DAFTAR LABELKU (klik saja jangan ragu-ragu)

Rabu, 17 April 2013

"Menjadi Manusia Terbaik Kenapa Tidak?' oleh Maskatno Giri

"Jadilah manusia terbaik ". Itulah nasihat yang baru saja kuperoleh dari membaca buku  saku di sela-sela  mengawasi UN  SMA. Banyak orang yang menerjemahkan nasihat menjadi  manusia terbaik adalah menjadi manusia yang  selalu top di hadapan manusia lain. Sehingga mereka berusaha menjadi terbaik dalam penampilan fisik tubuh, dan kepemilikan harta yang wah seperti memiliki mobil,  gadget, rumah dll, pokonya yang baik-baik. Mereka beranggapan bahwa dengan  berpenampilan fisik OK, mereka akan disegani, dimulyakan, dimanusiakan,dll.

Karena  keinginan yang menggebu untuk tampil OK, banyak manusia rela berkorupsi, menipu orang lain, menipu diri sendiri dll.  Keinginanya supaya menjadi manusia unggul atau TOP. Pembaca bisa saja menyimpulkan manusia jenis ini termasuk manusia cerdas apa bukan. Yang jelas jenis manusia seperti ini tidak sedikit. Mereka rela menipu diri, menipu orang lain demi tujuan keunggulan pribadi keluarga dan kelompok. Aku sendiri pun pernah menjadi korban dari  penipuan jenis manusia yang telah kusebutkan itu.

Ternyata, menurut buku yang telah kubaca, kutemukan penjelasan yang lebih mendalam, bahwa menjadi manuisa terbaik  adalah  menjadi menjadi manusia yang luhur atau tinggi derajat akhlaq atau budi pekertinya. Maksudnya apapun kondisinya, manusia yang tetap istiqomah atau  konsisten dalam memegang teguh budi pekerti/akhlaq adalah  manusia terbaik.

Banyak kasus   manusia yang tidak peduli  dalam penjagaan akhlaq, yang sekarang sering  muncul,  baik  terungkap di pengadilan atau tidak,  akhirnya mereka  harus terpuruk dipenjara dan  terungkap kebejatannya. Itulah contoh manuisa yang tidak menjaga akhlaq integritas dan amanah. Mereka itu baru terpuruk di dunia belum juga di akherat,

Bagi yang diberi hidayah akan bisa menyimpulkan  bahwa buat apa kaya raya, tapi..buruk budi, buat apa ganteng cantik tapi suka mencuri, menipu diri dan tidak menjaga harga diri.

Mungkin  pembaca  pernah mengalami sendiri atau melihat orang lain yang memilki pendirian bahwa biar miskin harta tapi memiliki  keluhuran diri, biar wajah dan harta pas-pasan tapi memilki kemuliaan akhlaq dan harga diri dan lain sebaginya.

Pada akhrinya kita diberi kebebasan dalam memilih menjadi  jenis manusia:
  1. Menjadi manusia yang  kaya harta dan  penampilan fisik ok  dan juga  berakhlaq mulia  bahagia  di dunia dan akherat.  
  2. Menjadi manusia yang kaya harta  penampilan  ok, tapi tidak berakhlaq mulia , mungkin di dunia dianggap mulia tapi di akherat celaka
  3. Menjadi manusia yang pas-pasan, baik harta dan penampilan fisik tapi akhlaqnya mulia barangkali di dunia kurang dimulyakan tapi  di akherat hidup mulya dan  mendapat syurga  firdaus.
  4. Menjadi manusia yang sudah miskin harta, wajah ceng-ceng po dan berbudi buruk. Wah ini paling celaka  sudah  sengsara di dunia dan di akherat.

Bagiku menjadi golongan yang pertama adalah  terlalu  ideal, bisa di golongan ketiga saja sudah Alhamdulillah. Ini hanya sebagi refleksi diri, selanjutnya terserah Anda sang Pembaca.