DAFTAR LABELKU (klik saja jangan ragu-ragu)

Selasa, 08 Juli 2014

Semakin "Dibully"Semakin Berprestasi

Aku masih teringat tayangan Kick Andy kemarin malam yang menghadirkan orang-orang yang masa kecilnya dibully. Namun, akhirnya mereka berprestasi  dan menginspirasi.  Sosok yang dihadirkan di acara metro  tv tersebut  di  antaranya Jamil Azzaini, Igor dll.

Dibully  kurang lebih bermakna diganggu, dilecehkan, direndahkan, diolok-olok, dienyek dll. Dan berdasarkan cerita  pengalaman dari bintang tamu yang dihadirkan mas Andy F Noya, bahwa  saat mereka dibully mereka merasa masa-masa kecewa luar biasa. Pengalaman sedihnya tak terlupakan sepanjang hayat, dan  mereka berusaha  untuk mengalihkan pikirannya tertuju ke hal-hal yang positif.

Sebenarnya ada banyak kisah tragis buah dari bullying. Berdasarkan pemberitaan di media,  karena tidak tahan dibully  akhirnya mereka  bunuh diri.

Berbeda  cara menyikapi , berbeda nasib dikemudian hari. Benar ternyata, Jamil, Igor dll  bisa membuktikan bahwa  "bullying"  disikapi secara positif. Akhirnya sikap tersebut  membuahkan   energi  luar biasa sebagai modal  motivasi meraih sukses.

Lalu siapa sosok yang sangat berperan dalam memberikan kekuatan sehingga walau diBULLY tetap mampu bertahan?. Berdasar kisah orang sukses yang dulunya diBULLY, mereka menyatakan bahwa peran orang tua sangat dominan. Lha bagaimana kalau ortu tidak mengerti? Peran seorang guru pasti sanagt penting.

Kalau pengalamanku sendiri, aku juga termasuk kurban bullying, namun tidak separah seperti Jamil , Igor dll. Salah satu penyebab aku diBULLY karena aku di saat SD-SMP tubuhku paling kecil. Aku  memang kurang gizi, dilahirkan dari seorang iibu yang kurang gizi pula. Aku anak terakhir dari delapan bersaudara. Ibuku saat melahirkanku usianya  sekitar 45 th. Mungkin inilah aku layak dibully. Sebab kalau aku ikut kompetisi yang mengandalkan fisik, jelas termasuk yang kalahan.

Sebenarnya ortuku tidak tahu kalau aku kurban bullying. Sumber kekuatanku sengingatku karena keyakinan bahwa Allah Itu MAha Adil. Ini bukan mengada-ada karena walau di usia sangat muda, aku sudah terbiasa  mengikuti pengajian.  Alhamdulillah walau aku dulu belum baligh aku sudah terbiasa sholat 5 kali sehari dan puasa full di bulan ramadlan. Sang ustadz selalu memotivasi bahwa jadikan sholat dan sabar sebagai penolongmu.  Yang tertanam di pikiranku adalah Tuhan Maha Penolong, Maha Kuat, Maha  Adil,  dan Maha Kuasa. Dan aku sudah merasa bahwa aku meyakini aku bisa kuat dan sukses karena dibantu oleh Nya.

Ortuku adalah orang desa. Mereka jarang tanya tentang aku bagaimana di sekolah. Juga mereka tidak tahu bagaiman prestasiku. Saya pikir  hampir  sama dengan para ortu di desa, mereka para petani yang tidak tahu banyak tentang pendidikan.

Sayangnya aku berbeda dengan  mas Jamil, Igor dll yang mampu berprestasi tinggi. Bhakan tingkat internasional.  Mereka pernah menjadi juara, karena semangatnya.  

Aku tak akan pernah lupa bahwa aku juga dilahirkan dalam kondisi miskin. Kalau kata mas Jamil, dia termiskin no 2 di kampungnya. Kalau keluargaku juga miskin tapi tetanggaku juga miskin-miskin. sayangnya prestasiku tidak begiu gemilang,  aku cuma di rangking dua di SD dan pernah juga di rangking dua di SMP. 

Kalau kisahku di SMA sebenarnya tidak kalah heboh. Maksudnya di saat SMA aku sudah punya bisnis, dan aku mencari biaya sendiri. Bhakan aku bisa menabung untuk biaya kuliah. Jadi aku SMA- Kuliah di S2 total biaya sendiri. Tapi seribu sayang  waktu itu aku kurang berprestasi secara akademik. Maksudnya aku bukan juara.Waah andai aku berprestasi namanku bisa mengguncang dunia.

Aku juga yakin banyak ornag sebagai kurban bullying. Dan mereka   bisa menjadi hebat, tapi cuma tidak terexpos oleh media. Dan sebaliknya sebenarnya banyak orang sebagai  kurban bullying tapi tidak menghasilkan kesuksesan. Maka setidak-tidaknya kita bisa belajar bahwa sebenarnya manusia itu tempat kelemahan. Tapi walau bermodal kelemahan bisa menjadi manusia  yang luar biasa bila mendapat pencerahan. Dan  sumber pencerahan yang utama adalh dari Allah SWT.