DAFTAR LABELKU (klik saja jangan ragu-ragu)

Sabtu, 17 September 2016

Rindu Menulis Masa Laluku

Kata seorang penulis bahwa setiap insan  memiliki potensi menulis dengan baik, karena kisahnya  pasti ada sisi  yang menarik untuk ditularkan atau diceritakan..

Saat ini aku baru rindu menulis. Sudah lebih dari sebulan blog pribadiku kubiarkan mlompong tanpa tambahan info. 

Rindu menulis tentang masa laluku. Kupikir ini bisa dijadikan untukku sebagai sarana lebih bersyukur.  Walau  aku sudah menikah dan  dikaruniai empat anak, yang salah satunya sudah remaja. Tapi pikiranku sering sekali melayang seperti remaja, terutama saat aku tidur. Ya, aku sering bermimpi kayak hidup disaat remaja. 

Oh ya, saat remaja berumur 16 tahun aku sudah hidup merantau di Solo. Kesengsaraan saat remaja inilah yang terbawa sampai mimpi. Kesengsaraan saat itu, tak habis-habis untuk di kishkan dan dikenang. Terbangun dari mimpi rasanya badan sakit semua karena  kayaknya aku baru bersepeda  ratusan kilo meter.  Memang saat remaja, aku terbiasa bersepeda  onthel sampai berkilo-kilo meter.

Saat remaja, aslinya  aku termasuk  anak yang berpisik dan  bermental lemah. Cuma kubuat sok kuat, sok hebat dan sok nekat.   Misalnya saja; aku nekat tidak makan, padahal aku tidak sedang berpuasa. Bukan karena tidak lapar, memang  saat itu aku tidak punya uang. Sedangkan sebenarnya aku bisa minta-minta ke  kakak-kakaku , ke saudara atau ke teman. Namun, itu tidak kulakukan. Yaa cuma nekat nahan lapar saja. Lagi, aku sok nekat berani menjadi pengusaha kaki lima; sebagai penjual susu segar sendiri. Padahal aku kurang berpengalaman. Setelah  tidak sukses menjadi pengusaha. Setelah istirahat beberapa tahun tidak sekolah. Aku   putuskan bersekolah  SMA dengan biaya sendiri.

Nekat jualan  dan loper koran  sebelum berangkat ke sekolah. Bangun pagi sebelum shubuh, lalu keliling kota Solo dengan naik sepeda onthel. Gembrobyos, aku langsung meluncur ke sekolah. Kondisi  kelelahan, pikiran dan otot  rasanya sulit untuk berpikir. Sudah tidak cerdas,  nekat berkumpul dengan anak-anak cerdas. Kurang  berprestasi itulah sejarah remaja SMA yang kualami.

Kelas dua SMA, aku dimasukkan kelas unggulan IPA1, yang berisi para juara saat SMA kelas 1.  Aku semakin terpuruk prestasinya, walau tidak di peringkat terakhir. Namun, hati dan pikiranku sangat tersiksa, ternyata aku lemah otak juga.  Sudah miskin tidak berprestasi. Walau demikian ,  tekatku harus lulus SMA, syukur bisa kuliah.

Bersaing dengan anak IPA ternyata, aku kualahan. Kuputuskan aku kuliah jurusan FKIP bahasa Inggris UNS menlalui jalur UMPTN di  tahun  kedua. Alhamdulillah, aku diterima.   Di  tahun pertama aku tidak diterima di PTN yg lebih favorit.

Pokoknya nekat, walau biaya sendiri ternyata aku bisa mendaftar dan membiayai sendiri uang kuliah. Singkat  cerita kau bisa lulus cepat dengan nilai pas-pasan.

BERLANJUT