Kemajuan
teknologi dan informasi sebenarnya memiliki 
dampak positif, namun tak terelakkan bahwa pengaruh negatifnya
jelas-jelas ada.  Para pengguna teknologi
memiliki beragam niat dalam memanfaatkannya. Ada yang menggunakan sebagai sarana
pembelajaran, mengisi waktu luang dan terkadang tanpa sengaja melakukan hal-hal
buruk. 
Melalui
teknologi berbagai informasi tersebar secara meluas dan  cepat. Ribuan bahkan jutaan orang telah
dengan mudah  berbagi informasi, dan
informasi yang begitu cepat tersebut melalui beberapa media sosial seperti facebook,
twitter, instagram ataupun
pesan telepon genggam seperti, whatsapp dan lain
sebagainya.  
Sedangkan banyak para pengguna media
dengan mudah menerima informasi  tanpa
proses screening atau filtering. Bahkan sering terjadi
pula  para penerima informasi tanpa
mengecek ulang kebenaran informasi, lebih parah lagi mereka turut serta
menyebarkan informasi ke orang lain. Padahal informasi tersebut belum
tentu  benar.  
Sangat disayangkan apabila informasi
yang disebarkan tersebut adalah informasi sampah,  tidak akurat terlebih informasi tersebut
adalah informasi menyesatkan, berita 
bohong  atau biasa disebut hoax. 
A.    Penyebab hoax tersebar
luas
Penyebar
berita sesat (baca: hoaxer) merasa dirinya sukses bila berita bohongnya
tersebar luas. Banjirnya hoax atau informasi tidak akurat tersebut akhirnya
 menjadi  konsumsi publik. Sebagian publik pun ada yang
menjadi kurban, namun sebagian orang memiliki data akurat, sehingga tidak mudah
tertipu. Sebagian dari warga masyarakat pun sudah bisa merasakan dampak yang
ditimbulkan: saling curiga, permusuhan dan bahkan bisa terjadi saling bunuh.
Jelas ini agar segera diakhiri.
            Kita
pun akhirnya bertanya-tanya: bagaimana berita bohong dapat tersebar dan
dipercayai oleh masyarakat? 
            Menurut penulis,
setidak-tidaknya ada beberapa  perilaku hoaxer
  dalam menjalankan aksinya yang
diringkas dalam 5M characters of hoaxer :
- Memprovokasi
      Penyebar hoax biasanya menggunakan
judul yang provokatif dan  kontroversial
agar dapat menarik perhatian pembacanya. Pembaca digiring pikiran dan emosinya
agar mereka  merasa penasaran dengan
judul bacaan tersebut.
- Mengangkat
     isu populer  atau  situasi terkini
            Isu populer dan terkini menjadi makanan empuk bagi hoaxer.
Setelah memprovokasi pembaca, hoaxer  juga dapat dengan mudah menyinggung atau
menyangkut isu-isu yang sedang ramai dibicarakan, seperti kondisi alam, wabah
penyakit, pemilu, informasi tentang publik figure dll.  Selain itu, bahasa yang digunakan oleh hoaxer
ini juga berpengaruh. Kita “terhipnotis” oleh bahasa yang digunakannya dalam
menyampaikan  informasi.
3.      Mencantumkan nama  tokoh, ahli
dan menggarisbawahi opininya
            Hoaxer  meyakini bahwa masyarakat percaya dengan
perkataan yang bersumber dari tokoh dan ahli.  Kita mungkin pernah menerima pesan berantai
yang mengatasnamakan ketua MUI, KAPOLRI atau Ikatan Dokter Indonesia mengenai
larangan untuk mengkonsumsi beberapa merk obat, minuman dan  makanan karena mengandung barang  haram, narkoba ataupun zat berbahaya lainnya. Sepintas   publik akan berpikiran bahwa ternyata sudah
ada pernyataan  dari  tokoh dan ahli, berarti ini benar, padahal,
setelah dikonfirmasi,  pernyataan tersebut
ternyata bohong.
4.     
Memanipulasi data pendukung
            Hoaxer sering juga menggunakan data pendukung atau
referensi. Referensi ini bisa  berupa
pernyataan, gambar, foto, video dll,. Sebenarnya data pendukung di zaman yang
serba digital ini sangat mudah untuk dipalsukan. Lalu menimbulkan kegoncangan  di dalam masyarakat umum. Biasanya hoaxer melakukan
semacam propaganda dengan merujuk   data kadaluarsa. 
5.     
Meyakinkan orang terdekat sebagai
penyebar berita
            Hoaxer memulai aksinya melalui orang terdekatnya,
bisa melalui grup media sosial   seperti WhatsApp, facebook dan blog
dll. Disinilah hoaxer bergabung dan memaksimalkan potensi
komunitasnya.   Hoaxer 
memanfaatkan  orang terdekat untuk
meyakinkan bahwa informasinya akurat. Kalau orang terdekatnya yakin,  inilah  modal
awal sukses hoaxer. 
            
B.    
Cara mengidentifikasi hoax
            Tersebarnya informasi membutuhkan antisipasi. Kemajuan
inovasi dalam teknologi membutuhkan  solusi
yang inovatif dan kreatif dalam menghadapi dampaknya. 
            Lalu, bagaimana cara agar kita bisa
mengidentifikasi hoax,  sehingga kita tidak menjadi korban?
Setidak-tidaknya ada  beberapa langkah  dalam mengidentifikasi mana  informasi hoax dan mana informasi  akurat.  Langkah identifikasi tersebut disingkat dengan
langkah ABCD:
1.
Amati judul
informasi
            Berita hoax kerapkali dibumbuhi judul sensasional atau provokatif,
misalnya dengan langsung tembak ke pihak tertentu. Isinya pun bisa diambil dari
berita media resmi, hanya saja diubah-ubah agar menimbulkan persepsi sesuai
yang dikehendaki sang hoaxer.
2.
 Berdiskusi sesama kelompok anti-hoax
            Untuk mengantisipasi tersebarnya hoax, banyak bermunculan forum diskusi.  Salah satunya Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH).  Di grup-grup diskusi  dunia maya, netizen bisa ikut bertanya apakah
suatu informasi merupakan hoax atau bukan, sekaligus melihat klarifikasi yang
sudah diberikan oleh orang lain. 
3.
Cermati
alamat situs dan cek keaslian video, foto atau gambar
            Menurut Dewan Pers, di Indonesia
terdapat sekitar 40.000 situs di Indonesia yang mengklaim sebagai portal
berita. Dari jumlah tersebut, yang sudah terverifikasi sebagai situs berita
resmi tak sampai 500. Artinya terdapat setidaknya puluhan ribu situs yang
berpotensi menyebarkan hoax. Maka
pembaca perlu waspada. 
            Pengguna internet perlu mencermati
keaslian Video, foto dan gambar. Perlu mudah hati-hati dan jangan mudah
terprovokasi.  Di era digital, tidak
hanya konten tulisan yang dipalsukan, 
foto, video dan gambar  tersebut
bisa dimanipulasi baik isi maupun tanggal pembuatannya.  
4.
 Dalami Berita 
            Pembaca informasi harus jeli dan
banyak-banyak menggali pertanyaan: dari mana berita berasal? Siapa sumbernya?
Apakah dari lembaga resmi seperti MUI, KPK, Polri  dll? Sebaiknya kita tidak mudah percaya
apabila informasi berasal dari pegiat ormas, tokoh politik, atau pengamat.
Perhatikan keberimbangan sumber berita. Apabila  hanya berasal dari satu sumber, pembaca tidak
bisa mendapatkan gambaran lengkap. Pembaca juga perlu mengetahui perbedaan
antara berita yang dibuat berdasarkan fakta dan opini. 
C.       Dampak negatif hoax
Hoax
adalah sampah. Hoaxer adalah penyebar
penyakit masyarakat. Karena penyebar kekacauan, baik hoax  maupun hoaxer jelas membuat muak. Dampak dari
hoax jelas menimbulkan kerugian. Kerugian di sini bisa materi dan non materi.
Bila tidak ada upaya pemberantasan hoax,
jelas masyarakat akan menjadi kurbannya.
 Secara garis besar hoax menghasilkan kerugian-kerugian antara lain:
1. Kepanikan publik. Hoax bisa mengakibatkan kepanikan di
masyarakat. Contohnya beberapa waktu lalu ada berita  dari Whatsapp
dan face book  tentang pendaftaran CPNS secara nasional. Setelah
ramai tersebar, barulah pemerintah mengklarifikasi bahwa  belum ada 
 pendaftaran CPNS dalam waktu
dekat ini.
2. Produktivitas
perorangan dan masyarakat menurun. Terlalu fokus pada  hoax dapat
menimbulkan kerugian yang bagi anggota masyarakat atau suatu lembaga  di mana mereka bekerja. Hal ini terjadi akibat
efek kontroversi  kabar hoax.
3. Pengalihan
masalah/ isu penting. Hoax adalah
pengalih isu atau berita penting.  Khususnya bagi para pelaku kejahatan. Hoax dapat digunakan untuk memuluskan
aksi ilegal mereka. Di dunia maya, penjahat dunia maya diketahui sering
menyebar hoax soal adanya kerentanan
sistem di sebuah layanan internet, misalnya Google
Gmail.
4. Penyebaran virus. Dalam hoax si
hacker bisa saja menyertakan tautan tertentu yang disarankan untuk diklik agar
terhindar dari kerentanan sistem di internet. Padahal, tautan tadi justru
berisi virus  yang meresahkan.
5. Penipuan
publik. Hoax adalah  kebohongan dan kesesatan. Selain
kehebohan, ada jenis hoax yang dibuat
untuk mencari simpati dan uang.  Seperti
pernah terjadi   di Indonesia, kabar hoax
yang banyak menipu publik beberapa waktu lalu adalah pesan pembukaan
pendaftaran CPNS nasional yang dikirim lewat WhatsApp. Setelah ramai tersebar, barulah pemerintah
mengklarifikasi bila pihaknya belum membuka pendaftaran CPNS.
            Secara
umum  tujuan penyebaran hoax  adalah memicu terjadinya kepanikan publik.
Maka perlu upaya penghentian kepanikan. Di sinilah media massa atau media
online harus bekerja sama  saling membantu
untuk  mengklarifikasi bila kabar-kabar
tadi hanya kebohongan (hoax).
D.       Cara mengedukasi siswa, keluarga, kolega dalam
memerangi hoax
            Sebagai masyarakat terdidik seharusnya
mampu menjadi teladan dalam mengedukasi masyarakat. Berikut ini ada beberapa
cara yang bisa dilakukan dalam mendidik masyarakat dalam memberantas:
1.    Memulai dari
keluarga, untuk memerangi hoax          
Keluarga adalah komunitas terkecil dalam suatu Negara. Bila keluarga
tersebut baik, baik pula Negara tersebut. Setiap anggota keluarga seharusnya
membiasakan diri memegang kejujuran dan saling bekerja sama untuk menjauhkan
diri dari ketidakjujuran. Sebagai orang tua harus mampu mengedukasi para
anaknya dalam menjaga nilai-nilai kejujuran, juga tidak  mau menebarkan kebohongan.
2.    Memberikan teladan
/ modelling  dalam memegang kejujuran
Cara
efektif   mendidik adalah cara modelling  atau keteladanan. Seorang ayah, guru dan
anggota masyarakat harus menjadi teladan (model yang baik) dalam menegakkan
kejujuran.
3.    Menghadapi hoax dengan kepala dingin, tidak  mudah terpancing
Dengan tersebarnya informasi  hoax berarti tantangan bagi kita untuk tidak
emosional, dan tidak mudah terprovokasi. Ini berarti tantangan bagi kita untuk
lebih kreatif, inovatif dalam mengelola informasi dan  mengedukasi masyarakat.
4.    Bertindak
kreatif dan inovatif dalam memerangi hoax
      Membuat berita palsu (hoax) sebetulnya tindakan kreatif yang negatif.  Maka ini justru kesempatan dan tantangan bagi
kita untuk semakin positif, 
berkreatif,  dan berinovatif dalam
berkarya dan mengelola informasi dan 
dalam mengedukasi masyarakat terutama dalam memerangi hoax.
5.    Tidak
ikut-ikutan menyebarkan hoax
     Membuat berita palsu atau hoax adalah suatu kejahatan. Jadi
membantu atau ikut-ikutan menyebar hoax
adalah bentuk kejahatan pula. Maka apabila menerima informasi tidak jelas,
tidak perlu kita ikut menyebarkannya.
E.     Tindakan yang perlu dilakukan ketika
mendapati hoax
            Penulis adalah salah
satu guru bahasa Inggris  di daerah
terpencil, tepatnya di SMAN 1 Girimarto. Walau 
sekolah kami terletak di lereng gunung, akses internet lumayan lanacar.
Baik hoax. guru
maupun siswa sudah terbiasa 
menerima   berbagai  informasi yang benar dan tidak benar / hoax
yang bersumber dari internet.
            Tindakan
saya sebagai pendidik dalam memerangi informasi  hoax antara
lain, mengajak anak berpikir kritis alias tidak mudah percaya atas suatu
berita, tidak perlu ragu-ragu bertanya dan mencari informasi yang lebih akurat.
            Berikutnya,  kami  guru dan siswa
dalam upaya membendung tersebarnya hoax adalah melalui tindakan nyata antara lain, tidak
ikut-ikutan dalam menyebarkan berita palsu, dan kebohongan. Yang kedua berkampanye di dunia maya, kami sudah terbiasa membuat
blog yang berisi informasi sehat, juga sebagai sarana berkampanye anti hoax,
alamat blog yang kami tulis adalah:sukatnowonogiribelajar.blogspot.com.
dan kompasiana.com/sukatno.
Dalam
blog ini berisi  motivasi berpikir
kreatif, inovatif dan menjaga kejujuran.
            Pengalaman berikutnya,
kami dan siswa turut berkampanye dalam memerangi hoax melalui pemasangan poster di mading sekolah dengan tema: ANTI HOAX.
            Kita memang harus bekerja sama dalam
memerangi hoax baik di dunia nyata
maupun maya. Hampir semua penduduk bumi ini 
sudah  semakin melek dan aktif di dunia maya. Ini
memang sudah menjadi  konsekuesi hidup di
era global. Yang lebih penting adalah penyelamatan diri, keluarga, masyarakat
dan bangsa kita tercinta agar tidak 
hanyut dan terpuruk masa depannya. 
Segala sesuatu yang berbau kepalsuan, ketidakjujuran, kebohongan atau hoax adalah sumber kehancuran dalam
jangka panjang. 
            Karena
sulit dihindari bahwa  semakin
besarnya jumlah penguna internet dan dengan mudahnya mendapatkan informasi, berita
hoax mudah tersebar. Maka perlu
adanya aturan dan pasal untuk menjerat penyebar hoax/ hoaxer melalui penegakan  hukum Selam ini pemerintah belum secara
maksimal  mampu mengendalikan jumlah
jumlah berita hoax yang terus
terproduksi setiap waktu.
            Perlu adanyanya aksi nyata secara
komprehensif dari berbagai kalangan baik legislative, eksekutif, para tokoh
agama, pendidik dan lain-lain bekerja sama memerangi hoax. Minimal ada kemauan
berkampanye: Anti Hoax!, Say No to Hoax, Hoax Bikin Muak!, dll.
*Penulis
adalah guru bahasa Inggris SMAN 1 Girimarto kab. Wonogiri
Alamat:
SMAN1 Girimarto. Jl Maron Girimarto Wonogiri
HP:
085642463449 . e mail: sukatnowngiri@gmail.com