dalam sholatnya menangis, tapi sebenarnya itu adalah menangisi. Beda antara menangis dan menangisi. Kalau menangis itu kecenderungan untuk dirinya sendiri, tapi kalau menangisi itu untuk selain dirinya : orangtua, anak, istri, kakek, nenek, saudara, sahabat dan seterusnya.

Ada seorang pedagang miskin yang dagangannya nggak laku, dia sabar dan ikhlas : "kalau memang saya pantasnya miskin, dagangan saya nggak laku, saya ikhlas, manut ae, yang penting Allah SWT ridho sama saya." Malah keikhlasan seperti ini yang langsung dijawab oleh Allah SWT dengan rejeki berlimpah yang tak disangka-sangka datangnya.

Tapi kalau kita yang ditimpa sial, dagangan nggak laku, biasanya langsung mewek : "Ya Allah SWT kenapa saya kok mlarat, miskin, dagangan gak laku, gak bisa beli montor, gak bisa beli mobil, aku salah apa sih..!???" Waaahh..., malaikat langsung gregeten, nampar mukamu : "Oalaaaaah.., cengeng byanget kamu ya...!!!"

Iman seseorang memang tidak bisa distandarisasi. Tiap orang mempunyai kapasitas iman yang berbeda.
Makanya kalau jadi imam harus paham makmumnya. Makmumnya koboi tapi bacaan imamnya panjang-panjang disamakan dengan anak pesantren. Akhire makmumnya di belakang nggerundel, gak ihklas.

So, mulai saat ini, kita perlu menajamkan pikiran dan jiwa. Agar hidup ini lebih bermakna.