DAFTAR LABELKU (klik saja jangan ragu-ragu)

Jumat, 01 April 2016

Aku Sering Lupa (seri 2)

Aku sering lupa untuk bersyukur. Aku terkadang bagaikan orang kehausan atas limpahan rahmat dari Allah Yang Maha Kuasa. Hampir-hampir, aku tidak merasa  legowo/ ikhlas atas pemberian berbagai nikmat dari Nya yang tak ternilai harganya. Aku sering menuntut  yang lebih dan lebih.

Dalam upaya kesyukuran/ Aku berusaha mengingat masa laluku. Tentu masa lalu yang mampu membangkitkan energiku  kembali. .........................Aku  terlahir dari  pasangan  Buruh-Petani; bp Alm Karso Widjoyo dan Ibu Kainah. Aku anak terakhir dari tujuh bersaudara. Dan aku  satu-satunya anak yang diberi kesempatan oleh Allah SWT mampu  bersekolah sampai S2 (S1-S2 di UNS Solo). Ini kujalani dengan nekat sambil  merangkak-rangkak. Aku kuliah total dengan biaya sendiri. Bahkan dari SMA aku sudah sambil kerja. Subhanallah ini semata-mata keajaiban dari Allah SWT. Bagaimana ini tidak ajaib?

Aku berpisik lemah dan kecil. Bahkan saat di SD sampai di SMP aku yang paling kecil. Salah satu sebabnya, aku kurban gizi buruk. Maklum ibuku melahirkanku saat-saat  beliau mendekati menopuase (sekitar 45 tahun). Wajar saja kalau  aku tidak mampu berpikir cerdas -cerdas amat (baca= biasa-biasa saja). Ya, karena kesadaran mau berdoa dan  belajar saja aku sanggup  bersaing dengan para siswa normal.

Sudah gizi buruk, juga miskin. Itulah kenyataan yang harus kuterima dengan sabar. Allah SWT bersama dengan orang-orang sabar. Itu pasti benar. Aku telah menjadi bukti. Aku telah ditolong oleh Allah.  Sekolah sambil bekerja dibutuhkan stamina prima, Allah telah memabantuku, saat-saat aku bersekolah di Solo  ortu tinggal di desa Wonogiri (SMA sampai kuliah ) aku hampir tidak pernah diganjar sakit. Setelah SMA  aku lolos tes ke PTN. Dan  aku mampu menyelesaikan kuliah lebih cepat dari rata-rata, walau nilai pas-pasan. Alhasil  aku lebih cepat mendapat pekerjaan dari rata-rata temanku.

Tidak percaya diri dengan hidup pas-pasan: nilai pas-pasan,  pisik pas-pasan, ekonomi pas-pasan. dll. Aku terbentuk menjadi pribadi kurang percaya diri. Bahkan  untuk mencintai lawan jenis saja aku tidak berani. Tapi akhirnya, setelah lukus aku dijodohkan dengan tetangga baruku.  Aku menikah dengan seseorang yang belum pernah kukenal sama sekali.

Pacaran setelah menikah ternyata membawa keberkahan dan kebahagiaan. Aku harus bersyukur dengan modal lemah dan nekat aku  telah  diberi kekuatan menikmati hidup bahagia di akhir-akhir usiaku saat ini. Benar juga kata ustadzku : MENUNDA KESENANGAN SAAT MUDA, BAHAGIA DI MASA TUA. Allahu a'lamu bisahwab.  TULISAN ......MASIH BERLANJUT