DAFTAR LABELKU (klik saja jangan ragu-ragu)

Minggu, 27 Januari 2013

BAGIAN SINOPSIS NOVEL BIOGRAFIKU Oleh Maskatno Giri


Hidup dalam kesulitan masa lalu bukan untuk disesali, justru harus disyukuri, Kesulitan di masa lalu bisa sebagai trigger dan sumber energi yang tak akan pernah habis untuk menatap masa depan.

Sekitar dua puluh tahun yang lalu, seperti baru dua hari yang lalu. Aku tinggal di asrama Surakarta. banyak certia lucu , mengecewakan dan kadang menyenangkan. Benar, aku dan kawan-kawan semuanya pemuda bujangan yang rata-rata anaknya orang yang kurang mampu ( istilah halus dari melarat). Namun, kalau dihitung-hitung banyak cerita yang menyedihkan tapi mengasyikkan. Hal-hal yang menyedihkakan sebetulnya bukan karena beratnya permasalahan, tapi saat itu aku masih bodoh dalam menyikapi penderitaan. Ditambah lagi, saat itu aku kesulitan mendapat guru yang mencerahkan dan menghibur.

Tidak percaya diri, penuh kekuatiran, keragu-raguan itulah indikasi orang-orang yang salah pendidikan. Salah didikan ini disebabkan oleh minimnya sumber belajar dan minimnya jumlah guru yang berkualitas. Dan itu suatu kenyataan yang kualami. Saking tidak percaya diri, merasa berat dalam menjalani kehidupan, aku sering mengeluh dan sering terlintas menyimpulkan bahwa Allah itu tidak adil terhadapku. Secara kebetulan, aku merasa paling malang hidupnya di antara yang lain dalam banyak hal. Mohon maaf, kemalanganku tidak usah kuceritakan secara detail di blogku ini. Biar kemalanganku kupendam dalam-dalam.

Apakah anda ingin tahu apa yang membuat sedih, gembira, menyakitkan hati dll. Tulisan ini bukan untuk mengekploitasi mas lalu atau juga bukan tujuan negatif. Tapi, aku ingin berlatih menulis kilas balik, aku mengingatkan aku sendiri SIAPAKAH AKU INI? Aku tidak layak untuk sombong, Karena aku sendiri yang lebih tahu banyak tentang latar belakang diriku sendiri. Modal hidupnya cuma modal nekat.

Tahukah kamu, bahwa setelah lulus SMP aku pergi ke Solo untuk HUNTING, hunting dalam artian yang sangat luas: mendapat kenyamanan, uang, ilmu, harga diri , kesuksesan hidup dll.

Kalau diambil hikmahnya ada banyak, tentu diambil yang positif-positif saja. Di masa usia sekitar enam belasan tahun, aku tinggal di asrama semacam Islamic boarding house, semua penghuni adalah laki-laki yang berjumlah sekitar 20 orang, kami dituntut saling kerja sama baik dalam suka dan duka. Rata-rata kami mampu memasak dengan berbagai menu. Karena, kami sering tanya kepada penjual sayur tentang bumbu-bumbu.

Sering, kami kehabisan uang untuk membeli sayur atau beras terkadang keliling kota Solo untuk mencari beras yang paling murah alias beras jatahnya PNS. Sedangkan untuk lauk cukup membeli sayur beberapa bungkus saja lalu ditambahi garam, salah satu sahabat yang sering menambahi garam adalah Mas Taufiq Triwdodo. Kabar terakhir, Mas Taufiq sekarang sudah sukses. hidup dalam kecukupan.

BERKACA DARI “HABIBI DAN AINUN”(Upaya Pembentukan Keluarga Bahagia) Oleh Maskatno Giri -mas guru SMAN 1 Girimarto Wonogiri



Aku belajar dari kehidupan seorang tokoh besar salah satunya dari bp. Prof . Habibi.

Di suatu kesempatan, aku mengikuti acara bedah buku "Habibi dan Ainun". Kebetulan aku duduk paling depan, maksudnhya di deepan komputer. Karena bedah bukunya via internet.  Bp.  Habibi kurang lebih menyatakan bahwa selama beliau menikah 48 tahun 10 hari dengan istri tercintanya, beliau belum pernah  betengkar, kalau beda pendapat sedikit-sedikit biasa. Setelah beliau ditinggal istrinya, betapa Habibi merasa sangat terpukul. Beliau berkonsultasi  dengan psikiater atas problem kejiwaanya. Kata seorang psikiater karena kondisi terpukul pada jangka lama bisa menjadi stress sangat berat. Akhirnya, beliau disarankan menulis  novel biografi  HABIBI dan  AINUN.

Aku menjadi benar-benar termotivasi untuk  meniru setidak-tidaknya meneladani tokoh yang masih hidup,   seperti bp. Habibi  yang sanggup menjadi suami setia luar biasa. Padahal, kalau mau  beliau  bisa saja mejadi suami yang suka selingkuh. Apalagi, beliau lumayan kaya. Tapi, beliau tidak melakukannya.

Ternyata,  usia pernikahanku  sudah lumayan lama lho, lebih dari dua belas tahun dan  telah dikarunia empat anak. Namun, Alhamdulillah kehidupan rumah tanggaku  membahagiakan sekali. Aku dan istriku belum pernah bertengkar. Semoga selama  usia pernikahan kami diberi barokah tanpa pertengkaran seperti dalam kisah Habibi-Ainun. Aku yakin bahwa  untuk membangun keluarga sakinah pondasinya adalah bukan harta benda, saling pengertian atas dasar niat baik sebagai hamba Allah swt. dan pasti pemahaman agama yang benar melalui proses pembelajaran.  Aku dan istriku menikah tidak melalui pacaran. Kami dijodohkan, namun kita saling tahu latar belakang kita  masing-masing. Kami yakin  cinta bisa dibangun. Nyatanya tanpa pacaran, selama 10 tahun bisa bahagia.

Sekali lagi,  kisah Habibi dan Ainun memberikan motivasi dan pencerahan kembali  bagi keluarga kami.  Kami suami dan istri setiap saat  mengadakan refleksi bahwa kita punya tujuan yang sama yakni bahagia tidak hanya di dunia tapi jg di  akherat, maka kami berusaha mencari ridla  Allah. Lalu tidak memiliki niat mau macam-macam atau main-main dalam membangun kehidupan rumah tanggga kami.

Berikut  ini  modal penulis untuk mengarungi bahtera rumah tangga, yang terbukti menjadikan kami bahagia bersama istri dan anak-anak tercinta  melalui rumus 16 M:

  1.   Menjaga nilai kejujuran dan apa adanya , berkomunikasi terbuka pada keluarga
  2.   Menjaga aib masing-masing baik pasangan maupun keluarga
  3.   Menciptakan kondisi yang menyenangkan
  4.  Menjaga emosi kemarahan yang  tidak proporsional, tidak banyak menuntut, dan berebut untuk mengalah bukan menang-menangan.
  5. Mengutamakan kebersamaan keluarga
  6. Membuat komitmen jangka panjang
  7. Menghadapi masalah secara bijak
  8. Memegang teguh agama dan  berusaha menjadi Sholeh dan Sholihah
  9.  Memperhatikan penuh ke anak dan masa depannya
  10.   Menjalani hidup  dalam kesederhanaan dan tidak mengejar harta semata
  11.  Menjaga kepekaan  sosial pada lingkungan sekitar
  12.  Membiasakan gaya hidup sehat (baik jasmani dan ruhani) pada keluarga
  13.   Mengembangkan sikap saling membantu dan tolong menolong 
  14.   Mengutamakan musyawarah tidak otoriter
  15.  Memilih lokasi tempat tinggal yang baik
  16.  Menjalin ikatan silaturahmi keluarga istri maupun suami dengan baik

Selama ini kami sekeluarga berusaha memraktikkan yang kutulis  seperti di atas. Hasilnya sudah terasa. Banyak orang bilang bahagia menjadikan awet muda dan membuat fisik lebih sehat. Bukan bermaksud menggurui, karena tulisan ini akan bermanfaat bagi kami juga. Kami perlu juga intropeksi. Juga tulisan ini akan dibaca oleh anak-anak kami dan siswa-siswa kami.

Dari kisah Habibi dan Ainun aku mendapat pembelajaran luar biasa, aku memiliki obsesi besar mampu menjalani hidup rumah tangga bahagia selamanya,  juga mampu berkisah melalui tulisan. Aku pikir  obsesiku ini penting  untuk pembelajaran hidup,  juga termasuk di dalamnya  pada  pembelajaran kehidupan rumah tanggaku. Tulisanku Iinsya Allah bermanfaat untuk diri sendiri, anak-anakku kelak dan juga untuk orang lain. Akan kutularkan dan kupromosikan bahwa hidup hanya sekali, maka seyogyanya kita tidak main-main dalam hidup. Menciptakan kehidupan rumah tangga  bahagia jauh lebih utama, walau dalam kondisi  harta pas-pasan.