DAFTAR LABELKU (klik saja jangan ragu-ragu)

Kamis, 17 Oktober 2013

Mengeluh? Tidak lah Ya ! Bertanggung jawab? Harus!

Mengeluh? Untuk apa? Di antara kita: mungkin sebagai anak, orang tua, karyawan, guru, dosen, juragan dll. Tentu, kita memiliki tanggung jawab masing-masing sebagai yang disebutkan di atas. 

Tanggung jawab sebagai manusia adalah harga mati. Kecuali kita dianggap sebagai seorang pengecut yang mau lari dari tanggung jawab. Yang jelas setiap diri  secara normal mesti harus bertanggung jawab dengan apa yang kita pegang atau emban. Dalam konsep Islam lebih jauh diajarkan bahwa tiap diri akan dimintai tanggung jawabnya oleh Allah swt selam hidup di dunia.

Sebagai seorang anak memiliki tanggung jawab sebagai anak. Demikian juga  menjadi orang tua pasti harus bertanggung jawab layaknya sebagai ortu. Sebagai pegawai atau karyawan demikian juga, dan seterusnya.  Tidak secara idealpun, sekali lagi  manusia normal sebenarnya tidak bisa lari dari tanggung jawab. Berat memang, setiap posisi pasti ada beban yang harus diemban.

Lalu, sering di antara kita merasa berat dalam mengemban tanggung jawab akhirnya mencari-cari alasan untuk lari dari tanggung jawab. Kalau kita tidak lari dari tanggung jawab, kadang-kadang kita bertindak seenak sendiri alias cuek bebek. 

Berdasar kisah nyata; ada seorang anak yang seharusnya mengasuh  ortunya yang sudah tua, namun dia tidak memperdulikannya, ada seorang bapak sudah punya anak dan istri tak peduli dengan keluarga, pikirannya pingin selingkuh terus, ada seorang pegawai negeri   sering  datang telat. Ada seorang juragan memeras karyawannya. dll. Pokoknya kisah nyata di atas  sering kita jumpai.

Sebagai contoh minimal  tindakan dari seorang yang mau lari dari tanggung jawab: sering mengeluh, dia merasa berat dalam mengemban tanggung jawab (baca: amanat).  Orang jenis ini  sering mencari enaknya saja. Dia  merasa bahwa dia  yang paling berat dalam mengemban amanah.
Inlah tulisan motivasi dalam bertanggung jawab yang ditujukan untuk evaluasi bagi penulis sendiri. Karena penulis juga memiliki nafsu yang dikendalikan setan. Setan  mempengaruhi penulis juga untuk lari dan mengeluh dalam mengemban amanah atau tanggung jawab. Selanjautnya  penulis sendiri  juga perlu sadar bahwa menjadi sempurna tidka mungkin, tapi menjadi lebih baik dan bertanggung jawab ,  kenapa tidak?